Aku langsung menghampiri Bethany. Ia mencengkeram lenganku dengan sebelah tangannya.
"Kau tidak apa-apa, Beth?"
Beth menggelengkan kepalanya dengan tubuh yang mulai berkeringat.
Bethany menunduk. Yang tak kusangka sama sekali kalau ialah kalau Bethany ternyata sedang muntah darah.
"Astaga, Beth!"
Aku memilih membopong tubuh Bethany. Namun ringisan Bethany malah membuatku semakin merengkuh tubuhnya.
"Ayo, kita bawa Bethany ke rumah sakit, Oliver. Biar aku yang mengemudikan mobil."
Aku mengangguk saja. Aku bisa berterima kasih nanti pada Paman Tire.
***
Aku duduk dengan tenang saat Bethany sedang diperiksa. Sebenarnya aku lebih setuju kalau aku menghubungi dokter untuk datang ke rumah Paman Tire dibandingkan pergi ke rumah sakit seperti ini. Tapi Bibi Sandra sudah sangat histeris. Dan aku yakin Paman Tire bisa mengurus segalanya agar Bethany bisa dirawat di rumah saja nantinya.
"Paha Bethany ada luka tusuk, Oliver," ucap Bibi Sandra membuatku menoleh. Jadi bajingan pengecut itu ternyata berhasil melukai Bethany?
Aku tersenyum pada Bibi Sandra dan mengusap lengannya dengan lembut. "Bethany akan baik-baik saja, Bibi. Jangan cemas, oke?"
Bibi Sandra mengangguk membuatku mempertahankan senyum lembutku ini.
Jadi sebenarnya pisau lipat yang dibawa bajingan itu berhasil melukai Bethany. Dan Bethany malah dengan bodohnya diam saja dan tak memberitahuku.
Jadi, yah, rasakan saja sendiri rasa sakitnya. Salahnya sendiri yang membiarkan dirinya terluka.
Aku menyeringai. Apa lebih baik aku tambah saja luka di paha Bethany itu sebelum aku menanyakan maksud bajingan pengecut yang mengikutiku itu?
Ya, sepertinya menambah luka ide yang bagus. Atau sekalian saja aku buntungi kedua kaki kecilnya itu?
Dokter yang menangani Bethany keluar dengan tergesa. Aku diam saja melihatnya melewati kami begitu saja. Kenapa harus sepanik itu untuk mengambil penawar racun yang Bethany minum? Toh racun itu takkan menyebar secepat itu.
"Oliver, Bethany pasti baik-baik saja, kan?"
Aku tersenyum dan menatap Bibi Sandra dengan sangat lembut. "Bethany akan baik-baik saja, Bibi."
Ya, Bethany memang akan baik-baik saja. Tapi aku tak tahu kalau nantinya ia akan terkena penyakit atau tiba-tiba dokter mengatakan Beth koma atau tak sadarkan diri. Tapi Bethany memang pasti akan baik-baik saja.
Ya, semoga saja tidak terjadi komplikasi biar aku bisa sedikit memberinya hukuman kecil.
***
"Pasien telah melewati masa kritisnya. Saya permisi kalau begitu."
Aku mengangguk sedangkan Bibi Sandra langsung memeluk Paman Tire.
"Sayang, bisa kau menjaga Bethany? Biar aku dan Oliver membeli makanan untukmu."
Bibi Sandra mengangguk. "Ya, aku akan menghubungi kalian kalau terjadi sesuatu."
Aku dan Paman Tire mengangguk lalu kami memilih menggunakan tangga darurat daripada lift rumah sakit ini.
"Kau mengetahui siapa yang mengikutimu, Oliver?"
"Belum tahu pasti, Paman. Tapi aku masih mengingat jelas wajahnya. Aku akan mencaritahu nanti."
"Kalau menurutmu, siapa yang ingin bermain denganmu?"
Aku terkekeh. "Sepertinya Joseph. Sejak istrinya benar-benar menurut padanya, ia menjadi semakin gila."
Paman Tire menatapku lama membuatku menghentikan langkahku. "Apa? Apa Paman tahu sesuatu?"
"Bagaimana kalau yang melakukannya salah satu orang dari masa lalu Bethany, Oliver?"
***
udah saya bilang kalo Olie yang bakal saya bikin pusing kan? wkwkwkwk :)
buat yang nanya apa Joseph yang disebut itu Joseph yang sama di cerita Don't Run, yap, itu Joseph yang sama hehe.
tapi Joseph nggak akan nongol di cerita ini ya. biarin aja Joseph 'tenang' sama Aninda :P
see you! semoga besok saya bisa up oneshotnya ya hehe :*