"Boleh kah kami mengadopsi gadismu, Nak?"
Aku tersenyum pada Bibi Sandra dan mengangguk. "Aku tak memiliki masalah apapun, Bibi. Tapi apa sebaiknya kita tanyakan hal ini pada Bethany langsung?"
"Aku setuju, harus Bethany yang menjawab tentang hal itu, Sayang. Jadi kapan kau akan membawa Bethany bertemu dengan kami?"
Bibi Sandra mengangguk semangat. "Kalau bisa secepatnya, Nak. Aku sungguh penasaran kenapa kau bisa lebih memilihnya dibandingkan dengan Jessy, putri manisku itu."
Aku menyeringai menatap Paman Tire. Paman Tire pun mendengus pelan seraya terbatuk. Bibi Sandra yang polos.
"Mungkin minggu depan, Bibi, bagaimana? Soalnya kami baru kehilangan anak kami."
"Apa? Bethany hamil? Astaga, aku turut berduka mendengarnya."
"Terima kasih, Bibi."
Tapi kemudian Bibi Sandra memukulku.
"Aw, kenapa Bibi memukulku?"
"Apa yang kau lakukan di sini, Nak! Bethany pasti membutuhkanmu! Kenapa kau malah meninggalkannya! Bagaimana kalau ia berbuat sesuatu yang membahayakannya!"
Aku memasang wajah terkejut lalu pamitan pada mereka. Mencium pipi Bibi Sandra, aku langsung berlari setelahnya.
"Aku pulang dulu. Nanti kuhubungi kalian, ya, Paman, Bibi."
"Hati-hati, Nak. Jangan cemaskan kami."
Aku tersenyum. Andai saja Bibi Sandra tahu apa saja yang telah kulakukan pada Bethany. Apa mungkin Bibi Sandra masih berharap padaku untuk menjaga Bethany?
***
Aku tersenyum dan mengusap pipi Bethany yang masih terlelap.
Bethany, kau, takkan kubiarkan dunia merusak kepolosanmu. Kalau pun kau telah rusak oleh dunia, aku yang akan membuatmu menjadi gadis polos lagi. Tidak boleh ada yang memengaruhimu. Itu sebabnya aku tak membiarkanmu keluar, karena aku tak mau kau tersakiti.
Andai kau selalu menurutiku.
Tidak, aku akan selalu membuatmu untuk patuh padaku, Bethany sayang.
Ya, takkan kubiarkan Jessy yang lain datang mendatangi Bethany hingga membuatnya sakit dan marah padaku. Aku tak suka melihat Bethany memberontak. Itu sangat tidak cocok dengan kelembutan dirinya.
Bethany membuka matanya secara perlahan. Aku tersenyum melihatnya tersenyum padaku.
Kalau Bethany seperti ini, membuatku semakin gemas. Penurut dan lembut. Cocok sekali denganku yang lembut juga.
"Kau belum makan. Mau kuhangatkan makananmu, Sayang?"
Bethany mengangguk. "Tapi bolehkah aku meminum susu dulu, Olie?"
"Ah, kau sudah begitu lapar, ya. Maafkan aku. Aku akan segera menyiapkannya untukmu. Kau jangan tidur lagi, Beth sayang."
Bethany mengangguk dan secara refleks menjauhkan tubuhnya saat aku ingin mengusap pipinya. Aku tersinggung dan sedih dengan gerak refleksnya.
Jadi setelah selama ini, Bethanyku masih belum memercayaiku? Setelah semua yang kulakukan padanya?
Aku mengeraskan rahangku. Aku telah memberinya cintaku sepenuhnya, tapi bahkan Bethanyku masih tak bisa menaruh kepercayaannya padaku.
Aku memilih keluar dari kamar Bethany. Akan aku buktikan kalau Bethany menyesal pernah tak memercayaiku. Bethany pasti akan menyesal sesegera mungkin.
***
Hampir lupa janji mau update cerita ini hehe.
Selamat istirahat, ya! Semangat beraktifitas kembali buat besok 🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/197550003-288-k931143.jpg)