Alvaro 26

2.6K 100 2
                                    

Karena jika kamu terlalu peduli
Luka yang kamu dapat akan
Lebih dari yang kamu bayangkan

Disebarang sana devin menggeleng pasrah menatap pemandangan diujung koridor sana. Dimana, terlihat seorang gadis yang tengah berjalan terpogoh-pogoh untuk menyamai langkah sang cowok.

Hingga detik ini devin masih tak percaya jikalau alvaro dapat bertingkah sekejam itu. Cowok itu dengan leluasanya memanfaatkan kelemahan dari seorang gadis. Sungguh, bukan alvaro yang devin kenal.

Tatapan devin masih tertuju pada fio, hingga gadis itu tepat berada didepannya. Devin berdecak, menatap sebuah tas yang tengah dipangku fio, sangat devin yakini tas itu merupakan milik alvaro.

Fio membelalakkan matanya kaget dikala devin mengambil alih sebuah tas yang sedari tadi ia bawa. Dan lebih mengejutkannya lagi, sahabat dari alvaro itu melemparkan tas itu kepada pemiliknya begitu saja.

"Nih. Udah nyampe kelas kan?." devin berujar sarkas.

Alvaro berdecak, menatap devin dengan pandangan tak suka. Tentu saja aksi itu tak luput dari perhatian fio. Namun, fio tak akan mau ikut campur, toh itu bukan urusannya.

Seketika pandangan tajam dari devin berubah menjadi tatapan lembut dikala ia menatap fio. Gadis itu masih mematung ditempatnya, wajah polos gadis itu sangat membuat bibir devin seketika ingin melengkung.

"Fio, lo harus datang ya!."

Fio masih menatap bingung kearah undangan yang disodorkan devin. "Ini... apa kak?."

Devin terkekeh pelan, tanpa sadar tangan kekarnya mengacak puncak kepala fio. "Lo gue undang keacara ulang tahun gue. Dan Lo, harus datang!."

"Aku gak janji ya kak." tutur fio.

Devin menghela nafasnya panjang. "Usahain dong fio. Kan gue ultahnya cuma satu sekali setahun."

Fio tak lagi menjawab, gadis itu hanya memasang senyuman tipisnya. Tentu fio harus memutar otaknya terlebih dahulu memandang dua pekerjaan paruh waktunya yang tak dapat ia tinggalkan.

"Kak varo, tunggu."

Teriakan itu membuat langkah alvaro yang ingin memasuki kelas terhenti. Cowok jangkung itu memutar tubuhnya, menatap datar fio yang mendekat kearahnya.

Tatapan alvaro beralih ketangan kanannya. Lagi-lagi fio memberinya uang. Gadis itu masih berusaha untuk mengganti seragam yang telah rusak karena gadis itu.

"Aku nyicil lagi ya kak."

Senyuman manis itu adalah hal terakhir yang dilihat alvaro sebelum fio melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Aksi tadi hanya ditatap datar oleh devin.

                            🌿🌿🌿
Tangan panjang fio sedari tadi terus melambai kearah lita dan yola yang perlahan menjauh. Ya, kedua sahabatnya itu masih sibuk melaksanaan tugas mereka masing-masing.

Yola harus terus menemani ibunya dirumah sakit. Ibu dari sahabat fio itu masih menjalani kemoterapi dari penyakit kanker yang diidapnya. Sementara lita, gadis itu terus dipaksa untuk membantu kakaknya bekerja.

Fio terkejut bukan main saat sebuah tas terlempar kearahnya. Gadis itu meringis dikala tas itu mengenai kepalanya karena tak sempat menangkap.

"Cih, gak becus."

Gadis itu hanya menghela nafasnya pasrah, tangan panjangnya terulur untuk memungut tas alvaro yang berada dilantai.

Fio terus menundukkan kepalanya melewati koridor sekolah yang mulai ramai karena bel pulang sekolah telah berbunyi. Ya, lagi-lagi orang berbicara buruk tentangnya.

Hingga saat ini fio tak habis fikir, apa yang salah dari mengambil pekerjaan paruh waktu. Dan lebih menjengkelkannya lagi, orang-orang mengatakan jikalau ia memanfaatkan keadaan ini untuk mendekati alvaro.

Dan akhir-akhir ini fio hampir menangis saat mendengar kabar buruk tentangnya. Orang-orang mengatakan jikalau fio mendekati alvaro agar cowok itu mengasihani dirinya dan memberinya banyak uang.

Bukan perihal itu, namun, orang-orang mensusgestikan dirinya bahwa fio bisa saja menjual dirinya kepada alvaro. Sungguh, mengingat hal itu membuat dada fio menjadi sesak.

Brakk

Lagi-lagi fio meringis dikala ia tak sengaja menabrak punggung tegap alvaro. Mungkin ini akibat dari ia yang sedari tadi terus melamun.

"Punya mata tu dipake." ujar alvaro sarkas.

"Iya kak, maaf." jawab fio.

Suara deheman dari alvaro membuat perhatian fio teralihkan pada cowok tampan itu. Gadis itu mengerutkan dahinya bingung dikala alvaro menatapnya tajam.

"Lo, datang ke pestanya devin?." tanya alvaro.

Fio mengerjapkan matanya pelan, terkejut karena alvaro bertanya sedemikian. "Ga tau kak."

"Jangan geer. Lo harus ikut, kalau gak, siapa lagi yang gue suruh-suruh." perjelas alvaro.

"Iya kak. Tapi, aku gak janji." tutur fio.

"Oke."

Kringg

Perhatian fio teralihkan pada ponselnya yang berdering. Tanpa berfikir panjang, gadis itu segera menjawab panggilan tersebut.

Tatapan fio beraliah kepada alvaro setelah mematikan sambungan telfon barusan. Pihak cafe ditempatnya bekerja mengatakan jikalau cafe itu tutup. Maka, fio tak akan datang bekerja.

Jadi, hari ini fio hanya mempunyai satu pekerjaan paruh waktu. Yaitu disebuah supermarket. Dan pekerjaan itu hanya berlangsung hingga sore hari. Dan kesimpulannya, fio dapat mendatangi pesta ulang tahun devin.

"Kak, aku bakalan datang ke pestanya kak devin."

***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang