Setelah selesai makan, mereka berdua memutuskan untuk langsung pulang. Mereka terlebih dahulu ke apartement Bona, karena memang jika akan ke rumah Eunseo, mereka melewati kompleks apartement Bona.
"Ini apartementku, passwordnya adalah gabungan tanggal lahirku dan tanggal lahirmu." Ucap Bona sembari menekan tombol password apartementnya.
"Hah?! Tanggal lahirku? Kau tau darimana?" Bona tersenyum ringan.
"Apa kau bodoh? Atau lupa? Kita sudah kenal sejak kecil sayang, bahkan dulu kita sering merayakan ulang tahun bersama."
"Ah benar juga, aku lupa. Eh?! Tunggu! Kau memanggilku apa tadi? Aku tak salah dengar kan? Apa kau tadi memanggilku dengan kata sayang?" Kali ini Bona tertawa, karena ekspresi yang diperlihatkan oleh Eunseo.
"Iya, kenapa?"
"Tidak, hanya saja kenapa tiba tiba?"
"Hanya latian saja, supaya nanti saat sudah menikah bisa menjadi terbiasa." Eunseo menganga.
"Jadi?"
"Jadi apa?"
"Apakah harus memanggil seperti itu?"
"Tidak, hanya saja aku ingin memanggilmu begitu. Terserah denganmu ingin memanggilku apa." Eunseo mengangguk menanggapi perkataan Bona. Iya hanya mengiyakan apapin yang ingin Bona lakukan sekarang.
"Tapi Bona, kenapa kau memberitahukan password apartementmu kepadaku?"
"Bukankah kau calon istriku? Kita nanti sementara juga akan tinggal disini dulu setelah menikah, sembari mencari rumah yang cocok."
"Hah?! Kenapa tidak di rumahku saja?"
"Kau di rumah tidak sendiri Seo, ada Wendy disana. Aku tak enak jika harus seperti itu."
"Bukankah nanti saat kita sudah menikah, kak Wendy juga akan menjadi kakakmu? Lagi pula kalian juga sudah berteman sejak kecil, apa yang membuatmu tak enak?"
"Entahlah, aku hanya merasa tak enak saja dengannya." Eunseo memutar bola matanya malas.
"Kau ini kenapa ribet sekali? Kau tau, kau hanya membuang buang uangmu."
"Hahaha, tidak. Aku dulu memang sengaja menabung uangku yang kusiapkan secara khusus jika aku sudah menikah. Karena aku berpikir, aku tak mau terlalu tergantung kepada pasanganku dan mengandalkan uangnya. Aku juga mau ikut ambil bagian untuk itu." Eunseo terdiam menganga. Seorang Kim Jiyeon yang dulu dikenalnya sebagai seorang yang manja dan pemaksa ternyata bisa sedewasa ini.
"Kau bisa seperti itu juga ternyata, kupikir kau hanya seorang wanita manja dan pemaksa."
"Tskkk, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan merubah dirinya Seo, dan itu tergantung diri mereka sendiri, apakah mereka mau mengambil kesempatan itu atau tidak. Dan saat ini aku sedang memilih untuk mengambilnya."
"Kau benar benar sudah banyak berubah Bona." Ucap Eunseo sembari tersenyum.
"Tentu saja." Balas Bona dan tak lupa pula ia juga memamerkan senyuman lebarnya.
Di apartement Bona tak ada hal menarik yang mereka lakukan, hanya duduk di depan tv dengan keadaan tv yang menonton mereka. Ya, karena mereka berdua terlalu asyik dengan kegiatannya masing masing, bermain ponsel. Karena mungkin Eunseo merasa jika suasananya terlalu sunyi, akhirnya ia mencoba memecah keheningan diantara keduanya.
"Bona?" Bona menoleh ke arah Eunseo yang tepat berada di sampingnya. Kini mereka berdua duduk berhadapan dengan kaki yang menyila di atas sofa.
"Hmm? Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan