Bona udah selesai ganti baju, sekarang mereka udah baring sebelahan di kasur.
"Beneran mau tidur sekarang?"
"Ya masa aku bercanda sih?"
"Yakali aja kan, tumben kamu tidur jam segini."
"Gatau juga, tiba tiba ngantuk."
"Hm yaudah, sini deketan." Perintah Eunseo.
"Apa?"
"Sini agak deketan."
"Ngapain?"
"Ah bawel kamu." Karena tak sabaran Eunseo kemudian menarik Bona dan membuat Bona masuk ke dalam pelukannya.
"Dari tadi kek kayak gini, kelamaan kamu." Bona diam tidak menyauti ucapan Eunseo.
"Udah gih tidur." Eunseo berucap sembari mengelus rambut Bona.
Bona yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum. Eunseo juga sudah memejamkan matanya tetapi belum ada satu menit menit, tiba tiba sebuah kecupan mendarat di dagunya. Ya, Bona mencium dagunya.
"Kenapa cium cium?" Bona menggeleng dipelukan Eunseo.
"Enggak." Eunseo kemudian mengangkat dagu Bona dengan satu tangannya, sehingga membuat Bona mendongak ke arahnya. Setelahnya Eunseo mengecup bibir Bona.
"Kalau mau cium tinggal bilang, tidak perlu sampek tiba tiba nyosor dagu kayak tadi."
"Siapa yang nyosor? Cuman tadi reflek gara gara sikap kamu yang beda dari biasanya. Menjadi lebih manis." Eunseo terkekeh.
"Mulai sekarang sampai nanti, kamu harus terbiasa dengan sikap aku yang seperti ini. Mengerti?"
"Hah?! Maksut kamu?" Eunseo kembali tak menyauti dan hanya mengendikkan bahunya. Kemudian kembali menutup matanya.
"Dasar menyebalkan." Gerutu Bona.
"Aku bisa mendengarmu Nona Kim. Sekarang lebih baik kau tidur atau kau memilih untuk aku tiduri?" Ucapan Eunseo seketika membuat Bona terdiam dan reflek menyembunyikan wajahnya di tubuh Eunseo kemudian memejamkan matanya begitu saja. Sementara Eunseo sudah tersenyum, menyenangkan sekali menggoda Bona, pikirnya.
.
.
.
"Mau aku antar?" Bona menggeleng."Luda akan menjemputku." Eunseo cemberut.
"Sepertinya aku akan selalu kalah dari kak Luda." Bona mengerutkan keningnya.
"Maksutmu?"
"Tidak, tak usah dipikirkan. Aku hanya asal bicara tadi." Bona tersenyum lalu mendekati Eunseo yang sedang duduk dimeja makan tepat dihadapannya. Sekarang Bona sudah berada di samping Eunseo.
"Kau cemburu?"
"Tidak."
"Ck, haruskah aku selalu melakukan hal yang sama supaya kau mengaku jika sedang cemburu? Seperti saat aku mengakatan jika Xuan Yi mengajakku berkencan." Eunseo menoleh ke arah Bona sembari mendelik tajam.
"Jangan membahasnya."
"Kenapa? Kau cemburu bukan?" Goda Bona dengan alis yang dinaik turunkan.
"Iya aku cemburu. Puas kau?" Eunseo acuh menatap ke arah lain. Sedangkan Bona sudah dipastikan sedang tertawa puas sekarang.
"Untuk apa lagi kau cemburu? Memang Luda mencintaiku, tapi hey ayolah bahkan sekarang aku sudah menjadi milikmu. Lalu apa lagi yang kau bilang kalah dari Luda? Bukan hanya ragaku yang kau miliki, tapi hatiku pun sudah kau miliki sepenuhnya. Tak ada sisa lagi untuk orang lain." Eunseo diam tak menjawab. Memang setelah kemarahan Luda waktu itu yang membuatnya mengaku jika dia mencintai Bona, sekarang semua orang tau, tetapi mereka bersikap seolah olah tak terjadi apapun. Karena tak mau membuat suasana menjadi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
Fiksi PenggemarSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan