Keesokan harinya Eunseo berencana untuk berkencan dengan Sinb, memang ini tidak seperti perjanjian awal, dimana Eunseo mengajak Sinb bekercan di hari Minggu. Hanya saja Eunseo ingin segera bertemu dengan kekasihnya itu, ia ingin menghabiskan waktunya bersama sang kekasih. Tidak lain salah satu alasannya adalah karena masalah yang ia dapatkan kemarin. Hal itu benar benar membuat mood dan pikiran Eunseo menjadi berantakan. Sementara Sinb, ia hanya bisa menuruti permintaan Eunseo karena memang dia juga sedang tidak ada pekerjaan saat ini. Mereka berdua berkencan hanya berkekeliling mall, karena yang dibutuhkan Eunseo adalah bisa berdua mengahibaskan waktu dengan Sinb. Tak perlu dengan kencan kencan romantis yang kemungkinan menghabiskan uang. Baginya bisa berduaan dengan Sinb sudah lebih dari cukup, hal itu bisa sedikit menghapus bebannya.
Disisi lain, Wendy dan Bona juga sedang berjalan jalan diluar. Ah bukan jalan jalan, lebih tepatnya mengantar Bona berbelanja untuk keperluannya. Karena Bona baru saja membeli sebuah apartement disini, yang pasti masih banyak kebutuhan yang harus dibeli. Saat berkeliling, tiba tiba mata Wendy jatuh tepat kepada seseorang yang sangat ia kenal.
"Seo!!" Teriak Wendy, ya yang ia lihat adalah Eunseo adiknya yang sedang berdiri di depan toilet seperti sedang menunggu seseorang.
"Kak Wendy?" Sapa Eunseo balik, sembari melirik sebentar ke arah Bona yang sedang menunduk. Tak ada niat sedikit pun untuk Eunseo menyapa wanita itu.
"Sedang apa kau disini Seo?" Tiba tiba keluar seorang gadis dari dalam toilet itu.
"Oh kak Wendy, kau juga disini kak? Sedang apa kakak disini?" Tanya Sinb begitu melihat Wendy berada disana. Hal itu juga membuat Bona mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang sedang mengajak bicara Wendy, karena dia tau itu bukan suara Eunseo. Satu yang Bona pikirkan saat ini, cantik.
"Ah Sinb, aku hanya sedang mengantarkan temanku berbelanja disini. Ah ya kenalkan, dia Bona temanku yang kemarin aku bicarakan saat membawa Eunseo." Ucap Wendy menjelaskan. Bona tersenyum lalu mengulurkan tangannya ke arah Sinb.
"Namaku Kim Jiyeon, atau kau juga bisa memanggilku Bona."
"Ah hai kak, aku Sinb." Jawab singkat Sinb.
"Kalian berdua sedang apa disini?" Tanya Wendy.
"Tentu saja berkencan kak, apalagi memangnya?" Jawab Eunseo bangga sembari melirik sedikit ke arah Bona dan jangan lupakan penekanan yang Eunseo ucapkan di kata "berkencan". Bona sebisa mungkin tersenyum walau sebenarnya ada rasa aneh di dalam hatinya. Sementara Wendy? Ia tampak memasang ekspresi tak enak terhadap Bona walau tetap dengan senyuman terbaiknya.
"Ah seperti itu, lalu apakah kalian ingin pergi bersama?" Tanya Wendy berbasa basi.
"Tidak tidak, tidak perlu kak. Aku ingin menghabiskan waktu berduaku dengan Sinb setelah kemarin kau menculikku dan menghancurkan waktu berkencanku." Sergah Eunseo cepat. Lagi dan lagi Bona hanya diam menatap sembari tersenyum tipis.
"Ah ya, yasudah, aku dan Bona duluan saja kalau begitu, karena masih banyak yang harus kami beli."
"Ah kak kita bisa pergi bersama, sepertinya menyenangkan jika ramai ramai, jangan hiraukan Eunseo." Jawab sinb.
"Tidak Sinb tidak, ini waktu kita, hanya kita, berdua. Tak boleh ada yang mengganggu, termasuk kak Wendy."
"Tapi Seo,.."
"Tidak ada tapi tapi." Potong Eunseo cepat. Bona dan Wendy hanya diam melihat perdebatan sepasang kekasih itu. Sampai akhirnya Wendy kembali bersuara.
"Benar Sinb ya, mungkin ini waktu untuk kalian berdua karena kemarin aku sudah merusaknya. Sekali lagi maafkan kakak. Kalau begitu kakak permisi terlebih dahulu, nikmati waktu kalian berdua." Ucap Wendy kemudian menarik Bona untuk segera pergi dari sana. Sebentar Bona menatap ke arah Eunseo dan Sinb menunduk sedikit guna memberi salam tak lupa dengan senyuman tipis di bibirnya. Setelah Wendy dan Bona pergi, Eunseo menghembuskan nafasnya pelan. Bagaimana bisa secara kebetulan mereka bertemu? Padahal hal ini yang sedang Eunseo hindari.
Di tempat lain, Wendy menarik Bona untuk masuk ke dalam salah satu tempat malam di mall tersebut. Bona daritadi hanya diam disepanjang perjalanan. Padahal tadi sebelum bertemu dengan Eunseo, ia tampak banyak bicara dan tertawa. Inilah yang membuat Wendy menjadi khawatir.
"Kita makan dulu disini, karena tadi saat berangkat kita tak sempat sarapan." Bona hanya mengangguk menanggapi. Sepanjang menunggu pesanan datang, suasana sangat hening, tak ada yang bicara sama sekali. Bahkan Bona hanya melamun daritadi. Sungguh ini bukan situasi yang disukai oleh Wendy.
"Hei tuan Putri Kim, ada apa denganmu? Kenapa kau tiba tiba berubah? Kenapa kau menjadi diam? Apa ini karena Eunseo?" Bona tersadar dan menggeleng lemah.
"Tsk, kau tak bisa membohongiku Bona." Lagi dan lagi Bona tersenyum.
"Wendy?"
"Ya? Ada apa?"
"Apa kita bisa? Apa kita bisa meyakinkan Eunseo untuk menikah denganku? Apa kita terlalu jahat dengannya? Merusak kebahagiaan dia demi diri kita sendiri."
"Tidak Bona, ini keinginan orang tua kita. Kita yang akan menjadi orang egois dan jahat jika tak menuruti keinginan terakhir mereka. Tetapi ada hal yang masih aku bingungkan sekarang."
"Apa?"
"Apa yang membuatmu menerima begitu saja perjodohan ini? Kenapa kau tak menolaknya seperti Eunseo? Dan satu lagi, kau sempat mengatakan jika kau sudah memiliki kekasih." Bona tersenyum sebelum menjawabnya.
"Kau pikir aku akan menerima dengan cuma cuma perjodohan ini tanpa alasan? Aku memilikinya, alasan itu. Dan untuk kekasihku, ya aku punya, tetapi akan kupastikan jika aku akan memutuskannya jika Eunseo menerima perjodohan ini."
"Apa maksutmu? Memutuskan dia? Apa aku tak salah dengar? Semudah itu kau mengatakan kata putus?"
"Iya, aku akan memutuskan dia jika Eunseo menerima menikah denganku. Aku memang mengencaninya, tetapi itu kulakukan karena aku merasa berhutang budi dengannya, dulu aku sempat kesusahan mengurus hidupku disana sampai akhirnya dia datang dan menolongku. Aku tak bisa menolaknya saat itu. Karena dia sangat sangat baik."
"Lalu apakah kau tidak akan merasa bersalah nanti kalau memutuskannya dan menikah dengan orang lain?" Bona tertawa.
"Kau tak perlu khawatir soal itu Wendy, aku akan mengurus itu."
"Apa kau benar benar ingin memutuskan kekasih mu yang baik itu demi perjodohan seperti ini Bona? Aku tak habis pikir denganmu."
"Hei hei, bukankah kau juga yang menginginkan perjodohan ini? Bahkan melebihi aku dan Eunseo, kau yang lebih bersemangat untuk ini. Dan satu lagi, aku menerima perjodohan ini karena memiliki alasan lain yang tak bisa membuatku untuk menolak. Seperti apa yang sudah kukatakan tadi."
"Apa itu?"
"Hahaha, kau kepo sekali. Tentu ini sebuah rahasia." Setepahnya Bona membatin dalam hatinya, ya ini rahasia Wendy ya, aku yang akan menyimpannya sendiri, aku tak mau kau menjadi ikut terbebani karena ini, karena perasaanku. Ya, perasaanku terhadap adikmu. Perasaan sayang dan cintaku yang tak pernah berubah sejak dulu. Tetap dia, hanya dia, masih dia yang berada di dalam hatiku, disudut manapun itu.
"Kenapa harus ada rahasia segala? Apakah ini hal yang buruk?"
"Tentu saja tidak, berbicara apa kau ini. Sudah kau tak perlu khawatir dengan itu. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah membantuku supaya Eunseo mau menerima perjodohan ini."
"Eyyy ada apa denganmu? Bahkan tadi kau sempat berfikir jika kita jahat jika memaksa Eunseo." Bona tertawa.
"Iya tadi memang seperti itu, tapi tidak untuk sekarang, aku ingin dia menjadi milikku." Inilah Bona, sifat lamanya telah kembali. Bona yang ambisius dan pemaksa. Bukan tanpa alasan, tapi ini karena cintanya yang sangat besar kepada Eunseo, dia tak mau terlihat bodoh untuk kedua kalinya, karena telah melepaskan Eunseo begitu saja dulu. Sekarang tidak, tidak akan pernah lagi ia melepaskan Eunseo.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan