Hubunganku dengan Helen semakin baik. Bethany pun semakin membuatku sering gemas karena tingkahnya itu. Dan besok Paman Tire akan membawa Bibi Sandra dan Bethany ke rumahnya yang telah selesai dibangun itu.
Ya, Bethany harus jauh dari kota sebelum berita soal pertunaganku dengan Helen tersebar.
"Apa yang kau pikirkan, Sayang?"
Aku tersenyum dan mengusap pipi Helen yang berbaring telanjang di dadaku. "Memikirkan soal pertunangan kita, Ellen."
Helen tersipu sambil mengusap dada telanjangku. "Kau menginginkan berapa anak, Sayang?"
"Sebanyak yang kubisa."
Helen memukul pelan dadaku.
"Sudah, jangan dipikirkan, Ellen."
"Aku tak mau kau berpaling dariku, Sayang."
Aku terkekeh. Yah, sayang sekali aku yang takkan bisa berpaling dari Bethku.
"Apa aku terlihat akan menduakanmu, Ellen?"
Helen menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tapi biar bagaimana pun juga aku takut. Apalagi kau bukan pria pertamaku. Kau tahu kalau aku juga tak menginginkan hal itu, kan. Kau tahu kalau saat itu aku diperkosa, Sayang."
Aku menarik dagu Helen sambil memberinya senyum lembutku. "Aku tak ingin kau sedih mengingat hal itu. Kukatakan dari awal aku tak masalah dengan apapun, kenapa kau tak percaya, Ellen?"
Mata Helen yang berkaca-kaca tidak membuatku merasakan apapun. Namun aku memilih mengecup kedua matanya itu. "Sudahlah. Tak perlu memikirkan hal yang tak perlu. Aku tak ingin kau sakit."
Helen mengecup pipiku. "Terima kasih, Sayang."
Aku balas mengecup pipinya. "Ya, aku juga berterima kasih padamu."
Helen kembali bersandar. Aku menghela napasku. Sial, bahkan aku tidak pernah benar-benar keras saat memasuki Helen. Dan aku membutuhkan Bethany untuk pelepasanku. Memang tak pernah ada yang bisa memuaskanku selain Bethku.
***
Bethany tersenyum begitu melihatku. Aku segera menciumnya namun ia malah terbahak.
"Engh, Olie, sabar. Mereka sedang ke kota, kita memiliki waktu."
Aku terkekeh. Aku sudah tahu karena memang Paman Tire yang menghubungiku untuk menjaga Bethku. Tapi sayangnya rasa rinduku tak mau berkompromi.
"Ayo kita ke kamarmu, Sayang."
Bethany terkekeh dan menahan kepalaku dengan kedua tangannya. "Aku juga merindukanmu, Olie, tapi tolong bersabar dikit, ya?"
Dan aku semakin gemas dengannya. "Memang kau sedang apa," kataku masih sesekali menciuminya.
"Masak. Dan tolong jangan marah, aku tidak memegang pisau, sungguh! Ayah yang memotong bahan-bahannya!"
Aku kembali mencium Bethany. Bethku memang benar-benar menggemaskan!
Kali ini Bethany sama sekali tak menahanku. Bahkan Beth mulai mengalungkan tangannya di leherku dan membalas lumatanku padanya. Kali ini aku yang mengakhiri ciuman kami. Aku mengecup dahinya dengan penuh perasaan.
"Ya, aku tahu dan aku percaya padamu. Ayahmu juga telah mengatakannya padaku, Beth."
Bethany tersenyum masih dengan napasnya yang terengah. "Baiklah, biar aku lanjutkan dulu masakanku, ya?"
Aku mengangguk. "Aku akan mandi dan menunggumu."
***
Begitu aku selesai mandi, aku mengecek ponselku dan terdapat notifikasi pesan dari Devon.
Soal pendobrakan
rumahmu kemarin itu,
ada yang melaporkannya,
Oliver.***
Maaf Olie jalanmu buat nikahin Beth berliku2 wkwkwkwkw
Enaknya Olie kita apain nih sama Helen?