Alvaro 52

2.3K 121 17
                                    

Rasanya harapan itu
Semakin melebarkan jarak.


Alvaro menghela nafasnya panjang ketika baru menginjakkan kaki diruangan UKS itu. Setelah pergi keluar sebentar, ia mendapati Fio menyelimuti seluruh tubuhnya menggunakan selimut dirungan itu.

Ia tak mengerti apa yang tengah terjadi pada gadis itu. Fio tiba-tiba menangis dan memaki-makinya hingga berakhir di sini, tanpa sebab yang tak ia ketahui. Apa Fio marah karena ia telah mencium gadis itu kemarin?.

"Lo marah karna udah gue cium?!." Ia tau gadis itu telah sadar saat berselisih dengan petugas PMR tadi.

"Diam!."

Alvaro menatap datar Fio yang masih betah berada pada posisinya itu. "Lo gak kepanasan?."

"Bodo."

Kekehan pelan Alvaro lontarkan mendengar jawaban dari adik kelasnya itu. "Lo udah berani jutek ya sama gue."

"Lo kenapa sih?!."

"Lo marah karna gue cium kemarin?."

"Atau Filia udah macam-macam ke lo?."

Cowok itu menggeram kesal dikala Fio tak kunjung merespon jawabannya. Tangan cowok itu tergerak untuk menyibak selimut yang digunakan gadis itu untuk menutupi seluruh tubuhnya itu.

Fio langsung merubah posisinya menjadi duduk. Alis cowok itu menyatu bingung dikala melihat gadis itu menundukkan kepalanya. Sungguh, apa yang tengah terjadi pada gadis ini?!.

Tangan cowok itu tergerak untuk memaksa gadis itu mendongakkan kepalanya. Mata Alvaro melebar kaget ketika tatapannya beradu dengan tatapan Fio. Gadis itu menangis.

"Lo kenapa sih?!. Bisa gak jelasin ke gue?!. Gue capek ngeliat lo kayak gini. Gue kayak orang bodoh tau gak?!." Bentak Alvaro.

Tangis Fio semakin menjadi-jadi, Alvaro yang mengetahui itu panik setengah mati. Mengapa ia harus membentak gadis itu?. Bodoh!.

"Kak Varo, aku m-"

"Al. Kamu di sini?."

Perhatian kedua manusia itu teralihkan pada seorang gadis yang tengah berdiri didepan pintu UKS. Tatapan Fio beralih pada Alvaro yang menghampiri gadis itu. Fio hanya menghela nafasnya.

"Lo udah baikan Fio?." Filia mencondongkan tubuhnya pada Fio, bertindak seolah-olah tengah men-cek suhu tubuh gadis itu.

"Lihat, gue udah mungut barang yang udah gue buang." Bisik Filia.

Tatapan Fio menajam melihat pergerakan dari Pacar Alvaro itu. Fio mendelik ketika Filia dengan terang-terangan menunjukkan kemesraannya dengan Alvaro dihadapannya.

🌿🌿🌿

Fio memutar bola matanya malas melihat kelakuan Lita dan Yola yang tengah merangkulnya begitu erat. Ia merasa seperti orang yang tengah memiliki penyakit parah saja.

Fio melepas paksa rangkulan kedua temannya itu. "Aku gpp. Kalian perlakuin aku kayak orang sakit parah aja tau gak?!."

"Lo kenapa sih?!." Lita menaikkan intonasi suaranya.

Yola kembali merangkul gadis itu. "Lo bisa cerita ke kita Fio. Kita kan sahabat lo. Suka maupun duka kita tetap terus ada di samping lo!."

"Aku gpp. Mending kalian pulang. Tuh jemputan kalian udah pada datang!." Titah Fio.

Lita dan Yola saling melirik, dengan helaan nafasnya. Kedua manusia itu memutuskan untuk berpamitan pada Fio. Gadis itu hanya menatap datar kedua temannya itu yang perlahan menjauh dari pandangannya.

Tidak, cukup ia merepotkan mamanya yang masih mau menampungnya dirumah itu. Cukup ia merepotkan keluarga mamanya dengan kehadirannya.

Ia hanya kesalahan, ia tak pantas untuk bahagia. Ia tak mau orang-orang baik di sampingnya akan direpotkan olehnya. Fio tak mau menjadi gadis yang tidak tau malu lagi.

Jika ia menceritakan hal memalukan hal ini. Apa yang akan terjadi?. Bisa jadi semua orang yang berada di sekitarnya akan pergi menjauh. Kali ini, ia mau menjadi orang egois yang mempertahankan orang-orang yang berada di sekelilingnya.

Ia tak siap untuk menerima kehilangan demi kehilangan lagi. Ia mau menjadi orang egois kali ini. Ia tak mau sampai kehilangan pegangan dan berakhir dengan jatuh tersungkur.

"Lo kenapa?."

Tatapan Fio beradu dengan tatapan Varrel. Ia mulai terisak, sungguh pertanyaan semacam itu yang terus dilontarkan padanya membuat pertahanannya runtuh seketika.

Varrel terkejut bukan main dikala Fio menubruknya dengan pelukan diiringi tangisan gadis itu. Tak mau menyudutkan gadis itu dulu. Varrel hanya membalas pelukan itu. Di seberang sana tangan Alvaro mengepal marah melihat adegan itu didepan matanya.

***
Mohon
Vote
Dan
Comment.

Follow my akun wattpad ya.
Mohon kerja samanya.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang