Belong To Me 17.

1.1K 157 8
                                    

Bethany benar-benar hanya melihat-lihat isi perpustakaan ini. Bahkan ia sama sekali tak melirik orang-orang yang berada di sini. Sangat Bethany sekali.

Jujur, aku agak kesal karena ia mengabaikanku. Tapi kurasa itu lebih baik daripada akhirnya Bethany melihat pria-pria yang lalu lalang atau yang sedang berada di pojok sana. Aku tadinya ingin protes, tapi kalau aku protes, Bethany akan menanyakan alasannya lalu ia mulai melihat pria-pria sialan itu. Jadi aku diamkan saja selama ia tak membahayakan posisi kedudukanku.

Aku hanya mengawasi Bethany dan menjauhkan pria-pria yang ingin mendekati atau menyentuhnya. Juga kalau-kalau ada yang ingin mencelakainya, aku harus ekstra hati-hati karena Bethany tipe yang hanya diam saja saat ia ditindas.

Dan itu yang paling kusuka. Karena aku bisa menindas balik siapa pun yang menindasnya. Aku jadi merasa lebih berguna untuknya.

Aku langsung menghampiri Bethany begitu ia memegang perutnya. "Kenapa? Sakit?"

Bethany tersenyum menatapku. "Olie. Ayo, kita pergi ke rumah Paman Tire sekarang?"

Aku langsung membopongnya membuat Bethany menatapku. "Aku masih bisa jalan sendiri, Olie."

Aku menggeleng. "Diam saja."

Bethany menurutiku dan menyandarkan kepalanya ke dadaku. Ah, kenapa Bethany manis sekali? Aku jadi ingin menidurinya.

***

"Kenapa kita ke sini, Olie?"

"Kita bawakan sesuatu untuk Bibi Sandra dan Paman Tire, oke?"

Bethany mengangguk. "Tapi, aku tunggu di sini saja. Boleh, kan?"

Aku hendak mengangguk saat tiba-tiba aku berpikir kalau Bethany bisa saja menggunakan kesempatan ini untuk kabur. Sial, kenapa pemikiran itu selalu muncul?

"Kau tak ingin memilihkan sendiri untuk mereka?"

Mata Bethany mengatakan ingin tapi ada sesuatu yang menahannya. Apa itu? Bukan untuk kabur dariku, kan?

"Olie, tolong, jangan marah."

Aku menatap Bethany dengan was-was. "Kenapa, Beth?"

Bethany menunduk. "Sebenarnya perutku agak sakit."

Menggeram kesal, aku memukul kendali trukku ini. "Kenapa kau tak bilang?!"

"Ha-hanya sedikit, Olie. Sungguh."

Aku menghela napasku. "Baik, tunggu sebentar, aku takkan lama."

Bethany mengangguk membuatku mengusap kepalanya sebelum turun. Tapi begitu aku baru membuka pintu trukku, Bethany menahan lenganku. Aku menatapnya bingung.

"Kenapa, Beth?"

Bethany menggigit bibirnya membuatku tiba-tiba cemas. "Kenapa? Perutmu makin sakit?"

Bethany menggeleng. "Ak-aku takut," ucapnya membuatku mengernyit.

"Olie, jangan marah, tapi sebenarnya aku merasa ada yang mengikuti kita sejak tadi. Aku takut."

Aku tersenyum untuk menenangkan Bethany. Ternyata Bethany juga merasakannya. Memang, sejak sampai di kota aku tahu kalau kami sedang dibuntuti. Tapi aku diam saja karena toh orang itu takkan berani mendekat. Tapi ternyata Bethku menyadarinya.

"Hanya perasaanmu, Beth."

Bethany menggeleng. "Aku melihatnya yang tersenyum saat aku melihatnya."

Aku terkekeh. "Bukankah itu salah satu bentuk kesopanan, Beth?"

Bethany kembali menggeleng. "Tapi orang itu sudah ada sejak kita di perpustakaan, Olie."

Aku menatap wajahnya dan merangkum pipinya. Jadi Bethany baru menyadari saat itu. "Lalu kau ingin apa? Ingin aku hampiri orang itu?"

Bethany menggeleng. "Bisa kita langsung ke rumah Paman Tire, Olie?"

***

Dobel up! Maaf semalem ketiduran karna capek banget dan abis kehujanan wkwkwkwk

Semoga suka ❤️❤️

BELONG TO ME.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang