Sudah sore dan ini adalah jam biasanya Bona pulang ke rumah. Bahkan sepertinya sudah lebih sedikit. Eunseo sudah menunggu istrinya itu di rumah. Tetapi sejak tadi Eunseo tak mendapat kabar dari Bona, pesannya pun tak dibalas oleh wanita itu. Tiba tiba saja hatinya gelisah entah apa penyebabnya.
Masih menunggu Bona walau sudah hampir malam, Eunseo masih tetap diposisinya. Duduk di ruang makan seperti tadi, berniat mengajak Bona makan yang sebelumnya telah ia beli sewaktu perjalanan pulang.
Eunseo senyum senyum sendiri membayangkan bagaimana nanti hubungannya dengan Bona yang menjadi jelas sebentar lagi.
Tetapi lagi lagi realita menghantamnya, istrinya yang seharusnya sudah ada dihadapannya sejak 1 jam yang lalu, nyatanya belum juga menampakkan batang hidungnya.
Panggilan dan pesan yang ia kirim tak ada satupun yang dibaca, bahkan ponsel Bona telah dinonaktifkan.
Pikiran Eunseo jadi kemana mana, entah memikirkan Bona yang sangat sibuk jika dilihat dari pikiran positifnya atau Bona yang kembali bertemu mantan kekasihnya jika dilihat dari sisi negatif pikiran Eunseo.
Eunseo juga sudah menghubungi Luda, tetapi hasilnya pun sama, tak ada jawaban.
Pikiran Eunseo semakin kacau tak tentu arah. Makanan yang telah tersaji pun dibiarkan begitu saja oleh Eunseo.
.
.
.
Sudah pukul 10 malam dan Eunseo masih setia berada ditempatnya sejak tadi, membiarkan makanan didepannya mendingin. Sungguh Eunseo tak peduli dengan makanan itu, diotaknya penuh tentang pertanyaan dimana gadisnya, dimana istrinya. Tatapannya kosong, yang biasanya wanita itu selalu berperawakan tegap sekarang terlihat merosot, bahunya tak setegap biasanya.Sudah ratusan kali Eunseo menghubungi Bona tetapi tetap, operator yang menjawabnya. Begi juga dengan ponsel Luda.
Wendy? Seola? Mereka bilang juga tak tau dimana keberadaan wanita itu. Membuat sang sahabat dan mantan kekasihnya itu juga ikutan kalang kabut.
Mencoba menghubungi juga hasilnya sama, nihil.
Tiba tiba otak Eunseo baru saja berjalan, is bergegas mengambil kunci mobilnya lalu berlari keluar dari rumah.
Mengendalikan mobilnya diatas rata rata Eunseo ingin secepatnya sampai ditempat tujuan, kantor Bona. Ia berpikir jika istrinya sedang lembur dan lupa mengabari.
Hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai disana, tetapi yang ia lihat hanya bangunan dengan etalase yang terlihat sangat gelap dari luar dan juga papan tulisan close yang menggangtung di pintu, menandakan jika bangunan itu sudah tak berpenghuni.
Eunseo memukul setir mobilnya berkali kali merasa frustasi dengan semua ini. Kemana perginya wanita itu, ini sudah hampir tengah malam. Dengan tergesa Eunseo melajukan kembali mobilnya untuk menuju ke tempat lain. Tempat wanita itu, mantan kekasih istrinya.
Jarak kantor Bona dengan apartement Exy memang dekat, hanya butuh waktu 10 menit. Setelah sampai di basement Eunseo bergegas keluar mobil dan berlari menuju kamar Exy.
Dengan tak sabaran Eunseo memencet tombol yang berada di luar. Merasa terganggu tak lama Exy membukakan pintu.
"Eunseo? Ada apa kemari malam malam?"
"Apa Bona ada disini?"
"Bona?" Exy kembali bertanya dengan kening yang berkerut.
"Iya."
"Tidak ada, bukankah seharusnya dia ada di rumah? Dia tadi siang sempat bilang jika tak menginap disini tapi dia akan pulang dan ingin menyelesaikan masalahnya denganmu."
Tubuh Eunseo merosot terduduk dilantai. Air matanya mulai keluar sekarang.
"Hey hey kau kenapa? Kenapa seperti ini? Apa ada yang terjadi?" Eunseo menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan