Dengan lelah, aku melangkahkan kakiku di rumah yang megah dan mewah ini.
Menatap semua letak dan perabotan yang tak berubah sama sekali, aku menghela napasku. Berarti kakekku masih hidup. Sial, kenapa hidupnya seperti lama sekali? Apa ia melakukan perjanjian dengan iblis?
Aku memilih langsung pergi ke ruang kerja kakekku itu.
Saat aku membuka pintu, suara rendah kakek yang terdengar. Aku mengernyit.
"Aku tak pernah menyuruhmu untuk membuat perjodohan tak berguna ini, Deandra."
Kakek mengangkat kepalanya begitu aku duduk di hadapannya.
"Aku tak mau Oliver menikah dengan Helen."
Aku masih diam saja mendengar kakek yang menghubungi salah satu tanteku itu.
Kakek mengernyit. "Cucuku telah memiliki pengantinnya sendiri, Deandra."
Aku menatap kakek lama. Aku takkan heran kenapa kakekku itu bisa tahu keberadaan Bethku. Dan aku juga yakin kakek akan menyetujui hubunganku dengan Bethany.
"Aku tak suka siapa pun melakukan sesuatu tanpa kutahu atau tanpa berdiskusi denganku dulu. Kau tahu hal itu tapi mengapa masih tetap memaksa melakukannya. Apa yang sebenarnya kau harapkan?"
Aku menyandarkan punggungku melihat wajah kakek yang mengeras.
"Aku akan menghubungi keluarga Helen. Biar aku yang menyelesaikannya," kata kakekku lalu mengakhiri panggilan teleponnya dengan tanteku itu.
"Kenapa harus diakhiri perjodohannya, Kek?"
"Kalau kau mau melepaskan Bethany, aku tak masalah dengan perjodohanmu bersama Helen itu, Oliver."
Aku terbahak.
"Aku serius, Oliver."
Mukaku menjadi keras begitu kakek menatapku dalam. Aku berdecak sambil menggelengkan kepalaku. "Kakek, kau sadarlah dengan umurmu."
Kakek menyeringai. "Kau tentu tahu bagaimana masih bugarnya aku, Oliver."
"Aku takkan melepas Bethku, kau tahu, kan? Jadi jangan pernah berpikir apalagi berharap, Kek."
Kakek menggeleng menatapku prihatin. "Kau juga tahu kalau aku tak peduli, kan?"
Aku mencebik. "Kakek, aku serius."
"Kau terdengar memohon padaku saat ini."
Aku mendesah lelah. "Sudahlah. Aku ke sini bukan untuk membahas itu."
"Mencoba mengelak?"
Aku menghela napasku. "Kukira kau yang mengatur perjodohan ini, Kek."
Kakekku tersenyum. "Kau tahu bukan aku yang melakukannya. Katakan saja, apa tujuanmu soal Bethany, Oliver."
"Kau pasti tahu tentang penusukan yang dialami Bethany, kan. Aku ingin kau mencari siapa orang itu."
Kali ini kakek terbahak. "Untuk masalah ini saja, kau tak mampu, Oliver? Sayang sekali."
"Aku hanya sedang malas, Kek," ucap Oliver berkilah.
"Ah, aku jadi tak yakin kau dapat menjaga Bethany dengan baik, Oliver. Bagaimana ini."
"Kau memang tahu sesuatu dan kau masih tak mau membaginya denganku!" kataku mulai kesal.
Kakek tersenyum lembut. "Kau tahu tak ada yang gratis di dunia ini, kan? Aku tak sebaik Tuhan kalau kau lupa."
***
Maaf Olie :( wkwkwkwk