Belong To Me 32.

954 145 5
                                    

Aku mengusap darah yang mengalir pada kening Helen.

"Apa kau mengerti sekarang, Helen?"

Helen mengangguk dengan lemah.

"Aku butuh jawabanmu, Helen."

"Aku me-mengerti, Oliver," ucapnya dengan susah payah. Aku melepas tanganku dari rambutnya lalu mengusap pipinya dengan lembut.

"Bagus kalau kau mengerti. Jadi bisa kau pergi sekarang, Helen? Aku lelah sekali dan ingin beristirahat."

Helen kembali mengangguk membuatku tersenyum. "Baiklah, kutinggal, ya?"

Lalu aku memasuki kamarku dengan siulan senang.

***

Aku mengunjungi Bethany karena kebetulan Bibi Sandra menghubungiku, memintaku untuk makan malam bersama. Aku menyanggupinya karena aku juga merindukan masakan Bibi Sandra.

Bibi Sandra yang membukakan pintu. Saat kutanya di mana Bethku, ia mengatakan Bethany sedang mandi.

Aku mengecup pipi Bibi Sandra sambil menyerahkan bunga untuknya. "Terima kasih, Sayang. Ah, kalau kau mencari Pamanmu, ia ada di belakang."

Aku mengangguk dan memilih menghampiri Paman Tire. Aku tak ingin makan malam kami terlambat karena aku mendatangi Bethany lebih dulu.

"Kukira, kau takkan datang."

Aku terkekeh. "Mana mungkin aku tak datang, Paman."

"Siapa yang tahu?"

Aku mengernyit. "Apa? Apa terjadi sesuatu?"

Paman Tire menatapku. "Ada yang datang melamar Bethany, Oliver."

Aku mengepalkan tanganku mendengar itu. Walau pun aku tahu Paman Tire tidak menerima pria itu, tapi mendengar Paman Tire membahasnya, pria itu pasti bukan sekadar pria sembarangan.

"Siapa, Paman?"

"Barron D'Angelo."

"Sial! Tapi bagaimana mungkin ia mengetahui soal Bethany, Paman?"

Paman Tire mengangkat bahunya. "Aku kemarin mengajaknya ke kota."

Aku menggeram. Tak bisa marah atau mempertanyakan mengapa Paman Tire mengajak Bethany ke kota kemarin.

"Kalian bertemu?"

Paman Tire mengangguk. "Ya. Bahkan kami makan siang bersama sebelum akhirnya Barron melamar Beth saat Beth ke toilet."

Kali ini aku tak bisa menahan umpatanku. Sialan! Sial sekali!

"Apa kau bilang kalau Bethany milikku, Paman."

Paman Tire kembali mengangguk. "Ya. Dan aku bilang padanya untuk meminta Bethany langsung padamu."

Aku mengumpat lagi. Oh, astaga! Rasanya aku ingin sekali mengiris jari-jari milik Paman Tire!

"Kalau soal Bethany, sayang sekali, aku tak bisa memihakmu, Oliver," ucap Paman Tire seraya terkekeh dan menepuk bahuku. "Ayo, lebih baik kita ke ruang makan dan tak membuat mereka menunggu kita."

Aku menurut. Namun tak henti-hentinya mengumpat membuat Paman Tire semakin terbahak.

***

Bethany sedang membantu Bibi Sandra menyiapkan makan malam kami saat aku sampai di ruang makan. Aku hendak melarangnya untuk melakukan itu, namun Paman Tire lebih dulu menahanku. "Ingat, kau sedang di rumahku. Lakukan peraturan di rumahku kalau kau tak ingin kutendang keluar, Oliver."

Aku menahan umpatanku. Aku benar-benar tak bisa berkutik jika berada dalam pengawasan Paman Tire seperti ini.

"Ah, tepat waktu sekali. Aku baru saja akan memanggil kalian," kata Bibi Sandra begitu Paman Tire mengecup pipinya.

Bethany tersenyum melihat itu lalu tersenyum juga padaku. Bethany langsung duduk saat aku menghampirinya.

"Ayo, Ibu, Ayah, aku sudah lapar sekali," ujarnya sambil membalik piring di hadapannya dan hadapanku. Ia menatapku. "Kau ingin makan dengan apa, Olie?"

Aku menatapnya lama sebelum akhirnya mengusap kepalanya. "Apa saja, Babe," ucapku sambil duduk di sampingnya.

Bethany menggeleng dengan senyum gelinya lalu mengambilkan makanan untukku. Aku terkekeh melihatnya begitu. Namun, entah mengapa aku merasa sikap Bethany itu sedikit menggangguku.

Bethany tak mungkin sedang menyembunyikan sesuatu dariku, kan?

***

Kita langsung bikin awal mula Olie pusing aja ya. Seharusnya part ini di bagi 2 part tp masalah sm Barron ini agak sedikit ribet (kayaknya) :')

Dan astaga, nggak nyangka bgt ini  udah part 30an lebih dan sampe 3rb votes! Kalian kerennnnnnnn 😳❤️❤️ gak tau lagi harus blg apa ke kalian 😭

Tetep jaga kesehatan yaaaa 💕

BELONG TO ME.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang