Alvaro 02

5.8K 181 7
                                    

Gila karena dia sih
Nggak papa

Seorang gadis berambut sebahu menumpu wajahnya dengan kedua tangannya yang berada pada dagunya. Wajah manis gadis itu terus menampilkan senyuman lebarnya, seakan-akan ia baru saja mendapatkan sebuah hadiah besar.

Yola yang notabennya duduk disebelah gadis itu terus menatap aneh. Sepertinya sahabatnya itu sudah kehilangan akal karena terus mengejar seorang alvaro.

"Stts. Si fio kenapa?." lita yang duduk dibelakang kedua manusia itu menepuk bahu yola, tentu ia juga penasaran atas apa yang terjadi pada sahabatnya itu.

"Nggak tau gue." jawab yola seadanya.

Sepertinya bu riri yang tengah mengajarkan berbagai rumus matematika, tak urung merubah pandangan yola dari sahabatnya itu. Rasa penasarannya sudah meluap-luap sekarang, ia ingin menyanyai gadis itu sekarang juga.

Yola menyenggol bahu fio, membuat gadis berambut sebahu itu mendesis kesal akan itu. "Lo kenapa sih?."

"Apanya yang kenapa?." fio memasang wajah cengonya.

Yola berdecak kesal, jika tak memandang fio adalah sahabatnya, ia ingin sekali mencekik gadis itu sekarang juga. "Lo kenapa senyum-senyum kayak orang gila, hah?!."

Fio tersenyum manis, membuat yola menyatukan alisnya bingung. "Tadi, aku diajak ngomong sama kak varo."

Yola menggebrak meja dengan kuat, diiringi dengan teriakan histeris dari gadis itu. Tentu saja kedua gadis itu menjadi pusat perhatian, bu riri berjalan dengan tatapan tajam kearah keduanya, fio hanya bisa menepuk dahinya pasrah.

"Kalian kenapa hah?!. Kamu yola, ngapain mukul-mukul meja?, mau protes sama saya?." tanya bu riri dengan ketus.

Yola menggeleng kuat, menampik semua hal yang diungkapkan oleh gurunya barusan. "Hm, anu buk. Tadi, ada semut, saya kan takut digigit. Jadi, saya pukul deh tu si semut."

Bu riri memicingkan matanya saat menatap yola. Tentu saja aksi dari sang guru mampu membuat yola meneguk salivanya susah payah. Kemudian, bu riri menunjuk kedua matanya dengan jari tengah dan telunjuknya, lalu menyodorkan kedua jarinya itu pada yola. Sebagai tanda bahwa bu riri akan mengawasi gadis berambut panjang itu.

Yola kembali melanjutkan acara tulis menulisnya, gadis itu terus menatap kedepan, seakan trauma atas apa yang terjadi barusan. Fio hanya dapat terkekeh kecil, yola memang dikenal sangat ekspresif atas apa yang ia dengar atau lihat.

Kring.. Kring.. Kring

Bel bertanda pulang telah berbunyi, semua murid berhamburan keluar kelas setelah mendapat instruksi dari bu riri.

"Fio, tolong jelasin maksud lo barusan?." titah yola.

Lita mengerutkan dahinya bingung, apa yang dikatakan oleh kedua sahabatnya itu?. "Kalian ngomongin apaan sih?."

"Itu ta, kata si fio dia diajak ngomong sama kak varo. Kan nggak mungkin banget." tutur yola.

"Ck. Ngayal." decak lita.

Fio menyandangkan tas ranselnya pada kedua bahunya, nenatap kedua sahabatnya itu dengan tatapan tidak bersahabat.

"Ist. Iya tau, tadi aku diajak ngomong sama kak varo. Kalian mah gitu, nggak pernah percaya sama aku." ujar fio dengan nada kesal yang dibuat-buat.

"Kok sampe saat ini gue nggak bisa percaya sih." ungkap yola.

"Eh curut. Gue liat ya apa yang terjadi dikantin tadi. Lo itu dibentak sama kak varo, bukannya diajak ngomong." sanggah lita.

"Terserah. Sama aja. Aku pergi dulu ya, udah ditungguin sama kak varo." fio berlalu pergi, meninggalkan kedua sahabatnya itu.

"GILA?!." sorak yola dan lita.

Fio menyembulkan kepalanya dipintu kelas. "Gila karena dia sih, nggak papa." tutur fio.

                            🌿🌿🌿
Fio tersenyum lebar saat melihat seorang cowok tampan tengah berkutat pada motor sport hitamnya. Dengan langkah riang, fio menghampiri cowok itu, hal itu selalu rutin dilakukannya saat sepulang sekolah.

"Hai kak varo." alvaro tidak menoleh, cowok itu terus sibuk memakaikan jaket pada tubuh kekarnya.

Fio mengerucutkan bibirnya kesal, varo memang selalu suka mengacuhkan dirinya. Tapi, bukan fio namanya jika ia langsung menyerah begitu saja.

"Kak, anterin pulang dong." fio memegang lengan cowok itu.

Sorot mata tajam mengarah pada fio, aura dingin menyeruak disekitar sana. Varo menepis tangan fio dengan kasar, membuat gadis itu sedikit mengeluarkan erangan kecil.

Perlakuan itu memang selalu sering didapati fio saat mencoba untuk mendekati varo. Dibentak, diperlakukan kasar dan dicaci maki pun, tak urung membuat fio menjauhi cowok tampan itu.

Varo memakaikan helm pada kepalanya, lalu menaiki motor sportnya itu tanpa mengacuhkan fio. Gadis berambut sebahu itu hanya menatap semuanya dengan nanar, sesak mengerubungi ulu hatinya.

Perlahan varo menghilang dari pandangannya, cowok itu berlalu pergi begitu saja tanpa mengacuhkannya.

Fio menghela nafasnya lelah, ia harus berjuang lebih keras sekarang. Dengan langkah gontai, fio berjalan pelan menuju halte sekolah. Kapan varo akan bersikap baik padanya?.

***
Pease, follow my wattpad:'(

Vote dan kommentnya juga ya
Biar semangat upnya

Kan jomblo kek saya nggak ada
Yang nyemangatin
Azekk.. Curhat😂

Pease:v

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang