Kami sedang memakan makanan penutup sambil berbincang. Setelah merasakan sikap aneh Bethany, kini aku tahu dan merasakannya. Bethany sedang menjaga jaraknya dariku. Walau pun Bethany terlihat seperti biasanya, tapi aku dapat merasakannya.
"Apa kau jadi pergi dengan Stefan, Sayang?"
Pertanyaan dari Bibi Sandra itu membuatku menatap Bethany dengan tajam. Bethany mengusap salah satu tanganku. "Tidak, Ibu. Aku tidak akan pernah pergi bersamanya."
Bibi Sandra terkekeh membuatku melepas pandanganku dari Bethany. "Malangnya nasib pria muda itu."
Paman Tire ikut terkekeh. "Lagipula untuk apa putri kita pergi dengannya? Ia memiliki Oliver, Sayang."
Bethany mengangguk. "Benar kata Ayah, Ibu. Lagipula, aku tak suka dengan pria yang memamerkan hartanya."
Aku tahu. Aku tahu itu makanya aku tak membawa Bethany ke rumah mewahku.
"Ia ingin membuatmu terkesan padanya, Sayang."
Bethany terkekeh dengan nada yang tidak kumengerti. "Aku hanya membutuhkan pria yang setia padaku, Ibu. Dan Oliver memilikinya. Benar, kan? Olie?"
Aku tersenyum mendengarnya. "Tentu saja. Untuk apa aku mengkhianatimu, Sayang?"
Bethany menatap Bibi Sandra dengan senyumnya. "Lihat, Ibu. Aku telah memilikinya. Untuk apalagi aku mencari?"
Aku menatap Paman Tire yang menatap Bethany dengan sebelah alisnya yang ia naikkan. Perasaanku berdebar tak nyaman melihatnya.
Apa telah terjadi sesuatu?
Menghela napas, sepertinya aku akan menginap malam ini.
***
Bethany sedang membaca saat aku masuk ke dalam kamarnya.
Tersenyum, Bethany menepuk sisi kasurnya yang kosong. "Istirahatlah. Aku tahu kau lelah, Olie."
Aku mengernyit namun tetap menghampirinya.
"Kenapa," tanyanya membuatku tersenyum. "Seharusnya aku yang bertanya kenapa, bukan?"
Bethany mengedipkan matanya dengan lucu. "Apa?" katanya membuatku menghela napas dan akhirnya duduk di sampingnya.
"Kenapa kau menjaga jarak dariku, Sayang? Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"
Bethany menutup, lalu menaruh bukunya ke atas nakas. "Tidak ada. Dan aku tidak menjaga jarak darimu. Kenapa kau berpikir seperti itu, Olie?"
"Oh, ya?"
Bethany mengangguk. Aku menghela napasku. Benarkah? Astaga, kenapa aku jadi meragukan diriku sendiri?
Aku menarik Bethany mendekat. Bethany ikut melingkarkan lengannya pada pinggangku.
"Ada apa, Olie?"
Aku mengecup kepalanya. "Mungkin kau benar. Aku kelelahan."
Bethany terkekeh. "Istirahatlah."
Aku mengeratkan pelukanku. Kenapa perasaanku tak tenang? Seolah Bethany akan pergi dariku.
***
Tidurku tak tenang. Aku selalu terbangun lalu mengecek Bethany yang telah terlelap dalam dekapanku seolah kalau aku tak melakukannya, Bethany benar-benar akan pergi dariku.
Aku mengecup lama kepala Bethany. Sudah hampir pagi dan aku memilih tak melanjutkan tidurku.
Aku berpikir. Perasaanku ini, bukan perasaan seperti saat seseorang akan 'menyerang'ku. Perasaan seperti ini, baru kali ini kurasakan. Seolah Bethany pergi atas keinginannya sendiri bukan karena seseorang yang mengambilnya dariku atau diculik dariku.
Tapi kalau Bethany benar-benar ingin pergi dariku, apa alasannya? Maksudku, hubungan kami telah membaik saat ini, kenapa ia harus ingin pergi dariku?
Aku memejamkan mataku. Sial, aku tak ingin Paman Tire mengijinkan atau mengabulkan keinginan Bethany yang ingin pergi dariku.
Aku membuka mataku dan langsung menatap Bethany. Aku sedang meyakinkan diriku sendiri sambil mengingat-ingat kalau hubunganku dengan Bethany baik-baik saja. Dan memang kami baik-baik saja.
Lalu perasaan apa ini?
***
Mau nangis bgt data lanjutan Step Mom hilang 😭
Ya udah, up ini dulu ya. Saya usahain hari ini double up ceritanya Olie-Beth.