Alvaro 09

2.6K 114 0
                                    

Semoga cara bodoh ini
Bisa membuatku mendapatkanmu


Fio menatap dirinya intens dicermin, sesekali gadis itu terkikik geli membayangkan apa yang telah ia lakukan belakangan ini. Perbuatannya cukup gila, tetapi tentu saja hasilnya sangat memuaskan.

Hari ini, alvaro akan menjemputnya. Tentu saja itu atas paksaan dari fio, dan alvaro pun tak akan bisa menolak mengingat akan perjanjian itu. Fio segera bangkit, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kamarnya.

"Jangan keluyuran. Saya ada kerja untuk kamu nanti."

Suara damita menghentikan langkahnya, senyum cerah fio luntur seketika. Gadis itu mendongakkan kepalanya, menatap takut-takut kepada sang mama.

"K-kerja apa ma?." tanya fio.

Tante damita memutar bola matanya malas, perlahan wanita paruh baya itu berdiri berjalan mendekat kepada fio. "Masih muda tapi udah pikun!."

"Nanti malam kakak kamu ada tamu. Jadi, siapa lagi yang harus masak?. Saya?!." bentak tante damita.

Fio menatap kedua ujung sepatunya. Sungguh, ia sangat takut jika mamanya sudah berbicara dengan nada seperti itu. Apalagi membayangkan jika mamanya itu bermain tangan, mengingat kejadian dulu membuat sesak didada fio.

"I-iya ma."

Tangan panjang fio terulur untuk menyalimi tante damita. Namun, tangan gadis itu hanya tergantung diutara karena tante damita berlalu pergi begitu saja.

"Fio, pamit ma." lirih fio.

Alvaro mengerutkan dahinya bingung saat melihat seorang gadis berjalan kearahnya. Bukannya apa-apa, namun biasanya gadis itu selalu ceria tapi kali ini tak biasanya raut wajah sedih melekat kepada dirinya.

"Kenapa?."

Fio mendongakkan kepalanya cepat, lalu menatap alvaro dengan mengerjapkan matanya pelan. Tentu saja aksi itu ditatap horror oleh alvaro. Hal bodoh apa yang difikirkan fio?.

"Wahh. Demi apa. Kak varo nanya aku kenapa?. Oh daebak." fio bereaksi heboh.
Alvaro mendengus sebal. Sungguh, ia sangat menyesal bertanya sedemikian. Cowok itu memberi kode kepada fio untuk segera naik. Keduanya pun perlahan menghilang, meninggalkan kumpulan asap-asap yang menari-nari diudara.

                           🌿🌿🌿
Yola dan lita menatap kagum kepada fio. Kedua manusia itu bertepuk tangan, berdecak kagum kepada sahabatnya itu. Bagaimana tidak, semenit yang lalu alvaro mengantarkan seorang fio kekelas mereka.

"Wah, lo gila seh." yola berdecak kagum.

Lita terkekeh pelan. "Lo emang cewek tergila yang gue kenal."

Fio tersenyum manis, gadis itu merapikan setiap helaian rambutnya. "Oh iya dong. Fio!."

Yola dan lita mendengus sebal, menyesalkan sekali sudah memuji fio. Kedua gadis itu pun memasuki kelas, meninggalkan fio yang masih tersenyum lebar.

"Kak varo!."

Sekumpulan cowok tampan itu menghentikan langkahnya. Mereka terkekeh geli menatap raut wajah alvaro. Terlihat sekali kekesalan pada cowok itu.

"Nah kalau urusan yang beginian sih. Gue pergi dulu ya." dika berlalu pergi.

Dani menepuk jidatnya, memasang wajah seperti terkejut. "Gue lupa, mau nongkrong sama gebetan gue."

Devin yang melihat dika dan dani yang telah berlalu pergi hanya terkekeh pelan. Teman macam apa mereka meninggalkan temannya didalam kesusahan seperti ini.

"Semangat bro." devin juga ikut berlalu.

Alvaro mendengus sebal, cowok tampan itu memasang wajah datarnya saat fio melemparkan senyuman manis kepadanya.

"Kak, kekantin yuk." ajak fio bersemangat.

Alvaro berdecak kesal. "Gak!."

Fio terkekeh geli, gadis itu mengambil sesuatu dari saku bajunya. "Nih."

Alvaro mengerutkan dahinya bingung melihat sepotong wafer ditangannya. Cowok tampan itu mendongakkan kepalanya, menatap penuh keingin tahuan kepada fio.

"Aku tau kakak gak bakalan mau aku ajak kekantin. Ya.. Walaupun aku bisa paksa kakak karena perjanjian itu."

"Jadi, aku kasih kakak wafer. Biar sabarnya berlapis buat ngehadapin aku. " lanjut fio.

Perlahan fio berbalik, berjalan pelan meninggalkan alvaro. Namun, tiba-tiba langkah fio terhenti gadis itu membalikkan tubuhnya kepada alvaro.

"Jangan lupa kak. Nanti, kita pulang bareng ya."

Alvaro menatap datar sebuah wafer yang berada pada tangannya. Cowok itu mengangkat bahunya acuh, lalu perlahan pergi meninggalkan area itu.

***
Mohon
Vote
Dan
Commentnya:)

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang