Alvaro 37

2.5K 118 14
                                    

Apa kamu percaya pada
Sebuah keajaiban?

Sinar matahari dipagi itu menerpa wajah manis fio. Sepertinya pagi ini terlihat begitu cerah, berbanding terbalik dengan perasaannya yang kelam.

"Maaffin papa ya nak. Kami tidak bisa pulang cepat, setelah melangsungkan resepsi pernikahan kakak kamu kemarin. Kami dipaksa menginap dulu di sini."

Bahkan sebuah parfum lebih berharga dari padanya. Benda itu selalu dibawa-bawa mamanya kemanapun mamanya itu pergi. Dan ia dapat diibaratkan layaknya sebuah beban berat yang harus ditinggalkan jika tak ingin terganggu.

Gadis itu menghela nafasnya panjang, mengapa ia bersikap seolah-olah tak pernah mengalami hal ini. Tidak, kali ini sungguh berbeda, fio sangat ingin menyaksikan raut wajah kakaknya itu lebih dekat.

Walaupun kakaknya itu kadang bersikap kasar, tetapi tetap saja ia ingin menyaksikan hari bahagia kakaknya itu, dinikahi oleh pria yang mencintainya.

Fio menyipitkan matanya dikala menatap lurus kedepan, sinar matahari yang cukup terik dipagi itu membuat gadis itu sulit untuk menatap kedepan.

Gadis itu menatap kaget kearah dua orang cowok tampan yang tengah bertengger diatas motor mereka. Sepertinya mereka tak menyadari kedatangan fio terbukti dari keduanya yang masih betah untuk beradu mulut.

"Bensin-bensin gue. Kenapa lo yang sewot?." varrel menatap tajam kearah alvaro.

Alvaro tersenyum miring, menatap varrel dengan tatapan tidak suka. "Motor lo kotor. Sana cuci."

"Tenang aja. Bapak gue yang punya tempat pencucian motor." jawab varrel sewot.

"Lo nyombong?." tanya alvaro.

"Iya. Ngapa lo?. Iri?." tanya varrel sarkastik.

Alvaro terkekeh pelan. "Orang ganteng nggak punya rasa iri."

"Ih. Lo t-"

"Eh, kak varrel, kak varo. Jangan berantem."

Kehadiran fio yang berada ditengah-tengah mereka membuat pertengkaran kecil mereka berhenti. Varrel menatap tajam alvaro dikala cowok itu menarik tangan kiri fio.

Tak mau kalah dengan aksi yang dilakukan oleh alvaro, varrel juga ikut menarik tangan kanan fio. Gadis yang diperebutkan itu pun memutar bola matanya malas.

"Lepasin."

Fio menghempas kasar tangannya membuat genggaman kedua cowok itu terlepas. Sungguh, suasana hatinya sangat buruk hari ini.

"Bareng gue." ujar alvaro.

"Gue aja Quen. Kan udah lama gak pergi bareng." ujar varrel tak mau kalah.

"Sekolah lo kan gak searah." ucap. alvaro.

"Emang kenapa?. Terserah gue dong." jawab varrel.

"STOP."

"Aku berangkat naik angkot aja. Kalian aja yang berangkat bareng."

Tatapan kedua cowok itu mengarah kearah fio yang perlahan menjauh. Lalu tatapan keduanya beradu, varrel memutus tatapan itu, lalu memakai helmnya. Sebelum pergi, cowok itu membuang helm alvaro membuat varrel menancap gas motornya sekencang mungkin.

                            🌿🌿🌿
"Gimana keadaan mama kamu la?."

Gadis yang ditanya menolehkan kepalanya. "Masih gitu aja fio."

"Eh, kita jenguk yuk fio. Kan udah lama gak kerumah sakit buat jenguk mamanya yola." usul lita.

Fio menganggukkan kepalanya. "Ayuk. Besok sore aja, kan besok tanggal merah."

"Oke." jawab lita.

"Eh, kabarin dulu, jangan tiba-tiba datang." ujar yola memperingati.

Fio dan lita saling melepar tatap, kening kedua gadis itu mengerut bingung. Bagaimana tidak?, biasanya yola tak akan membuat aturan seperti itu. Bahkan yola sendiri yang menyuruh jika mendatanginya langsung datang saja.

"Oke." kata lita.

"Eh, aku duluan ya. Ada urusan." fio segera berjalan menjauhi kedua temannya itu dengan melambaikan tangan.

"KEMANA?." sorak lita.

"NYELESEIN HUTANG."

Fio segera bangkit dari posisinya dikala melihat kedatangan orang yang ia tunggu sedari tadi. Gadis itu melemparkan senyumannya, yang sama sekali tak di balas oleh alvaro.

"Apa?." tanya alvaro.

Fio mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya, lalu menyerahkannya kepada alvaro. "Nih kak, pembayaran terakhir."

Alvaro hanya menatap datar uang yang di sodorkan fio padanya. Tak mendapat respon dari alvaro, gadis itu segera memberikan paksa uang itu ketangan alvaro.

"Dengan pembayaran terakhir ini. Aku udah gak ada utang lagi sama kak varo. Jadi, kak varo gak perlu ketemu aku lagi."

"Oke."

Fio menatap kosong kearah depannya setelah kepergian alvaro beberapa menit yang lalu. Tak pernah ada yang berjalan mulus dalam hidupnya.

***
Mohon
Vote
Dan
Commentnya:)

Follow ya my akun wattpad:)
Mohon kerja samanya.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang