Tujuanku saat aku keluar melangkahkan kakiku dari rumah Paman Tire ialah menghampiri Stefano. Ini harus segera diluruskan. Dan aku tak ingin kembali kecolongan mendengar pria sialan itu mengajak Bethanyku kencan.
Sial! Kenapa harus ada orang yang melihat Bethany sampai tertarik? Apalagi yang tertarik pada Bethku seorang pria.
Ini tak bisa dibiarkan. Aku tak ingin ada pria lain yang melihat Bethany berbeda.
Aku bukannya takut akan kehilangan Bethany atau Bethany akan direbut dariku. Yang kutakutkan saat Bethany ingin berteman dengan mereka. Tidak. Bethany tak boleh berteman dengan siapa pun kecuali aku yang mengijinkannya.
Mengatur napas, aku harus mengendalikan emosiku.
***
Aku langsung masuk begitu saja ke dalam ruangan kantornya Stefano. Stefano tersenyum lebar begitu melihatku berada di hadapannya.
"Ah, sepertinya ada yang sedang gusar. Padahal baru lewat tiga hari."
Aku terkekeh dan duduk di hadapannya. "Apa aku harus tenang melihat siapa lawanku saat ini?"
"Kau lebih tahu kemampuanmu sendiri, Oliver." Stefano tersenyum membuatku merasa terancam. Sial. "Senang sekali akhirnya bisa membuat seorang Oliver tidak percaya diri."
"Jangan terlalu senang, Stefano."
Stefano menggelengkan kepalanya. "Tentu aku harus senang, Oliver. Apalagi, kenyataan bahwa kau menyembunyikan seorang gadis menawan seperti Bethany, rasanya tidak adil kalau Bethany harus ditutupi seperti itu."
Aku terbahak. Sialan sekali sahabatku ini.
"Serahkan saja Bethany padaku. Kau telah memiliki Helen, bukan?"
"Kenapa tidak kau miliki saja Helen, Stefano? Dulu kau juga sering mendatangi ranjangnya, kan?"
Stefano terbahak. Bahkan ia sampai menggebrak mejanya. "Kau lucu sekali, sungguh," katanya masih terbahak. "Apa kau sudah merasakannya, Oliver? Biasa saja? Atau istimewa karena Helen mengatakan ia diperlakukan buruk? Diperkosa atau dijaili oleh teman-temannya, Oliver?"
Aku tersenyum. "Kau sendiri mendapatkan alasan yang mana, Stefano?"
Stefano mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak terlalu ingat Helen mengatakan bualan apa."
Aku terkekeh. "Sudahlah, Stefano. Bethany sudah menjadi milikku. Kuharap, kau tak menggangguku. Aku sedang malas bermain-main," ucapku kembali pada alasan mengapa aku harus mendatanginya.
"Oh?" Stefano mengangkat sebalah alisnya dengan menyebalkan. "Seorang Oliver sedang malas bermain-main? Oliver, kau tahu sendiri bagaimana aku. Mendengarmu seperti memohon padaku begini, aku jadi semakin penasaran dengan Bethanymu, Oliver."
Aku melihat Stefano dengan senang. Jadi, ia tidak akan mundur, ya?
"Ah, baiklah. Aku pergi dulu kalau begitu. Dan kuucapkan, semoga berhasil untuk Bethany."
Stefano terbahak, lagi. "Sekali pun aku berhasil, aku yakin kau tak akan tinggal diam, kan? Oliver?"
Aku berdiri dan melangkahkan kakiku keluar dari ruangannya. "Ah, ya, sama sepertimu yang tahu bagaimana aku, kan, Stefano. Aku mengharapkan kau berhasil meluluhkan Bethany hingga aku memiliki kesempatan untuk bermain bersamamu, bagaimana?"
***
Ada yang mau ngeship Beth-Stef? Wkwkwkwk
