Bethany yang malang. Lihat saja bibir pucatnya yang sangat kering itu. Aku menatap ke arah di mana kepala Jessy yang telah kupotong.
Well, wajahnya mungkin Bethany tak mengenali bahwa kepala buntung itu milik Jessy karena satu matanya aku lupa taruh kembali pada tempat yang seharusnya. Juga pipinya yang mengelupas dan bibirnya yang hampir lepas, mungkin Bethanyku benar-benar tak mengenali kepala siapa yang kubawa ini.
Tapi aku tak peduli. Yang terpenting adalah Bethany telah melihat hadiahku ini. Walau aku membuat hadiah ini tak sepenuh hati, tapi aku cukup puas dengan hadiah yang kubuat ini.
"Kau harus terbiasa dengan apa yang kulakukan ke depannya, Beth sayang. Tidak asik kalau aku hanya menikmatinya sendirian seperti ini dan kau selalu tak sadarkan diri."
Aku menaruh kepala Jessy ke kotak khusus dengan label 'pengganggu'. Jessy agak mudah aku karyakan karena Jessy terlalu mudah diimingi omong-kosong. Bahkan aku masih ingat saat wajah jalang sialan itu berubah pucat begitu aku menusuk pahanya dengan sumpit tadi pagi. Suara teriakkannya pun hampir membuatku tuli hingga terpaksa aku potong duluan kepalanya dari tubuhnya. Padahal aku ingin sekali agar jalang sialan itu melihat bagaimana aku menikmati apa yang kulakukan padanya.
Aku sedikit kesal karena itu hingga aku memilih menyayat bibirnya dan menarik lepas lidahnya.
Aku membenarkan posisi tidur kekasihku yang sangat menggemaskan ini. Kuusap pipinya yang mulai menunjukkan tulang-tulangnya.
Ah, bicara soal tulang, sebaiknya aku bereskan pekerjaanku soal Jessy. Aku sudah berjanji pada anjing pudel Paman Tire akan memberikan tulang yang banyak. Paman Tire mungkin sangat berterima kasih padaku karena aku telah membereskan 2 hal.
Aku melumat bibir Beth-ku dan mengecup keningnya, tak lupa membawa kotak yang telah kuhadiahkan tadi, sebelum akhirnya kembali mengunci dirinya di dalam kamar. Aku tak mau ada Jessy lain yang kembali datang dan mengaku memiliki hubungan denganku dan Bethany kembali marah padaku. Aku tak suka Bethanyku yang lembut malah merajuk padaku. Walau terlihat sama menggemaskannya, tapi tetap saja itu tidak baik untuk kesehatan mentalnya.
Aku menghela napasku. Aku harus pergi berburu. Karena sebelum aku membuat hadiah untuk Beth tercintaku, aku harus mengurus perusahaan kecilku. Aku tak mungkin memberikan Bethany makanan cepat saji.
Sebenarnya aku masih memiliki beberapa simpanan daging, tapi Bethany tak menyukai daging itu.
Tapi suara sirine mobil membuatku mengernyit. Aku tinggal sendiri di sini, untuk apa ada orang datang atau lewat jalan ini menggunakan sirine?
Aku tetap mendengarkan suara sirine yang semakin lama semakin mendekat. Tapi hanya sementara, tak lama, suara sirine itu pun semakin menjauh.
Sebaiknya aku menanyakan hal ini pada Devon.
Aku segera mengirimi Devon pesan dan memilih untuk membersihkan tubuhku lebih dulu. Aku takut Bethany tak mau memakan makanannya karena tubuhku penuh darah seperti ini.
***
Tidak ada masalah.
Hanya pengecekan
rutin saja.
Aku kembali meletakkan ponselku.
Aku sudah siap dengan peralatanku. Aku akan mencari babi gemuk untuk makanan Bethany. Kasihan sekali gadisku sampai kelaparan seperti itu karena aku tinggal. Tapi biar saja. Sedikit hukuman untuknya karena tidak menaruh kepercayaannya padaku.
Kuharap, Bethany ke depannya tidak bersikap seperti ini. Aku tak masalah untuk menghukumnya, malah aku menikmatinya, tapi aku tak suka saat melihatnya selalu membantahku. Bethanyku yang lembut tak mungkin membantahku. Bethany harus menurut padaku.
Harus.
***
Akhirnya bisa publish hehe. Dan yes, kepala yang dibawa Olie itu kepalanya Jessy.
By the way, mungkin cerita ini bakalan lebih panjang dari cerita 'Belong To Him'.
Karna sudah tergambarkan bakal kayak gimana ke depannya wkwkwkwk.
Oh iya, enaknya pake POV Oliver apa mau diseling2in yah? Cukup bisa ngerti nggak sih kira2 pemikiran Bethany begitu soalnya saya maunya buat POV Oliver aja di cerita ini.
Good morning anyways, have a good weekend, ya 😉
