Belong To Me 8.

1.6K 173 6
                                    

Melihat Bethany terlelap dengan mulut menganga membuatku tersenyum.

Aku memang sengaja duduk dulu di dalam trukku ini yang padahal kami sebenarnya telah berada di halaman depan kediaman Paman Tire. Sejak tadi, aku hanya terus menatap Bethany saja selama hampir 3 jam sampai akhirnya Bethany menggeliat dan mulai bangun.

Bethany langsung menatapku dengan kaget. "Ah, kita su-sudah sampai? Kenapa tidak membangunkanku?"

Aku tersenyum melihat tingkahnya. "Buat apa? Aku bisa menunggu."

"Tapi—"

"Tidak boleh ada yang mengganggumu, Beth sayang. Biarkan mereka yang menunggu."

Bethany mengangguk saja membuatku tersenyum dan mengusap pipinya. "Ayo, kita masuk."

Bethany langsung menahan sebelah lenganku. "Ak-aku butuh minum."

Aku memilih mengusap tangan Bethany yang menahan tanganku sebentar lalu mengambil botol minum yang selalu kubawa.

"Ini, minumlah," ucapku memberikan botol minumku pada Bethany.

Bethany langsung meminum setengah air dari dalam botol itu. Aku terbahak melihatnya yang sangat terlihat gugup. "Kau gugup, Sayang?"

Bethany menatapku dan memilih jujur padaku.

Aku menaruh anak rambut Bethany yang menutupi wajahnya ke kupingnya. "Tenanglah, mereka orang-orang baik dan juga pasti akan baik padamu. Jangan terlalu khawatir."

"Tapi tetap saja mereka keluargamu, Oliver."

"Akan menjadi keluargamu juga, Beth."

"Kenapa kau yakin sekali kalau aku akan menikahimu, Olie?"

Bethany menatapku dengan berani. Ya, aku rasa aku bisa menduga pikirannya saat Bethany terus mengedarkan pandangan ke sekeliling. Pasti ia berpikir: sekarang saatnya. Mumpung sedang berada dikeramaian, mungkin aku tidak akan marah padanya kalau ia mengatakan hal yang ada di kepalanya itu.

Aku menatap Bethany dengan sedih. Hatiku sakit saat ia memberiku pertanyaan itu. "Memangnya kenapa kau sampai tak mau menikahiku, Beth?"

Bethany diam. Ya, apa? Apa alasan yang sekiranya bisa aku terima? Tapi aku tidak menerima alasan apapun. Aku hanya menginginkan Bethany, apa itu salah? Toh, aku juga tak pernah menyakitinya dengan sengaja. Malah, aku menjaga Beth dengan penuh perasaan.

"Kau tidak mencintaiku, Beth?"

Dengan sialannya pikiran itu melintas dan aku tahu Bethanyku hanya refleks saat mengatakan; tidak. Tapi tetap saja, bagaimana pun aku tak bisa menyembunyikan betapa hatiku semakin sakit saat mendengarnya. Aku sedih sekali karena perasaan Bethany tidak sebesar perasaan milikku.

"Kenapa? Setelah selama ini kita bersama, setelah segala sesuatu yang kulakukan dan kuberikan demi dirimu, kenapa kau tak juga mencintaiku, Beth? Apa aku terlalu jelek? Apa karena aku terlalu miskin? Katakan padaku, Beth, kenapa?"

Bethany menggeleng. Sialan, aku sangat tak suka menunggu. Oke mungkin aku tidak setampan itu. Dan walaupun aku memang tidak sekaya itu, tapi aku masih sanggup untuk mencukupi kebutuhan Bethany apalagi Bethany tak pernah meminta hal yang berlebihan. Tapi aku tak keberatan juga kalau Bethany memang memintanya, aku pasti akan memenuhinya. Lalu bagaimana Bethany akan menjawab pertanyaanku? Apa mungkin, memang Bethany tak pernah mencintaiku?

"Apa, Beth. Apa yang harus kulakukan agar kau bisa mencintaiku? Aku akan operasi plastik kalau kau memang tak menginginkan atau tak menyukai wajahku ini, Beth."

Bethany memejamkan kedua matanya saat aku mulai menggenggam tangannya dengan sangat erat. Aku bahkan tak peduli jika Bethany merasa kebas atau sakit pada tangannya yang kugenggam. Hatiku lebih sakit. Perasaanku sakit.

Tapi seruan dari luar mobil membuat Bethany menghela napas lega dan membuka kedua matanya karena aku memang sengaja melepaskan genggamannya dan mengusap tangannya yang memerah karena melihat Bibi Sandra menghampiri kami.

"Bibi Sandra."

Bibi Sandra tersenyum. "Kenapa tidak masuk?"

"Bethany tadi tertidur. Aku sengaja tak membangunkannya."

Bibi Sandra tersenyum padaku. "Ya sudah, ayo kita masuk. Aku telah memasak banyak untuk kedatangan kalian."

Aku terkekeh. "Bibi Sandra membuatku tak enak. Aku tak membawa apapun."

Bibi Sandra menatap Bethany. "Kau telah membawa hal yang membuatku bahagia, Nak."

Aky menggelengkan kepalaku, masih terkekeh. "Baiklah, ayo kita masuk. Aku sudah sangat lapar," kataku membiarkan Bibi Sandra yang mengajak Bethany masuk.

Aku kecewa pada Bethany. Dan melihatnya saat ini akan semakin membuat dadaku sesak dan sakit.

***

Kebetulan emang mau update ini. Maaf kalau emang rada2 nggak nyambung atau aneh atau gimana wkwkwk, semoga suka ya 😘

Merry Christmas buat yang merayakan!

Saya juga mengucapkan selamat tahun baru untuk semuanya.

Maaf updatenya subuh2 begini. Kalau kangen bilang. Lho tiba2 nggak nyambung wkwkwkwk.

Night!

BELONG TO ME.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang