Alvaro 32

2.7K 93 2
                                    

Pernahkah kalian berada
Diposisi hampa?.
Lantas kata apa yang dapat
Menggambarkan lebih dari
Perasaan itu?

Fio tersenyum tipis kearah seorang cowok tampan yang tengah berjalan padanya. Bukan, lebih tepatnya gadis itu tengah memaksakan senyumannya.

Jangan simpulkan bahwasannya fio tak menyukai jika varrel menemuinya. Hanya saja ia tengah dalam keadaan suasana hati yang buruk.

Varrel yang menyadari raut wajah fio yang tak seperti biasanya itu mengerutkan dahinya bingung. Pasalnya, selama ia mengenal gadis itu, fio hanya akan selalu menampilkan raut wajah cerianya.

"Lo kenapa?." tanya varrel.

Fio mendongakkan kepalanya, lalu menggeleng lemah. "Gpp. Kak."

Varrel hanya tersenyum tipis, ia tau jikalau fio tengah berbohong padanya. "Jangan bohong."

"Beneran kak. Aku gpp." fio menunjukkan tanda peace.

"Lo sakit?."

Varrel terkejut bukan main dikala tangannya ditepis kasar dikala ia ingin menempelkan tangannya didahi fio. Cowok itu menatap tajam kearah sang pelaku yang hanya memasang wajah datarnya.

"Yuk."

Alvaro menatap tajam varrel dikala cowok itu menahan satu tangan fio yang tak ia genggam. Tanpa aba-aba, alvaro menepis kasar tangan varrel lalu menyembunyikan tubuh mungil fio dibelakang tubuh tegapnya.

"Dia pulang sama gue." ujar varrel.

Alvaro terkekeh pelan. "Dia ikut gue."

"Emangnya dia siapa lo, hah?!. Pacar lo? Nggak kan?!." ujar varrel dengan intonasi tinggi.

"Dia harus ikutin perintah gue." ujar alvaro datar.

Varrel tertawa pelan, fio yang menyaksikan itu hanya mampu mematung ditempatnya. "Lo kira dia babu lo, hah?. "

"Iya." ujar alvaro dengan lantang.

Fio tersentak ditempatnya. Perlahan gadis itu memundurkan langkahnya menjauhi kedua cowok yang tengah beradu argumen tersebut. Merasa sudah memperbesar jarak, fio berlari sekencang mungkin.

Babu

Ya, dia hanya sebatas itu. Sungguh bodoh ia hampir terbuai oleh sikap manis alvaro. Seharusnya ia harus masih berdiri kukuh pada pendiriannya. Ia tak seharusnya lagi menyukai alvaro.

Seharusnya ia harus sadar, semakin ia menyukai cowok itu, ia akan semakin terluka. Lantas, mengapa ia harus rela terluka seperti ini hanya demi orang asing yang mengambil perasaannya itu?.

Air mata fio terus mengalir, gadis itu tak tau mengapa ia bisa menangis dengan kebenaran itu. Apa yang salah dikala alvaro memanggilnya babu?. Toh, itulah kebenarannya.

Aww

Gadis itu meringis dikala ia tersandung dikala ia terus berlari. Gadis itu menatap nanar lututnya yang terluka. Fio hanya terduduk disana, ia tak berniat bangkit dari posisinya.

Tangisan fio kembali pecah dikala alvaro datang dan menggendongnya tiba-tiba. Fio hanya terisak ditempatnya, bahunya bergetar hebat. Bagaimana ia harus bersikap nantinya kepada cowok tampan ini. Mengapa ia membuang air matanya untuk hal konyol seperti ini.

🌿🌿🌿
Tatapan fio terus menunduk dikala alvaro tengah mengobati lukanya itu. Alvaro membawanya kerumah cowok itu, namun sepertinya rumah itu dalam keadaan sepi.

Gadis itu menyambar tas miliknya, meninggalkan alvaro tanpa pamit atau mengucapkan terima kasih. Ia terlalu malu untuk menghadapi alvaro sekarang. Memikirkan alasan apa yang nantinya ia berikan dikala alvaro menanyai perihal tadi saja, ia bergidik ngeri.

Tubuh fio spontan menabrak dada bidang milik alvaro, saat cowok itu manarik tangannya begitu saja. Lagi-lagi fio hanya menunduk, mengabaikan tatapan tajam dari alvaro.

"Tatap gue." ujar alvaro datar.

Fio menggelengkan kepalanya, menolak perintah cowok itu. "Lo harus nurutin gue. Kalau lo lupa."

Fio tersenyum miris, tanpa keraguan ia menatap tak kalah tajamnya netra mata alvaro. "Maaf. Aku lupa, kan aku masih jadi babu kak varo."

Gadis itu melepaskan kasar tangan alvaro yang berada ditangannya itu, tatapan gadis itu terasa berbeda dari tatapan biasanya. Sungguh, alvaro memyadari itu.

"Lo k-"

"Kak varo mau apa?. Mau nyuruh apa?." fio memotong ucapan cowok tersebut.

"Lo kenapa sih. Gue ada salah?." tanya alvaro tak sabaran.

Fio menghela nafasnya panjang. "Salah?. Gak, kak varo gak pernah salah. Sekarang, aku harus apa?."

Alvaro hanya diam, cowok itu sama sekali tak menggubris pertanyaan dari fio. Aura dari gadis itu sangat berbeda, bukan fio yang seceria biasanya.

"Gak ada?. Ya udah, aku pergi."

Alvaro menghela nafasnya panjang, menatap nanar punggung fio yang perlahan menjauh. Cowok itu masih betah berada ditempatnya. Ya, alvaro masih berusaha untuk memahami kondisi ini.

***
Mohon
Vote
Dan
Comment:)

***MohonVoteDan Comment:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cek yuk diwork aku:')

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang