"Eunseo?" Yang dipanggil menoleh lalu memicingkan matanya menerka nerka siapa orang yang telah memanggilnya, rasanya tak asing dengan wajahnya.
"Kau, Eunseo bukan? Son Eunseo?"
"Ah iya benar. Maaf, anda siapa?"
"Kau tak mengenaliku?" Dahi Eunseo mengerut mencoba mengingat ngingat siapa wanita ini.
"Maaf, ingatanku memang sedikit buruk. Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Saya rasa tak asing dengan wajah anda." Ucap Eunseo.
"Kau.. jahat sekali sampai tidak mengingatku."
"Ah maafkan aku, aku sungguh memiliki memori yang sangat buruk. Jadi?"
"Aku Xiao, Chengxiao." Mata Eunseo membulat seketika, dia ingat sekarang.
"Chengxiao? Seongso?" Wanita itu mengangguk dan tersenyum.
"Ya Tuhan, maafkan aku. Aku sungguh tidak mengenalimu. Selain memoriku yang buruk, kau juga sudah banyak berubah. Aku sampai benar benar tak mengenalimu."
"Tapi aku masih bisa mengenalimu."
"Haha, sungguh kau banyak berubah. Kau menjadi semakin cantik sekarang. Jadi aku hampir tak mengenalimu." Yang dipuji hanya tersenyum malu.
"Kau bisa saja, haha."
"Itu fakta nona. Ah ya, sejak kapan kau ada disini? Bukankah kau sedang berada di China?"
"Ah, aku sudah kembali kesini sejak sebulan terakhir ini."
"Lalu? Kenapa kau tak menghubungiku?" Xiao memutar bola matanya malas.
"Aku bahkan tak memiliki kontakmu, bagaimana aku bisa menghubungimu?"
"Ah ya, benar juga. Hahaha."
"Dasar."
"Hehe, kau sedang apa disini? Sendirian?"
"Tidak, hanya berjalan jalan saja. Aku bosan di apartement dan ya aku sendirian. Lalu kau sendiri?"
"Sama denganmu."
"Ah bagaimana kalau sekarang kita jalan berdua saja? Daripada harus berjalan jalan sendiri."
"Hm ya, tak masalah. Bukan ide yang buruk." Setelahnya mereka berbicara sembari berjalan mengelilingi area itu.
"Bagaimana kabarmu?"
"Aku? Tentu baik. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga baik. Ah rasanya sudah lama sekali sejak kita seperti ini. Mungkin sudah, emmm, 6 tahun?" Ucap Xiao sembari bertanya diakhir takut takut jika salah tebak.
"Ya, sekitar 6 tahun."
"Maafkan aku." Dahi Eunseo kembali berkerut.
"Maaf? Untuk apa?"
"Untuk semuanya, terutama untuk kesalahanku waktu itu. Kurasa kau tau apa maksutnya."
"Ah, hahaha. Sudahlah, itu sudah sangat lama. Aku juga sudah melupakannya. Lagi pula itu bukan keinginanmu."
"Tetap saja, aku merasa bersalah dan menyesal."
"Kenapa harus menyesal? Semua sudah berlalu. Jadi lupakanlah, jangan diingat terus."
"Tentu saja aku menyesal, karena hal itu aku menjadi kehilangan cintaku, kehilangan orang yang aku cintai." Xiao berucap sembari menatap tepat ke arah mata Eunseo. Begitupun dengan Eunseo. Tatapan mereka benar benar terkunci lalu dengan berani Xiao meraih pipi Eunseo dan mengelusnya menggunakan ibu jarinya.
"Aku merindukanmu. Sangat sangat merindukanmu." Eunseo masih diam, tetapi tangannya bergerak meraih tangan Xiao yang berada di pipinya.
"Aku juga merindukanmu jika boleh jujur. Aku sempat putus asa saat kau meninggalkanku waktu itu. Tapi kembali lagi, itu sudah masa lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanficSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan