Bagian 29

1.5K 144 16
                                    

Sudah hampir sebulan tak ada perubahan dengan hubungan Bona dan Eunseo. Bahkan dibilang semua malah semakin memburuk semenjak kejadian waktu itu. Mereka menjadi semakin jauh, ya jauh. Mereka memilih untuk saling menghindar. Bona yang memilih untuk menyibukkan diri di kantornya ataupun menghabiskan waktu dengan Luda maupun Exy. Terkadang ia juga akan bersama Seola jika wanita itu sedang tidak sibuk.

Begitupun Eunseo, ia juga memilih untuk menghabiskan waktu di agensinya ataupun ia akan bersama Sinb.

Eunseo dan Bona juga jarang tidur di rumah, mereka memilih untuk menginap di apartement Luda, Sinb, ataupun Exy. Jika mereka tidur di rumah, Eunseo akan memilih untuk tidur di sofa atau di kamar tamu. Dan jika mereka berpapasan mereka hanya akan saling menyapa dan berbicara beberapa kata saja.

Sebenarnya Bona tak bisa jika terusan seperti ini, tetapi ia juga tak bisa jika terus membiarkan hatinya yang egois. Sekarang biarkanlah dirinya sendiri yang egois dan membiarkan hatinya.

Begitu juga Eunseo, ia sudah lama ingin mengajak Bona berbicara tetapi saat berhadapan dengan wanita itu, semua perkataan Bona waktu itu benar benar seketika membuat semua yang ada diotaknya menghilang.

Ia merindukan Bona jika boleh jujur, merindukan sikap manis Bona terhadapnya, merindukan senyuman Bona, merindukan tawa Bona. Ia sangat merindukan semua yang ada pada diri Bona.

Tapi dirinya tak bisa, dirinya sudah sangat lemah untuk berhadapan dengan Bona. Sehingga membuatnya hanya mengikuti alur dan menjadi seperti orang bodoh.
.
.
.
"Aawwww!! Kenapa kakak memukulku?"

"Kau benar benar bodoh Son Eunseo! Aku tak bisa memahamimu sungguh!"

"Aku harus bagaimana?"

"Kau ini benar benar!! Cepat jelaskan semuanya dan berikan keputusannya!! Jangan membuat keadaan semakin kacau!!"

"Apa yang harus aku katakan kepadanya?"

"Kau!! Sekarang kutanya, siapa yang kau pilih? Sinb atau Bona?" Eunseo diam dan menggeleng.

"Ya Tuhan Eunseo!!"

"Aku benar benar tak tau."

"Sekarang kembali kutanya, apa yang kau rasakan terhadap Sinb?"

"Entahlah, yang pasti akhir akhir ini aku tak seperti dulu kepadanya. Aku merasa semakin biasa saja terhadapnya. Dulu yang aku selalu bisa tersenyum dan tertawa hanya dengan melihat senyumnya, sekarang aku merasa biasa saja, tak ada yang spesial. Dahulu yang aku selalu berdebar saat didekatnya, sekarang tidak. Dahulu dia yang menjadi prioritasku, sekarang rasanya sudah tidak lagi."

"Lalu? Saat bersama Bona?" Eunseo merubah rautnya.

"Aku menjadi seperti orang gila saat melihat senyumnya, hatiku berdebar sangat kencang saat berada didekatnya, kuncian matanya membuatku tenggelam kedalamnya, aku merasa kosong saat tak ada dirinya, hatiku sakit saat melihatnya dengan orang lain, aku tak rela jika melihatnya tertawa karena orang lain, dan aku merasa tak rela dan selalu menginginkan dia didekatku saat dia jauh dariku." Cerita Eunseo antusias dengan senyuman diwajahnya. Wendy tak pernah melihat wajah Eunseo sebahagia ini saat membicarakan orang lain, bahkan Sinb sekalipun. Baru kali ini Eunseo terlihat seperti itu. Wendy menjadi ikut tersenyum, sepertinya dia sudah tau.

Wendy tau apa yang harus dilakukan adiknya.

"Berbicaralah dengan Bona dan katakan jika kau memilihnya, katakan jika kau mencintainya. Jelaskan semuanya." Eunseo tertegun.

"Apa maksutmu kak?" Wendy kembali memukul kepala Eunseo.

"Awww! Kenapa kau memukulku lagi!?"

"Kau benar benar bodoh Son Eunseo!! Bagaimana kau masih tidak sadar dengan semua yang kau ceritakan kepadaku?" Eunseo diam kembali mengingat apa saja yang ia katakan kepada kakaknya. Realita menghantamnya, ia tau sekarang, ia tau apa yang harus ia lakukan. Bona, Eunseo harus menemui Bona.

PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang