Alvaro 53

2.4K 122 19
                                    

Kamu dengan kemisteriusanmu
Membuatku sejenak
menghela nafas.


Fio menghela nafasnya berulang kali, raut wajah yang mendominasi kegelisahan terpampang nyata. Perlahan langkahnya mendekat pada seorang wanita paruh baya yang tengah membaca majalah.

"M-ma, aku mau minta izin keluar."

Tante Damita menatap gadis itu sekilas, lalu kembali fokus pada bacaannya. "Terserah. Yang penting pekerjaan kamu sudah selesai.

Rasa sesak mengerubungi ulu hatinya, bukan karena jawaban dari Tante Damita. Tapi, masih pantaskah ia memanggil wanita dihadapannya ini dengan sebutan mama?.

Kakinya melangkah menuju pintu untuk keluar dari rumah itu. Ia tak bisa lagi untuk melontarkan kata-kata didepan Tante Damita. Wanita yang telah ia sakiti selama delapan belas tahun ini.

Ia harus bersyukur, mengeluh tak pantas ia lontarkan. Keluarga ini masih mau menampungnya, apa yang lebih membahagiakan dari pada itu. Ya, walaupun itu harus berdasarkan bujukan dari papanya.

Kakinya bergerak ke sana kemari sekedar untuk menendang kerikil dihadapannya. Gadis itu sesekali berdecak kesal karena terlalu lama untuk menunggui Varrel.

Ya, karena cowok itu mengetahui bahwa dirinya menangis kemarin. Dan itupun dilakukan Fio dihadapan Varrel, membuat cowok itu berinisiatif untuk mengajaknya jalan-jalan.

"Udah lama nunggunya?."

Fio mendongakkan kepalanya, gadis itu memutar bola matanya malas menatap Varrel yang tengah duduk di atas motornya itu. Tak taukah cowok ini ia hampir lumutan hanya untuk menunggui Varrel.

"Maaf, gue ketiduran." Kekeh Varrel.

Fio mencibir. "Kak Varrel gak niat ya buat ajak aku jalan-jalan. Makanya ketiduran."

"Gak gitu Quen. Lo mah seudzon mulu." Tutur Varrel.

"Lain kali kalau Kak Varrel kayak gini lagi, aku gak mau lagi jalan-jalan sama Kak Varrel." Ancam Fio.

Varrel menggaruk tekuknya yang tak gatal. "Palingan diajak jalan ke pelaminan."

Fio mencubit pinggang cowok itu. "Ih, gak nyambung."

"Udah ah. Yuk naik, ntar ke buru malam." Titah Varrel.

Fio menganggukkan kepalanya, lalu menaiki motor Varrel dengan bantuan dari cowok itu. Varrel, mulai melajukan motornya. Dan keduanya mulai menghilang dimakan jarak.

🌿🌿🌿

"Wahh, aku gak tau kalau ada festival coklat di daerah sini."

Tatapan Fio menyapu ke seluruh tempat itu. Sebuah senyuman lebar terpampang nyata diwajahnya. Varrel yang mengetahui itu tersenyum tipis. Syukurlah, ia dapat membuat gadis itu tertawa.

"Ke sana yuk Kak."

Keduanya berjalan menuju ke arah penjual cokelat yang berada persis dihadapannya. Manik mata Fio menampilkan kekaguman pada cokelat dihadapannya. Ia seperti tengah berada di surga cokelat saja.

Fio menolehkan kepalanya kaget ketika ingin mengambil coklat namun tangannya menyentuh tangan orang lain. Gadis itu melebarkan matanya kaget dikala menyadari jika orang itu adalah Alvaro.

"Maaf Kak."

Dengan sigap Fio melepas sentuhan itu. Tatapannya beradu dengan Filia yang menatap tajam padanya. Sepertinya kedua manusia itu tengah berkencan.

"Kak, ke sana yuk Kak."

Tatapan Alvaro menajam pada Fio yang menarik Varrel munuju ke salah satu bangku ditaman itu. Ya, festival ini berlangsung di salah satu taman.

"Al. Kamu mau kemana. Kok aku ditinggalin." Sorak Filia ketika Alvaro berjalan meninggalkannya.

Varrel ikut mendudukkan tubuhnya di bangku itu. "Lo kabur ya?."

"Hah?!. Kabur?." Tanya Fio tak mengerti.

Cowok itu menatap manik mata Fio dalam. "Ya, kabur dari Alvaro. Lo kayak lagi keciduk selingkuh aja tau gak."

"Ga Kak. Apa sih." Elak Fio.

"Setelah lo tau kalau Alvaro balikan sama mantannya. Apa lo masih suka sama dia?." Tanya Varrel membuat Fio membalas tatapan cowok itu.

Tangan Varrel berpindah posisi pada pipi Fio. "Apa lo gak bisa buka hati lo buat orang lain?. Ke gue contohnya."

Varrel makin mendekatkan wajahnya pada Fio, dapat gadis itu rasakan deru nafas cowok itu. Hal ini mengingatkan Fio pada saat Alvaro menciumnya dulu. Apa cowok itu ingin menciumnya?.

"Gue suka sama lo. Kenapa lo gak bisa balas perasaan gue, hah?!."

Fio membelalakkan matanya kaget dikala Varrel mulai mendekatkan bibirnya pada bibirnya. Gadis itu ingin menghentikan aksi cowok itu. Namun, Varrel menahan kepalanya.

"Kak, lepasin!."

Bugh

Fio memekik histeris dikala melihat Alvaro tiba-tiba datang dan memukul Varrel. Tatapan Alvaro menajam padanya dikala Varrel tertawa dihadapannya.

"Lo mau berantem?. Lo mau papa bunuh gue gara-gara bikin anak kesayangannya babak belur ditangan gue?."

***
Mohon
Vote
Dan
Comment.

Follow my akun wattpad ya.
Mohon kerja samanya.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang