Alvaro 43

2.4K 127 16
                                    

Setiap orang memiliki
Rahasia masing-masing
Kamu tak perlu mengusik
Kamu juga harus tau batas wajar.


Lita dan Fio berjalan pelan menuju toilet sekolah. Lebih tepatnya, Fio yang ingin menuju ke tempat itu. Sesekali kedua manusia itu tertawa setelah membicarakan beberapa hal.

Langkah keduanya terhenti dikala Filia dan satu orang temannya menghadang jalan mereka. Dapat kedua gadis itu yakini bahwa yang bersama Filia adalah Merry, gadis bermulut pedas.

"Gue mau ngomong sama lo!." Filia menunjuk Fio.

Fio melirik Filia dengan tatapan datarnya. "Ngomong apa kak?."

"Langsung aja, lo pacaran sama Alvaro?." Mantan Alvaro itu berjalan mendekati Fio.

"Hah?, pacaran?!. Gak kak, gak mungkin lah. Kan kakak tau sendiri kalau kak Varo gak mungkin suka sama aku." tutur Fio.

Filia tertawa renyah, tentu aksi itu membuat Fio dan Lita saling melirik. "Lo kira gue bego?. Gue tau kalau lo tinggal serumah sama dia."

"Sekarang aku tanya deh sama kak Filia. Kalau misalnya aku ada hubungan apa pun sama kak Varo. Kak Filia mau apa?, kan kakak udah putus sama kak Varo." Fio membalas tatapan tajam yang diberikan Filia.

"Woy, udah berani lo ya sama kakak kelas." Merry ikut mencampuri.

"Temen kakak sendiri yang ngajak ribut. Kenapa nyalahin Fio. " bela Lita tak mau kalah.

Tak mau memperburuk keadaan yang makin memanas. Fio menarik Lita menjauhi tempat itu. Namun, tarikan tangan dari Filia membuat Fio terhempas kedepan gadis itu.

"Gue mau ambil barang yang udah gue buang. Gue lagi butuh." Filia berbicara pelan namun tajam.

Cukup, emosi Fio sudah tak dapat dibendung. Tega sekali Filia mengibaratkan Alvaro sebagai sebuah barang. Fio tak habis fikir, bagaimana jika Alvaro mendengar hal ini dari gadis yang cowok itu yakini berperilaku lembut.

"Berarti kak Filia pemulung dong. Yang mau ambil barang yang udah dibuang." ujar Fio.

Plakk

Satu tamparan mendarat dipipi kanan Fio, Lita yang melihat aksi itu ingin membalas perbuatan itu. Namun tarikan dari Fio membuat Lita mengurungkan niatnya.

"Lo tau, bahkan anjing yang udah dibuang sama majikannya. Bisa tau jalan pulang." bisik Filia.

🌿🌿🌿

Alvaro menghentikan langkahnya dikala melihat Fio tengah duduk di ruang tamu dengan memeluk boneka pemberiannya. Arah jalan Alvaro berubah pada gadis itu. Bahkan sepertinya Fio tak menyadari kehadiran cowok itu.

"Ikut gak?."

Fio mengerjap, gadis itu mendongakkan kepalanya. Tatapannya beradu dengan Alvaro, gadis itu tak mengalihkan pandangannya. Hal itu membuat Alvaro mengernyit bingung.

"Ikut gak?." tanya ulang Alvaro.

Fio tersenyum tipis, ia mengekori langkah Alvaro yang menaiki beberapa anak tangga. Ia tau kemana Alvaro membawanya, mereka tengah menuju ke atap rumah cowok itu.

Fio mengambil posisi di samping cowok itu, ditepi balkon. Ia ikut mendongak, mengikuti arah pandangan Alvaro. Tanpa sadar, tatapannya beralih pada Alvaro.

"Lo sesuka itu ya sama gue." Alvaro membalas tatapan Fio.

Fio membuang wajahnya, malu tertangkap basah oleh Alvaro. "Bahkan kata sangat gak cukup buat nampung rasa suka aku kak. "

"Gue dingin, jutek, kepribadian gue berbanding terbalik sama lo Fio. Kayak magnet, lo kutub utara, gue kutub selatan." tutur Alvaro.

Fio terkekeh pelan. "Sebuah hubungan itu gak nyari yang sama-sama sempurna kak. Apa kakak gak tau, kan kalau magnet kutub utara sama magnet kutub selatan bisa di satuin."

Alvaro diam, ia tak membantah apa yang dikatan Fio. Hening tiba-tiba menyelimuti keduanya. Keduanya masing-masing sibuk menatap langit malam yang penuh bintang malam itu.

"Kak, papa kakak kemana?. Kok aku gak pernah liat?." Tanya Fio tiba-tiba.

Raut muka Alvaro seketika berubah dingin. Dapat Fio rasakan perubahan itu. Fio yang menyadari hal itu menjadi salah tingkah sendiri. Mengapa ia menanyakan hal bersifat privasi seperti itu.

"Kak gak u-"

"Bokap udah nikah lagi sama wanita yang dia cintai. Nyokap sama Bokap gue dijodohin. Pas, kakek dari Bokap gue udah meninggal. Mereka pisah." tukas Alvaro.

Fio menatap Alvaro dalam. "Kakak benci sama Papa kakak?."

"Gue gak benci dia Fio. Toh, itu merupakan hasil kesepakatan dari keduanya. Gue cuma kecewa aja, kenapa mereka gak coba bertahan sebentar lagi. Dari situ gue belajar, kalau rasa gak bisa dipaksa. "
Alvaro ikut menatap manik mata Fio.

"Gue cuma butuh waktu. Bentar lagi gue siap kok." lanjut Alvaro.

Fio hanya diam, ia kembali melihat kedepan. Jalan didepan rumah cowok itu cukup sepi malam itu. Gadis itu terkejut bukan main dikala Alvaro menyandarkan kepalanya pada bahu Fio.

"Minjam bahu lo. Siapa suruh nanya-nanya tentang Bokap gue. Kan gue jadi mellow."

"Lain kali gak usah tanggapin omongan Filia. Dan jangan terlalu lebay buat ngorbanin pipi lo segala." Lanjut Alvaro.

***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

Follow ya my akun wattpad:)
Mohon kerja samanya.


ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang