Aku langsung membalik tubuh Bethany agar ia menghadapku. Tapi Bethany langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya dengan memelukku. Walau pelukan Bethany terasa begitu canggung, tapi aku tetap menikmatinya.
"Kenapa, hm?" kataku sambil mengusap punggung Bethany dengan menggoda.
Dan kesialan lain, Bethany memang jarang memakai bra saat di rumah. Sial, aku bahkan bisa merasakan sesekali putingnya menyentuh perut atau dadaku.
Aku tahu. Bethany sedang ingin bermain denganku. Tapi Bethany bingung bagaimana untuk mengatakannya padaku dan mungkin ia takut kalau aku malah marah nantinya. Ah, gadis polosku ini benar-benar membuatku makin gemas.
"Beth?"
"Olie, to-tolong…"
Bethany memotong kalimatnya. Aku tersenyum menatap kepalanya yang bergerak gelisah. Bahkan aku sedang menahan tawaku saat ini.
Sungguh, Bethany benar-benar membuatku semakin ingin menelannya.
Tapi aku membiarkannya. Aku ingin Bethany berani mengatakan apa yang diinginkannya. Karena apapun permintaan Bethany akan kuberikan untuk Bethany kecuali keinginannya yang ingin lepas dariku. Tentu itu tidak akan pernah terjadi.
Tapi kecupan pada leherku membuatku tersadar dari lamunanku.
Bethany menatapku gugup. "Ma-maaf," ucapnya membuatku sangat gemas.
Aku tersenyum lembut dan mengusap pipinya. "Kenapa? Apa yang kau inginkan, Sayang?" kataku kembali mendesaknya. Aku hanya ingin Bethany jujur dan mengatakan apa yang diinginkannya.
"Aku ingin."
"Ingin apa?"
Bethany menarik napasnya lalu membuangnya. Masih menatapku, Bethany mengambil tanganku setelahnya ia genggam erat-erat tanganku. "Olie, aku sedang ingin agar kau menyentuhku," kata Bethany dengan cepat.
Aku menatap Bethany dengan bingung. "Ini aku sedang menyentuhmu, Beth."
Bethany menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Melihat itu membuatku cemas. Aku langsung menggenggam tangannya yang juga menggenggam tanganku.
"Jangan menangis, Beth. Katakan padaku, apa yang menganggu pikiranmu."
"Maksudku, menyentuh yang seperti itu, Olie?" katanya lalu air matanya ikut mengalir. Aku masih menatapnya bingung. Menyentuh seperti itu? Bahkan Bethany malah bertanya padaku.
"Seks, Olie."
Aku langsung menatap Bethany dengan kaget. Aku merasa malu sekarang karena harusnya aku tahu apa maksud Bethany. Astaga, bagaimana sih aku ini. Ingin membahagiakan Bethany tapi keinginan Bethany saja tidak kuketahui.
"Bercinta, Beth, bukan seks."
Ya, aku harus mengoreksi kalimatnya. Aku kan, mencintai Bethany, bagaimana bisa saat kami melakukan hubungan badan aku mengatakan itu hanya seks.
"Olie, mukamu memerah. Kau baik-baik saja?"
Aku tersenyum pada Bethany. Sial, saking terlalu malunya sampai tubuhku ikut memberi respon.
"Aku baik-baik saja, Sayang."
***
TGIF! Saya selalu seneng kalau ketemu hari jumat. Maaf sedikit. Selamat makan siang, ya! ^^