Alvaro 49

2.2K 115 22
                                    

Apa sebuah kertas yang
Telah diremukkan jika
Diperbaiki seperti semula
Masih terlihat sama?.


Gebrakan pada mejanya membuat Fio mengalihkan pandangannya dari buku yang dibacanya. Raut wajah Lita dan Yola yang tampak kesulitan bernafas menjadi penampakan pertama dari apa yang Fio lihat.

"Kalian kenapa?. Kok ngos-ngosan gitu?." Fio meletakkan bukunya.

Yola mengapit wajah Fio dengan kedua tangannya. "Lo gpp?. Lo gak ada niatan buat bunuh diri kan?."

"Apaan sih pertanyaan lo La." Ujar Lita tak terima.

"Kalian kenapa sih?. Emang aku bunuh diri kenapa coba?." Tanya Fio tak mengerti.

Yola melirik Lita, gadis tomboi yang menyadari itu memutar bola matanya jengah. "Kak Alvaro sama Kak Filia balikan."

Raut wajah terkejut tentu ditampilkan Fio dikala mendengar apa yang dikatakan Lita barusan. Namun, seperkian detik dari itu Fio segera memasang raut wajah normalnya.

"Ooh, terus kenapa?." Tanya Fio.

Lita dan Yola yang mendengar hal itu menatap hampir tak percaya pada gadis didepannya. Ini bukan reaksi yang ia fikirkan, jauh dari ekspektasinya.

Yang mereka tau Fio sangat tergila-gila pada Alvaro. Lantas, mengapa gadis itu tidak bereaksi layaknya gadis yang cemburu. Apa akal sehat temannya ini telah kembali?.

"Kok lo gak sewot sih?." Tanya Yola yang tak bisa memahami situasi.

Fio terkekeh pelan, raut wajah kedua temannya sangat lucu. "Ngapain  harus sewot La?. Kan jawabannya simple, kalau mereka balikan tandanya mereka masih punya rasa."

"Kualat ah gangguin orang pacaran lagi." Lanjut Fio.

"Ini beneran Fio kan?." Tanya Lita memastikan.

Fio menggelengkan kepalanya heran, lalu perlahan bangkit dari posisi duduknya. Gadis itu menghentikan langkahnya dikala melihat Lita dan Yola tidak beranjak dari tempatnya.

"Kok masih diem di sana sih?. Kalian gak ikut ke kantin nih?." Tawar Fio.

Yola dan Lita menampilkan cengiran lebarnya. Lalu mengikuti langkah Fio menuju kantin. Ketiganya terus membicarakan hal-hal lucu. Katanya sih lebih baik dari pada membicarakan orang lain.

Lita dan Yola refleks menatap pada Fio, dikala mereka tak sengaja melihat di ujung koridor ada Alvaro dan Filia yang akan berjalan ke arah mereka.

Kedua manusia itu berselisih jalan, Alvaro dan Fio tak sengaja bertemu pandang. Sedetik kemudian gadis itu memutuskan kontak mata itu. Ia kembali di sibukkan dengan hal yang tengah ia bicarakan pada Yola dan Lita.

🌿🌿🌿

"Loh, kok Kak Varrel ada di sini?."

Baru mendudukkan tubuhnya di halte bus. Ia dikejutkan dengan kedatangan Varrel yang secara tiba-tiba. Tatapan Fio beralih pada seragam basket yang dikenakan Varrel.

"Kak Varrel habis latihan basket?." Tanya Fio.

Varrel menampilkan senyumannya. "Iya, kenapa?. Bau ya?."

"Gak kok. Kak Varrel wangi malahan." Jawab Fio.

Varrel hanya terkekeh pelan mendengar jawaban dari Fio barusan. Fio dengan sifat kepolosan gadis itulah yang membuat Varrel tak bisa lepas semudah itu dari Fio. Gadis dengan sikap sederhananya.

"Eh, gue boleh minta tolong gak?." Tanya Varrel.

Fio menyatukan alisnya tak mengerti. "Minta tolong?. Minta tolong apa emangnya Kak?."

"Gue laper."

"Kak Varrel mau minta makan sama aku?. Kak maaf, uang jajan aku udah habis." Tutur Fio terkejut bukan main.
Tawa Varrel yang pecah secara tiba-tiba membuat Fio makin mengerutkan dahinya bingung. Ada apa dengan cowok ini?.

"Gue gak minta makan Fio. Gue cuma minta tolong buat nemenin gue makan bakso." Ucap Varrel.

Fio menganggukkan kepalanya paham. "Gitu ya kak. Ya udah deh. Aku mau nolongin Kak Varrel."

Perlahan Fio menaiki motor cowok tampan itu dengan bantuan dari Varrel. Keduanya menghilang, menembus ramainya keadaan kota di sore itu.

"Kak, kenapa aku di beliin sih?."

Varrel tak henti-hentinya tertawa melihat raut wajah kesal yang ditujukan Fio. Gadis itu marah karena dibelikan semangkok bakso. Katanya, ia tak mau Varrel mengeluarkan uang terlalu banyak.

"Makan Fio. Itu sebagian cara buat nolongin gue." Tutur Varrel.

Beberapa menit berlalu, Fio yang terpaksa Varrel untuk menghabiskan bakso itu telah menghabiskan makanannya. Keduanya pun larut dalam keheningan sore dikala itu.

"Apa hari ini hari lo baik?." Tanya Varrel.

Fio menolehkan kepalanya pada Varrel, tatapan keduanya beradu. "Lumayan kak. Kalau Kak Varrel gimana?."

"Gue?. Masih abu-abu." Cowok itu menampilkan senyuman tipisnya.

"Setidaknya abu-abu masih ada warna kak. Lalu apa kabar dengan gelap?. Bahkan orang yang mempunyai hari yang gelap itu pun masih dipaksa untuk menampilkan senyumannya." Perjelas Fio.

"Minggir bisa gak?."

Ucapan tajam itu membuat perhatian keduanya teralihkan. Fio menampikan wajah kagetnya dikala melihat Alvaro dan Filia dihadapan mereka.

"Minggir dong. Kalian kan udah selesai makannya. Kita mau makan nih." Ujar Filia, mengeratkan gandengannya pada Alvaro.

Varrel bangkit dari duduknya. "Kan ada tempat kosong lain. Kenapa harus di sini?!."

"Gue maunya ya di sini." Alvaro menatap tajam pada Varrel.

"Kak udah, pergi yuk."

Bisikan itu membuat Varrel menghentikan niatnya untuk memprotes. Kedua manusia itu perlahan meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Alvaro dan Filia di tempat itu. Tatapan tajam Alvaro terus mengarah pada Fio yang tengah mengenggam tangan Varrel.

***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

Follow my akun wattpad ya.
Mohon kerja samanya.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang