Alvaro 06

2.8K 106 2
                                    

Kapan aku dan kamu
Menjadi kita?

Suasana sepi mendominasi sebuah ruangan. Detingan jam terdengar nyaring sehingga memberi efek sebuah ketenangan. Kamar beraroma mint itu tampak rapi.

Disana, seorang cowok tampan tengah menjatuhkan dirinya diatas kasur. Cowok itu tak henti-hentinya menghela nafasnya kasar.

Alvaro bangkit, cowok itu berdiri sembari meregangkan otot-otot tubuhnya. Cowok tampan itu berdecak, rasanya malas sekali untuk melakukan aktivitas apapun.

Sungguh, ia merindukan filia. Gadis itu dengan teganya mengkhianatinya lalu meninggalkannya begitu saja. Alvaro sadar ia juga salah. Namun, mengapa gadis itu tak mau memberinya kesempatan?

Alvaro perlahan melangkahkan kakinya, meninggalkan kamar itu dengan helaan nafasnya. Cowok itu mengerutkan dahinya bingung saat baru menginjakkan kakinya diujung tangga.

Cowok itu berjalan pelan, mendekati seorang gadis yang tengah duduk disofa rumahnya. Alvaro berdecak, saat gadis itu melempar senyuman manis padanya.

Fio, gadis itu dengan beraninya mendatangi rumah alvaro. Gadis itu hanya berniat ingin menghibur pujaan hatinya, alvaro. Ia tak mau memikirkan resiko bahwasannya ia bisa saja diusir dengan tidak terhormat.

Fio menelan salivanya susah payah. Sungguh, penampakan alvaro saat itu membuat matanya tak mau berkedip. Rambut cowok itu acak-acakan mungkin sehabis bangun tidur. Tapi tetap saja, bagaimana bentuk alvaro pun fio akan tetap cinta.

"Ngapain?." pertanyaan itu terdengar bernada tidak suka.

Fio tersenyum manis. "Mau main kerumah mertua."

Alvaro menghela nafasnya panjang. Sungguh, ia sedang tak ingin diganggu saat ini. "Pergi!."

"Ist. Jahat banget sih kak. Baru aja sampe!." fio mengerucutkan bibirnya lucu.

"Ka-"

"Eh, al. Udah bangun?."

Usapan pelan dikepalanya membuat alvaro menoleh kesamping. Disana, sudah berdiri tante arini, mamanya.

"Maaf ya fio, mama lama kekamarnya."ujar tante arini.

Fio memberi senyuman lebarnya. "Iya ma, ga papa kok."

Alvaro mengernyit bingung, sejak kapan fio memanggil mamanya dengan sebutan mama?. Seingatnya, ia tak pernah mengajak gadis cerewet itu kerumahnya.

"Al, kamu mandi dulu sana. Bau!." tante arini mengipas-ngipaskan tangannya didepan hidungnya.

Alvaro mendesis, saat melihat fio sedang berusaha menahan tawanya. "Apaan sih ma!."

                              🌿🌿🌿
Alvaro menuruni anak tangga dengan perlahan. Aroma kue yang menyeruak diindera penciumannya membuat ia berjalan menuju dapur.

Cowok itu menatap datar fio yang tengah menghias sebuah kue. Gadis itu terlihat sangat fokus sehingga mengabaikannya begitu saja.

"Udah mandi al?."

Pertanyaan itu membuat fio menghentikan aktivitasnya. Gadis itu menatap alvaro, lalu memberi senyuman meski senyuman itu tak pernah dibalas.

"Senyum aku aja nggak pernah dibalas. Apa kabar dengan perasaan?." batin fio mengernyit.

"Al, si fio perhatian banget ya pake ngebuatin kue buat kamu." goda tante arini.

Alvaro memutar bola matanya jengah. "Gak minta!."

Seketika senyuman lebar fio luntur, digantikan dengan bibirnya yang mengrrucut. Apapun yang dilakukannya tak pernah mendapat perhatian dari alvaro. Sungguh, ia hampir putus asa.

"Aduh mulutnya." peringat tante arini.

Alvaro membuang mukanya. Perasaannya saat ini sangat kacau, ia sangat malas meladeni hal-hal konyol seperti ini.

"Fio, mama kekamar dulu ya. Kamu sama alvaro dulu!." fio menganggukkan kepalanya antusias.

Hening menyelimuti kedua manusia itu. Fio yang sibuk menghias kuenya dan alvaro yang hanya berdiri dipintu dengan kedua tangannya yang bersedekap didada bidangnya.

"Kak, apa kabar?."

"Hatinya?." lanjut fio.

Alvaro hanya diam, cowok itu masih belum mau membuka mulutnya. Ia masih fokus menatap sebuah kue yang dibuat fio tadi.

"Kak, aku bakalan nunggu kakak. Aku akan bantu kakak buat move on dari kak filia." tutur fio.

Lagi-lagi alvaro hanya diam, membuat fio menghela nafasnya kasar. "Sebenci itu ya kak varo sama aku. Sampe nggak mau ngomong."

"B-"

"Wah, ada kue nih." seorang cowok tampan dengan stelan baju sekolah mencomot kue fio begitu saja.

Fio menatap bingung seorang cowok tampan didepannya, cowok itu tak kalah tampannya dengan alvaro. Tetapi tetap saja, bagi fio alvaro merupakan cowok tertampan didunia.

"Lo yang bikin ni kue?." tanya cowok itu lagi.

"I-iya" jawab fio gugup.

Cowok itu membersihkan cepat kedua tangannya, lalu menyodorkan tangan kanannya. "Kenalin, nama gue alvin bristian. Gue adiknya si es batu berjalam itu noh."

Fio terkekeh pelan atas pernyataan dari alvin barusan. Fio menggeleng heran saat menyadari sifat kedua kakak beradik itu sangat jauh berbeda.

"Fiorenza Quenzi. Biasa dipanggil fio." gadis itu membalas uluran tangan dari alvin

Alvaro menatap kedua manusia didepannya itu yang tengah sibuk mengobrol hal-hal yang tidak penting. Cowok itu menghela nafasnya kasar, lalu beranjak pergi menuju kamarnya.

"Ganjen." batin alvaro geram.

***
Mohon
Vote
Dan
Commentnya:(

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang