Bagian 5

2.1K 196 5
                                    

Ceklek...

Suara pintu dibuka terdengar oleh rungu Eunseo yang sedang duduk bersantai di depan tv. Ia menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Dan terlihat orang dengan senyumnya memasuki rumah itu.

"Eoh kak Wendy, akhirnya kakak pulang." Eunseo berlari ke arah kakaknya dan memeluknya. Memang terakhir mereka bertemu adalah saat mereka tidak sengaja berpapasan di mall waktu itu. Dan itu sudah 3 hari yang lalu. Selama itu Eunseo tak bertemu dengan Wendy sama sekali, mereka hanya berkirim pesan u tuk sekedar menanyakan keadaan dan mengingatkan untuk makan. Eunseo memeluk kakaknya erat, senyuman juga tak lepas ia tunjukkan. Sebelum dia sadar, bahwa bukan hanya kakaknya yang datang. Tetapi wanita itu, Bona, sedang berdiri tepat di belakang kakaknya dan tersenyum tipis melihat ke arahnya.

Sejenak mata mereka bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejenak mata mereka bertemu. Tapi dengan cepat Eunseo memutus kontak itu dan melepaskan pelukan kakaknya tanpa memperdulikan kehadiran Bona.

"Kakak aku merindukanmu, kenapa kau tak pulang ke rumah beberapa hari ini?" Tanya Eunseo sambil cemberut.

"Hahaha, kau ini. Wajahmu jangan seperti itu, sangat tidak cocok denganmu." Canda Wendy dan Eunseo semakin kesal dibuatnya.

"Terserah kakak saja."

"Eyyy, bayi besar kakak sedang merajuk. Hahaha. Bukankah waktu itu kakak sudah mengatakan di pesan yang kakak kirim, jika kakak harus menemani dan membantu Bona? Apa kau lupa?"

"Tidak, aku ingat, tapi apakah sesibuk itu? Sehingga kakak melupakanku."

"Aku tak melupakanmu, bagaimana bisa aku melupakan adik kecil kesayangan kakak ini? Kalau kakak lupa denganmu, pasti kakak tak akan mengirimimu pesan setiap hari Son Eunseo." Ucap Wendy lembut sembari mengelus rambut adiknya. Kembali Eunseo tersenyum karena itu.

"Ah aku hampir saja lupa, maaf Bona ya, masuklah." Bona mengangguk dan mengikuti Wendy untuk masuk ke dalam rumah itu.

"Kak, kalau begitu aku ke kamar dulu." Sahut Eunseo cuek.

"Tunggu! Mau kemana kau, kakak mau bicara." Eunseo memutar bola matanya jengah.

"Sebentar saja, kakak mohon." Eunseo mendengus pelan sebelum berbalik dan mendudukkan pantatnya di sofa.

"Baiklah, ada apa lagi kak? Jika ini masih masalah perjodohan itu, tolong lupakan saja." Bona tersenyum kecut mendengar penuturan Eunseo, hatinya nyeri.

"Seo, apakah tak bisa untuk terakhir ini saja, tolong ikuti kemauan kakak. Bukan hanya kakak tapi kemauan Ayah Ibu juga."

"Harus berapa kali Eunseo bilang kak, Eunseo tak bisa. Selain karena Eunseo tak mencintai dia, Eunseo juga harus menjaga perasaan Sinb, Eunseo tidak mau menyakitinya dengan menikah dengan orang lain secara tiba tiba. Ditambah Eunseo baru saja mulai karir Eunseo dan Eunseo baru saja sedikit menerima perhatian, Eunseo tak mau jika nanti usaha Eunseo sia sia jika mereka tau Eunseo menikah."

"Kakak paham Seo, tap-"

"Kau tetap bisa berkencan dengan kekasihmu, kau juga tak perlu khawatir jika nanti kekasihmu dan kantor tempau bekerja akan mengetahui jika kau sudah menikah. Kita akan melangsungkan pernikahan tertutup. Hanya akan mengundang beberapa orang tertentu saja." Beluk sempat Wendy menyelesaikan perkataannya, Bona sudah menyela nya dengan ucapan yang membuat Eunseo terkejut.

"Apa maksutmu? Menikah diam diam begitu?" Bona mengangguk.

"Apa kau sudah gila? Kenapa kau berkata se akan akan semua itu mudah bagimu? Apakah kau benar benar menginginkan sebuah pernikahan? Kenapa harus aku? Yang sudah jelas memiliki kekasih? Apa kau tak memiliki kekasih? Kuyakin kau punya, kau sempurna, cantik, cerdas, dan kaya. Jadi tak mungkin jika kau tak memiliki kekasih. Tepat sekali. Eunseo mampu membaca situasi.

"Ya aku memang punya, tapi aku berencana akan memutuskannya jika kau menerima pernikahan ini. Aku tak mencintai kekasihku, aku menerimanya hanya karena ingin membalas budi saja. Memang aku sudah berniat untuk mencoba mencintainya, tapi aku tak bisa" Eunseo terperangah. Wow, semudah itukah ia berbicara?

"Kupikir kau sudah benar benar gila Bona, bagaimana mungkin kau menganggap bahwa perasaan adalah permainan bagimu? Lalu bagaimana denganku? Apa kau juga menganggap ini semua mainan bagimu?." Ucap Eunseo tak habis fikir. Bona hanya tersenyum simpul.

"Jika kau ingin tau, maka menikahlah denganku. Kau akan tau semua jawaban itu."

"Aku tak sebodoh itu, bagaimana jika jawaban yang akan kuterima tak sesuai dengan ekpetasiku? Dan malah akan menghancurkanku? Lalu membuatku menyesal setelahnya."

"Aku akan mencoba sebisaku agar jawaban itu sesuai ekspetasiku."

"Ayolah Bona, kau tidak sedang mengerjakan soal ujian semester, kau sedang berhadapan dengan keputusan yang akan sangat mempengaruhi masa depanmu dan masa depanku. Jangan bercanda."

"Aku tak pernah bercanda Eunseo, aku serius. Menikahlah denganku, lalu kau akan tau jawaban itu, aku akan memberikan jawabannya kepadamu." Jelas Bona dengan wajah seriusnya. Eunseo pusing, sangat pusing. Ia tak tau harus bagaimana sekarang.

"Ayolah Seo, kakak janji ini yang terakhir yang kakak minta, menikahlah dengan Bona jika kau masih menyayangi kakak dan masih mau bertemu dengan kakak" Eunseo terbelalak, bagaimana mungkin kakaknya berbicara seperti itu? Hanya untuk sebuah perjodohan?

"Apa maksut kakak? Kenapa kakak berbicara seperti itu?"

"Jika kau menolak perjodohan ini, kakak akan memilih untuk tinggal bersama Bona." Ucap Wendy menatap adiknya.

"Apa yang kakak bicarakan? Kenapa begitu? Kenapa kakak menjadi egois seperti ini?" Eunseo mengatakan itu dengan sedikit bergetar.

"Maafkan kakak jika kakak egois, kakak mohon Seo." Wendy berucap dengan wajah memohonnya. Eunseo menghirup udara dalam dalam, tiba tiba dadanya terasa sesak. Ia sedikit menenangkan pikirannya sebelum berdiri dan akan melangkah meninggalkan tempatnya.

"Aku akan memikirkannya dahulu, beri aku waktu." Setelahnya ia melangkah menuju kamarnya. Ia masih terkejut dan tak menyangka, kakaknya akan menjadi seperti itu. Sepenting itukah perjodohannya? Sampai kakaknya saja mengatakan hal yang tak pernah terfikirkan olehnya.

Sementara diruang tamu, Bona dan Wendy masih terdiam, tak ada yang berbicara sama sekali setelah kepergian Eunseo. Mereka masih bergelut dengan pikiran masing masing. Sampai suara  klakson mobil menyadarkan mereka.

"Sepertinya itu Luda, aku harus pergi sekarang." Bona berucap lirih.

"Aku ikut denganmu." Sejenak Bona terdiam sembari melirik ke arah kamar Eunseo. Sadar dengan gerak gerik dan maksut Bona, Wendy menyauti.

"Biarkan saja dulu, mungkin dia sedang membutuhkan waktu untuk sendiri saat ini." Bona hanya mengangguk mendengarkan penjelasan Wendy. Setelahnya mereka berjalan keluar bersama dan melihat Luda sedang berdiri menunggu mereka.

 Setelahnya mereka berjalan keluar bersama dan melihat Luda sedang berdiri menunggu mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita pergi sekarang?" Tanya Luda setelah melihat atensi Bona. Bona hanya mengangguk pelan dan masuk ke dalam mobil nya di ikuti oleh Wendy.

PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang