Alvaro 58

1.8K 111 5
                                    

Dibalik dukamu ada sukaku
Lantas, masih bisakah aku
Tertawa?.


"Jadi lo udah tau?."

Fio mendoangkkan kepalanya, gadis itu menatap manik mata Alvaro yang memerah. Ia tak sanggup melihat keadaan cowok itu. Sangat berantakan.

"Gue mohon. Jangan kasi tau teman-teman gue!." Titah Alvaro.

Fio mengernyitkan dahinya bingung, bukankah Seharusnya teman-teman cowok itu harus diberi tahu. Mereka sudah lama bersama-sama, bahkan teman-teman cowok itu lebih berhak dari padanya.

"Kenapa gitu Kak?." Tanya Fio.

Alvaro menghela nafasnya. "Gue mau bergaul tanpa ada beban. Gue gak mau jika mereka tau, mereka bakalan ikutan mewek kayak lo. Bukannya mereka jadi penghibur gue, malahan gue yang hibur mereka."

Fio hanya menganggukkan kepalanya, ia ingin menanyakan sesuatu. Namun, kata-kata itu serasa menyangkut ditenggorokannya. Ia harus mengumpulkan keberanian.

"Kak, gimana bisa Kak Varo diculik?." Tanya Fio.

Alvaro terkekeh pelan, membuat Fio makin mengerutkan dahinya bingung. "Gue dijebak Varrel."

"Hah?!. Kak Varrel yang kita kenal?, kok bisa?!. Apa hubungannya Kak?." Tanya Fio beruntun.

Alvaro mendekatkan tubuhnya, membuat Fio merinding takut. Bagaimana jika cowok itu ingin menciumnya lagi?. Entah mengapa pemikiran itu sampai kepadanya.

Gadis itu menatap dalam pada Alvaro yang tengah menghela nafasnya panjang. Tatapan cowok itu menerawang, dapat Fio lihat raut wajah Alvaro yang memancarkan kekecawaan.

"Gue pernah bilang kan, kalau Bokap gue nikah lagi sama orang yang dia cintai?." Fio menganggukkan kepalanya.

"Varrel itu anak bokap gue. Sebelum nikah sama nyokap gue, bokap udah hamilin mamanya Varrel." Perjelas Alvaro.

Otak Fio tengah berfikir keras sekarang, ia sedikit tak mengerti akan ucapan cowok ini. Ia membelalakkan matanya dikala telah menyadari sesuatu.

Fio membalas tatapan cowok itu yang ditujukan padanya. "Jadi, wanita yang dicintai papa Kak Varo itu mamanya Kak Varrel?!. Kak Varo sama Kak Varrel saudaraan dong?!."

"Karna itu, Varrel jadi benci gue. Papa dulu sering ngunjungin gue, karna itu Varrel iri sama gue. Dia sama teman-teman dia ajak gue ke Pasar malam. Terus ninggalin gue disana, awalnya gue seneng karna Varrel mau ajak gue main. Tapi, Varrel malah ninggalin gue." Tutur Alvaro.

"Tapi gue seneng, soalnya ada lo di sana." Lanjut Alvaro dalam hati.

Fio hanya diam mendengarkan, ia tak menyangka jika anak seumur itu dapat berfikir dapat sejauh itu. Tatapannya beralih pada cowok itu, Alvaro telah memberi tahunya sebuah rahasia besar. Apakah ia juga akan menceritakan semuanya pada cowok ini?.

🌿🌿🌿

Fio mendengus kesal menatap punggung Alvaro yang berada persis dihadapannya. Bukannya istirahat, cowok itu malah membawanya kemari. Padahal Fio telah menolak, namun Alvaro tetap memaksa.

"Ngapain sih Kak?. Bukannya istirahat malah keluyuran." Protes Fio ketika Alvaro telah menghentikan langkahnya.

Alvaro hanya tersenyum tipis. "Ini juga bagian dari istirahat."

"Lo ingat tempat ini gak?." Tanya Alvaro.

Fio mengedarkan pandangannya, ini adalah tempat dimana cowok itu mengajaknya untuk melihat lampion. Dan tempat ini juga dimana Alvaro mencaci makinya. Bagaimana Fio dapat lupa tentang itu.

"Tempat Kak Varo bentak aku?." Tanya Fio.

Alvaro menampilkan raut wajah bersalahnya. "Maaf soal itu. Gue cemburu."

Tolong jelaskan perihal hal itu! Fio sungguh tak mengerti. Seingatnya, ia tak pernah mengucapkan kata-kata yang dapat memancing rasa cemburu cowok itu. Ia hanya bertanya mengapa Alvaro mengatakannya sampah dan murahan.

"Saat lo tanya itu, gue ingat kejadian dulu." Ujar Alvaro.

"Dulu?."Beo Fio.

Alvaro menganggukkan kepalanya. "Iya, lo dulu dekat banget sama Varrel dan Devin. Dan gue lihat dengan mata kepala gue sendiri kalau lo lagi mesra-mesraan dengan dua cowok itu. Gue lihat lo jatuh diatas Devin waktu lagi bawa buku, dipeluk Varrel diparkiran." Tutur Alvaro.
Jadi Alvaro melihat semua itu. "Kan itu gak disengaja Kak."

"Gue tau, tapi ini gue Fio. Perihal cemburu, otak gue gak pernah bisa di ajak kerja sama." Ucap Alvaro.

"Lo tau gak, hal apa yang gak pernah gue bilang sama lo?." Fio menggelengkan kepalanya, bertanda tak tau.

"Gue sayang lo Fiorenza Quenzi."

***
Mohon
Vote
Dan
comment.

Follow my akun wattpad ya.
Mohon kerja samanya.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang