Alvaro 45

2.4K 107 5
                                    

Jangan bertingkah seolah-olah
Kamu yang terkuat.
Apa salahnya untuk
mengabarkan pada dunia.
Bahwa kamu tidak baik-baik saja.

Suasana canggung serta sunyi menyelimuti keadaan didalam mobil Alvaro. Para teman-temannya yang lain telah pergi dahulu menggunakan mobil milik Devin. Dan tinggallah ia berdua, semobil dengan Fio namun dengan aura yang berbeda.

Alvaro melirik Fio sekilas, lalu kembali melihat kedepan karena ia tengah mengendarai mobil. Gadis itu memilih duduk dibangku belakang, dari pada di sampingnya. Sepertinya sebagai bentuk pemberontakan kalau ia tengah marah.

Ya, pada saat Fio terus menyudutkannya perihal luka pada pinggangnya itu. Alvaro yang sudah kehabisan akal untuk mengelak, akhirnya tak sengaja membentak gadis itu dengan kata-kata kasar.

"Lo masih marah?." tanya Alvaro lagi.

Fio melirik cowok itu, lalu kembali menatap jendela. "Ga."

Alvaro berdecak, ia tau jika gadis itu berbohong. Inilah salah satu sifat yang kurang ia sukai dari perempuan. Mereka lebih suka bermain kata, padahal ia lebih suka jika gadis itu mengatakan yang sebenarnya saja.

"Gue kelepasan Fio." bujuk Alvaro.

Fio mencibir. "Kelepasan apanya kak. Kayak lebih niat gitu bentakannya."

"Katanya lo gak marah. Kok lo ngegas?." cibir Alvaro.

Fio menutup mulutnya, menampilkan raut wajah pura-pura terkejutnya. "Ups. Kelepasan kak."

Cowok itu memutar bola matanya jengah, lalu kembali fokus pada jalanan didepannya.

Ia tau jika gadis itu menyindirnya. Namun, Alvaro lebih memilih diam dari pada masalah ini makin menjadi berantakan.

Setelah hampir satu jam menempuh perjalanan. Alvaro memakirkan mobilnya didepan rumahnya.

Cowok itu menghela nafasnya panjang. Semua hal yang coba ia rahasiakan yang jelas satu persatu mulai terbongkar.

Bukan, bukan karena ia yang merasa paling tersakiti. Atau bertindak seolah-olah ialah satu-satunya korban yang harus dihormati.

Percayalah, ia hanya tak ingin ada orang lain yang terluka selain dirinya. Biarkan kali ini ia bertindak layaknya seorang pahlawan.

Perlahan Alvaro turun dari mobilnya, ia membuka pintu belakang, senyum tipis ditampakan Alvaro dikala melihat gadis itu telah terbaur dalam mimpi.

Cowok itu menahan kepala Fio menggunakan satu tangannya. Lalu mengambil alih untuk duduk di samping gadis itu dan meletakkan kepala Fio menyandar dibahunya.

"Gue tau lo rapuh. Gue gak sejahat itu buat bikin lo semakin terpuruk."

🌿🌿🌿

"Fio!."

Teriakan itu membuat Fio berlarian kecil menuju Alvin. Adik dari Alvaro itu menatapnya dalam, membuat Fio berdehem keras guna menyingkirkan kecanggungan.

"Apa vin?." tanya Fio.

Alvin menyipitkan pandangannya, menatap Fio semakin dalam. "Lo, udah punya pacar ya?."

"Hah?!. Pacar?. Aku gak punya pacar vin." perjelas Fio.

"Masak?. Tuh ada cowok yang nyariin lo didepan!." cibir Alvin.

Fio menyatukan alisnya bingung, siapa cowok yang dimaksud oleh Alvin. Gadis itu memikirkan banyak kemungkinan siapa yang mengunjunginya sepagi ini.

"Lo jangan jahat dong jadi cewek. Main PHP-in abang gue sgala. Tau-taunya lo udah punya cowok." Alvin menggelengkan kepalanya heran.

Fio tak mengacuhkan omongan Alvin. Karena tingkat penasaran yang tinggi, ia segera berlarian kecil menuju halaman rumah milik Alvaro. Gadis itu membelalakkan matanya kaget, dikala menyadari Varrel mengunjunginya.

"Loh kak varrel. Ngapain kak varrel ke rumah kak Varo?." tanya Fio penasaran.

Varrel terkekeh pelan. "Ya mau jemput lo lah Quen."

"Kak varrel tau dari mana kalau aku tinggal di sini?." tanya Fio lagi.

Varrel membuang pandangannya, lalu kembali menatap manik mata Fio. "Mata batin."

Fio mengerucutkan bibirnya, merasa tak puas akan jawaban dari Varrel. "Ka-"

"Woy. Mama nyariin tuh. Lo malah ngeghibah didepan!."

Sorakan itu membuat Fio dan Varrel menolehkan kepalanya. Keduanya hanya menatap datar Alvaro yang perlahan mendekati keduanya.

"Ngapain lo kerumah gue?. Numpang makan?." sinis Alvaro.

Varrel berdecak, menatap Alvaro dengan tak kalah tajamnya. "Gue mau jemput my Quen."

"Ciuh. Alay banget lo jadi cowok." Alvaro tertawa renyah.

"Lo k-"

"Kak Varo, udah ya."

Tatapan keduanya beradu, Alvaro menghela nafasnya panjang. "Masuk. Jangan pancing amarah gue. Okay!."

Fio menganggukkan kepalanya. "Kak Varrel berangkat duluan aja ya. Aku berangkat sekolahnya sama Kak Varo."

Varrel hanya menatap datar punggung Fio yang semakin menjauh. Ia refleks memukul helm yang tengah dipegangnya. Selalu saja seperti ini, lagi dan lagi apa yang ia inginkan direbut kembali oleh Alvaro.

***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

Follow my akun wattpad ya
Mohon kerja samanya.

Dibaca ya sambil nunggu Alvaro up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dibaca ya sambil nunggu Alvaro up.
Cek diprofil aku

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang