Alvaro 56

2K 106 16
                                    

Sialnya, lagi dan lagi
Aku terjatuh dalam pesonamu.


"Lo ngapain?."

Pertanyaan itu membuat Fio mendadak mati kutu, ia menolehkan kepalanya menatap tatapan menuntut penjelesan dari Alvaro. Gadis itu
hanya menampilkan senyumannya.

"Kak Varo udah baikan?." Tanya Fio, mengalihkan perhatian.

Alvaro merubah posisinya menjadi bersandar pada kasurnya. "Udah."

Fio melangkahkan kakinya menuju kasur cowok itu. Lalu mendudukkan tubuhnya di tepi kasur cowok itu. Tangannya tergerak untuk menempelkannya pada dahi Alvaro. Sekedar men-cek suhu tubuh cowok itu.

"Kak Varo kenapa bisa pingsan sih?." Fio menatap Alvaro dalam.

Alvaro menghela nafasnya panjang. "Gpp. Cuma kecapean doang."

Fio menyipitkan matanya, mencari kebohongan pada mata cowok itu. Menyerah akan hal itu, ia hanya dapat menghela nafasnya panjang. Alvaro memang misterius.

Hening menyelimuti keadaan kedua manusia itu. Fio yang hanya menundukkan kepalanya. Dan Alvaro yang tengah menatap Fio dalam raut wajah datarnya.

Teringat sesuatu, Fio kembali menolehkan kepalanya. Ia membelalak kaget ketika tatapannya beradu dengan tatapan cowok itu. Ternyata cowok itu sedari tadi terus menatap dirinya.

"Kenapa liatin aku terus?." Tanya Fio.

"Kamu adalah bukti, dari cantiknya paras dan hati."

"Lirik lagu." Lanjut Alvaro.

Fio menggeleng heran atas sikapa cowok ini. Mengapa Alvaro tiba-tiba berubah menjadi tidak jelas begini?. Apa ini efek dari pingsan tadi?. Memikirkan itu membuat Fio bergidik ngeri.

"Kak, kenapa Kak Varo putusin Kak Filia?. Apa karna aku?." Tanya Fio.

Alvaro tertawa renyah membuat Fio mengernyitkan dahinya bingung. "Jangan geer. Bukan karena lo, kan udah gue bilang kalau gue cuma mau balas dendam."

"Emangnya, karena apa gue lakuin ini semua karena lo?." Lanjut Alvaro.

Fio hanya menampilkan raut wajah menahan malunya. Mengapa ia dapat mengajukan pertanyaan seperti itu?. Ah, betapa bodohnya Fio.

"Maaf, Kak." Ujar Fio.

"Gimana, kalau dua magnet yang berbeda kutub itu. Kehilangan daya tariknya?. Apa kedua magnet itu masih bisa dipersatukan?." Tanya Alvaro.

Fio menatap Alvaro dalam, mengapa Cowok ini tiba-tiba mengajukan pertanyaan seperti ini?. "Jawabannya simple Kak. Jangan sampai salah satu magnet kehilangan daya tariknya."

"Gue harap, salah satu magnet itu tidak kehilangan daya tariknya."

🌿🌿🌿

Tangan panjangnya tergerak untuk menepuk-nepuk roknya sehabis turun dari angkutan umum. Fio menghela nafasnya, lalu melangkahkan kakinya menuju ke dalam apotik yang berada persis di hadapannya.

Sehabis pulang sekolah, Fio memutuskan untuk menunjungi Apotik terlebih dahulu. Ia ingin menanyai perihal obat yang ia ambil dari nakas kamar cowok itu.

Sebelum Alvaro mempergokinya tengah mengotak-atik obatnya itu. Ia telah dulu mengambil satu butir obat itu dan menyimpannya dalam sakunya. Ia sangat penasaran akan obat itu, bentuknya yang aneh membuat Fio semakin penasaran.

Ia menghela nafasnya, menatap petugas Apotik yang berada persis dihadapannya. Ia takut akan mendengar hal-hal yang buruk, ia tak mau jika mendengar Alvaro sampai kenapa-napa.

Apalagi tadi cowok itu tidak masuk sekolah, tak biasanya Alvaro bolos sekolah seperti ini. Tentu hal itu membuat Fio khawatir setengah mati. Apa ada hubungannya dengan obat ini?.

"Sore Mbak." Sapa Fio.

Petugas Apotik itu menolehkan kepalanya padanya, lalu membalas senyuman dari Fio. "Sore, ada yang bisa saya bantu dek?."

Tangan Fio tergerak untuk mengambil obat itu dalam sakunya. "Boleh minta tolong untuk men-cek obat ini mbak?."

"Bisa, tunggu sebentar ya." Petugas Apotik itu mengambil alih obat itu dari tangannya.

Raut wajah Fio semakin dibuat panik ketika Petugas Apotik itu datang dengan raut wajah yang tak biasa. Perasaannyame menjadi buruk, apa terjadi sesuatu dengan Alvaro?.

"Ini obat penenang dek. Biasanya diminum buat menenangkan mental atau penenang ketika mengingat kejadian buruk. Sejenis trauma."

***
Mohon
Vote
Dan
Comment.

Follow my akun wattpad ya.
Mohon kerja samanya.

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang