Aku mengerang begitu seseorang memukul bahuku dengan keras.
"Apa yang kau pikir sedang kau lakukan, Oliver!"
Aku membuka kedua mataku dan langsung tersenyum. "Maaf, tapi aku lelah, Bibi."
Bibi Sandra menggelengkan kepalanya. "Tapi tidak seperti ini juga."
"Aku tidak keberatan, Bibi."
Aku langsung menoleh dan mendapati Bethany telah terbangun dan tersenyum dalam dekapanku. Aku mencium kepalanya.
"Ah, akhirnya kau bangun juga, Sayang."
Bethany mengerjabkan matanya lalu menatap ke sekeliling. Tapi melihat wajahnya malah semakin pucat membuatku mengernyit.
"Apa kau merasakan sakit?"
Bethany menatapku lama. Tersenyum, Bethany menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku sudah baik-baik saja, Olie."
"Kau mau makan sesuatu, Sayang?"
"Tidak, Bibi, aku belum lapar."
"Makanlah. Kau belum makan sejak kau bangun."
Bethany menggelengkan kepalanya. "Tapi aku masih tidak napsu, Paman."
Aku menghela napasku. "Paman, Bibi, bisa aku bicara sebentar dengan Beth?"
"Baiklah. Istriku juga harus istirahat. Kabari kami kalau perlu sesuatu."
Aku mengangguk saja.
Bibi Sandra menghampiri Beth dan mengecup keningnya. "Bibi dan Paman pulang dulu, ya."
Bethany tersenyum. "Hati-hati."
***
Begitu mereka keluar dari kamar, Bethany langsung menghindar bertemu tatap denganku.
Aku tersenyum. Apa Beth tahu pria yang mencelakainya?
"Kenapa kau membiarkan dirimu celaka, Beth?"
Bethany menggelengkan kepalanya, masih enggan untuk menatapku.
"Tidak mau menatapku?"
Dengan lucu, Bethany langsung menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. "Bu-bukan begitu, Olie. Ak-aku hanya i-ingin melindungimu."
Aku mengusap pipinya sambil tersenyum. Betapa lucunya Bethku ini. Melindungi diri saja ia tak mampu, apalagi melindungiku?
"Kau tak perlu melindungiku, Sayang."
Bethany menggeleng. "Aku juga ingin melindungimu, Olie. Ak-aku tak ingin kehilangan pelindungku."
"Maksudmu aku pelindungmu, Sayang?"
Bethany mengangguk membuat senyumku semakin lebar. Hatiku rasanya penuh sesak karena begitu bahagia mendengar pernyataan Beth.
"Tapi tidak ada lain kalinya kau melindungiku, Beth. Seperti yang kau katakan, aku ini pelindungmu, kan? Maka biarkan aku yang melindungimu. Kau cukup menurutiku saja, oke?"
Beth mengangguk lagi.
"Lalu apa kau mengetahui siapa pria yang ingin mencelakaiku itu?"
Aku mengernyit begitu Beth menggeleng. Bethany tidak tahu?
"Apa mungkin ia salah satu yang pernah membullymu?"
Bethany menatapku dengan kaget. "Kau tahu aku pernah dibully?"
Aku terkekeh dan mengecup punggung tangannya. "Sudah kubilang kalau aku mengetahui segalanya tentangmu, Sayang."
Bethany yang diam membuatku memilih mengalihkan pembicaraan ini.
"Apa lebih baik aku membeli rumah di kota, Beth?"
Bethany langsung menggeleng. "Jangan!"
Aku mengernyit. "Kenapa kau tidak menginginkannya?"
Bethany tersenyum. "Aku begitu menyukai rumahmu yang di hutan, Olie."
Aku mengangguk. "Lalu bagaimana? Kau akan tinggal bersama Paman Tire dan Bibi Sandra nanti begitu hukum mengesahkanmu menjadi anak mereka."
Bethany menatapku dengan pandangan kosong. Aku diam saja menunggunya. Aku ingin mengetahui apa jawabannya.
Bethany kembali fokus menatapku dan memberikan senyumnya. "Kau bilang kita akan menikah, kan? Jadi saat menikah nanti aku akan ikut bersamamu kembali, kan?"
Aku terkekeh. "Ya, Sayang, tentu saja."
Ingin sekali aku mengatakan pada Bethany kalau nanti Paman Tire dan Bibi Sandra akan tinggal di hutan juga. Tapi biar saja. Biarkan itu menjadi kejutan untuk Bethanyku tercinta ini.
***
Beth-Olie up lg ya