Alvaro 03

4.1K 151 0
                                    

Mari saling menghargai
Kamu yang menghargai perjuanganku
Dan aku yang menghargai perlakuanmu

Fio menatap bu riri yang tengah menerangkan pelajaran matematika didepannya. Gadis berambut sebahu itu keliatan risih, membuat yola yang notabennya duduk disamping gadis itu berdecak kesal.

"Sstt. Apa sih fi. Ganggu tau nggak." bisik yola.

Fio menatap yola datar, gadis itu tak menghiraukan pertanyaan dari yola. Gadis itu segera berdiri, meminta izin kepada bu riri lalu keluar meninggalkan kelas.

Lita menepuk bahu yola, membuat gadis itu menolehkan kepalanya kebelakang. "Eh, si fio mau kemana?."

"Boker kali." jawab yola asal.

Fio menatap minuman air mineral ditangannya dengan sebuah senyuman lebar. Sesekali gadis itu terkikik geli, membayangkan apa yang akan dilakukannya nanti.

Hari ini, alvaro tengah mengikuti jam pelajaran olahraganya. Dan memandang sebulan lagi sekolahnya yang akan mengikuti lomba, membuat alvaro dan teman-teman terus berlatih untuk mengasah kemampuan mereka.

Bahu tegap fio meluruh saat melihat pemandangan didepannya. Senyum lebarnya runtuh seketika saat melihat alvaro dengan filia.

Berbicara mengenai filia, gadis berkulit putih itu merupakan pacar dari seorang alvaro bristian. Mereka diketahui telah lama menjalin sebuah hubungan dan sudah ditetapkan sebagai pasangan tercocok seantero sekolah.

Melupakan fakta yang ada fio berjalan mendekati mereka berdua tanpa rasa malu yang berarti. Gadis itu tersenyum cerah lalu memberi minuman secara paksa kepada alvaro, membuat cowok itu mendengus sebal.

"Kak, aku minta izin buat ngerebut pacar kakak ya. kita bersaing dengan cara sehat. Deal?." gadis berambut sebahu itu mengulurkan tangannya, bersiap-siap menerima balasan jabatan tangan dari lawan bicaranya.

Filia mengerutkan dahinya bingung, lalu seperkian detiknya tawa gadis itu pecah begitu saja membuat alvaro menatap kekasihnya itu bingung.

Filia menerima uluran tangan dari fio. "Deal."

Alvaro membelalakkan matanya, terkejut atas apa yang terjadi didepannya ini. Apa yang dilakukan filia? Mengapa gadis itu malah membiarkan orang lain untuk merebutnya dari gadis itu.

Terlalu kesal dengan suasana tersebut, alvaro beranjak pergi meninggalkan kedua manusia itu tanpa sepatah kata pun.

"Gue pergi dulu ya." filia berlari kecil, menyusul alvaro yang semakin jauh.

Fio yang menatap aksi kedua manusia itu mencibir kesal. Menyakitkan melihat pemandangan seperti itu secara terus-menerus.

Filia menarik lembut tangan alvaro, membuat cowok itu menghentikan langkahnya. "Kenapa al?."

"Ga"

Filia mengerucutkan bibirnya. "Bohong."

"Ga suka."

"Ga suka apa?." tanya filia bingung.

Alvaro memejamkan matanya kuat-kuat, lalu menghela nafasnya kasar. "Aku ga suka kamu kayak tadi sama si fio."

Sepenggal kalimat tadi membuat senyuman lebar terukir diwajah cantik filia. "Al, bagi aku semua hal yang aku lakuin tadi ga ada artinya. Aku tau, kamu gak akan dan gak akan pernah berpaling dari aku."

Alvaro menghela nafasnya kasar, lalu menganggukan kepalanya patuh. Cowok itu mendekap filia kedalam pelukannya. Sungguh, ia tak mau sampai gadis itu pergi dari hidupnya.

 
 

                           🌿🌿🌿
Fio menggenggam erat gagang pintu utama rumahnya, lalu menghela nafasnya panjang. Gadis itu memejamkan matanya kuat-kuat lalu perlahan mendorong pintu besar itu.

"Kemana aja kamu hah?!. Keluyuran lagi?. Dasar anak yang tak tau diuntung."

Fio mendesah lelah, gadis itu menatap sang mama yang tengah bersedekap didepannya dengan mata yang berkaca-kaca.

Jika diusianya seorang anak gadis akan dekat dengan mamanya, lalu sekedar menceritakan masalah sekolah atau masalah percintaannya pada sang mama. Berbeda dengan fio, jangankan melakukan hal itu sekedar menanyakan dimana letak suatu barang saja ia tak berani.

"F-fio habis kerja kelompok ma dirumah yola." jawab fio, menundukkan kepalanya kebawah.

Tante damita memutar bola matanya jengah, wanita paruh baya itu menatap gadis didepannya itu dengan sirat kebencian yang terlihat jelas. Rasanya saat melihat gadis didepannya ini ia.... Ah sudahlah lupakan saja.

"Alasan saja. Sana, kerjakan pekerjaanmu." suara tante damita meninggi.

Fio menggigit bibirnya gugup, gadis itu berusaha mengumpulkan semua keberaniannya untuk menanyakan sesuatu.

"M-ma, papa belum pulang?." tanya fio takut-takut.

Tante damita mendesis kesal. "Ngapain?. Mau morotin suami saya hah?!."

Fio menggelengkan kepalanya kuat, mencoba menampik hal yang dituduhkan mamanya barusan. Gadis itu menatap sendu punggung sang mama yang mulai menjauh.

"Kapan mama akan baik sama fio?." batin fio lirih.

Fio mengadahkan kepalanya keatas, mencoba menghentikan air matanya yang mendesak minta dikeluarkan. Gadis itu berjalan gontai menuju kamarnya, berganti pakaian lalu mengerjakan tugas-tugasnya.

Hanya satu hal yang selalu menguatkan fio, kata-kata sederhana yang selalu bisa membuat energinya kembali terisi. Yaitu Semua akan indah pada waktunya.

***
Mohon
Vote
Dan
Kommentnya:')

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang