Belong To Me 13.

1.4K 170 23
                                    

Aku mendekap erat tubuh telanjang Bethany.

Aku tahu Bethany telah bangun, tapi aku juga tahu kalau Bethany sedang menikmati dirinya yang berada dalam dekapanku.

"Beth, kau tak ingin memberi nama untuk janin kita?"

Tubuh Bethany menegang entah kenapa.

"Aku mengubur janinnya di halaman depan rumah kita. Tapi belum memiliki nama, siapa tahu kau ingin memberi nama untuk janin kita itu."

"K-kau menguburnya di de-depan rumah, Olie?"

Aku mengangguk dan mengecup puncak kepalanya. "Ya, biar semua orang tahu kalau kita pernah akan memiliki anak, Beth."

Bethany mengangkat kepalanya untuk menatapku. "Tyler. Namai janin itu dengan nama Tyler, ya?"

"Oke. Kau tidak ingin sekalian lihat di mana aku menguburnya?"

Bethany kembali menunduk. "Besok saja, ya, Olie. Aku sangat lelah saat ini."

Aku terkekeh dan kembali menariknya untuk semakin tenggelam dalam dekapanku.

"Istirahatlah yang cukup, Beth, aku tak ingin kau sakit karena kelelahan."

Ya, istirahatlah, Sayang, karena aku mulai berpikir untuk kembali menggagahimu. Tapi untungnya aku masih bisa menahannya sampai Bethany tertidur nanti.

***

Aku baru selesai mandi setelah kembali menggagahi Bethany yang tertidur. Aku akan keluar sebentar jadi sebaiknya Bethany kubius dulu seperti biasa supaya ia tidak bangun sampai aku kembali nanti.

Ah, bagaimana kalau aku sekalian membelikan Beth baju, ya? Bethany sepertinya membutuhkan beberapa gaun.

Ya, gaun. Sekalian saja aku mencari gaun pernikahan untuk pernikahan kami nantinya.

Aku mengusap pipi Bethany. Kenapa rasanya aku berat untuk meninggalkannya kali ini? Aku merasa aneh. Tidak pernah aku merasakan perasaan yang seperti ini sebelumnya.

Aku memilih keluar dan mengunci semua pintu rumahku.

Lebih baik aku cepat pergi agar cepat kembali.

***

Aku melihat gaun back-less berwarna cokelat juga mini-dress berwarna merah muda yang aku yakin akan indah kalau Beth yang memakainya. Aku membeli kedua gaun itu.

Sekarang waktuku untuk pulang karena aku sudah cukup lama berada di kota. Aku takut Bethany terbangun dan mencariku lalu ia ketakutan.

Aku mengganti suitku lebih dulu dengan kaos dan celana jeans yang sudah kusiapkan sebelumnya.

Aku tersenyum merasa malu saat mengingat aku telah memasang potret Bethany di ruangan kantorku.

Ah, sekali-kali aku akan membawa Bethany ke kantorku.

***

Begitu sampai rumah, aku melihat mobil polisi membuatku menggeram. Sial, Bethany ada di dalam!

Aku segera lari masuk ke dalam, dan mendapati Bethany yang kuyakin sedang diinterogasi. Tapi aku tahu kalau Bethany sedang ketakutan karena tatapan 2 polisi itu menatap ke tubuhnya yang hanya tertutup selimut.

"Mendobrak rumah orang lain tanpa persetujuan, Sir?"

Kedua polisi itu langsung memutar tubuhnya menghadapku. "Ah, ini, istri Anda tidak mau bekerja sama membuka pintunya, Tuan."

Bethany langsung menunduk begitu aku menatapnya. Aku tersenyum dan menghampirinya. Jadi, Bethany mengaku sebagai istriku? Mengusap kepalanya dengan lembut, aku kembali menatap 2 polisi ini.

"Istriku tak memiliki kuncinya, Sir. Aku tadi membawa kuncinya."

"Kenapa Anda mengunci istri Anda, Tuan?"

Bethany memeluk lenganku membuatku tersenyum. "Ini urusanku, Sir."

Kedua polisi di hadapanku ini saling menatap sebelum akhirnya mereka pamit yang langsung aku antar sampai halaman rumah.

Aku yakin suatu saat mereka akan kembali. Dan aku juga yakin kalau mereka akan mulai menyelidikiku. Tapi tak apa, Devon pasti bisa mengurusnya dengan mudah.

***

*menunggu komentar*

BELONG TO ME.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang