19. Chaos

1.4K 273 89
                                    

Entah kesialan macam apa ini. Kejadian tempo hari kembali terulang. Tahu akan begini lebih baik Juna melemparkan diri pada si Kembar, rela dipalak es krim sebanyak apa pun daripada harus kembali membanding-bandingkan dirinya sendiri dengan Dewa. Di depan orangnya langsung.

Ya, Dewa yang kemarin itu. Calon pacarnya Danisha. Entahlah. Masih calon atau malah sudah pacaran. Sepertinya kemungkinan yang kedua lebih besar. Terlihat sekali bagaimana interaksi mereka berdua. Lagaknya sudah mau menikah besok saja.

"Kalian habis dari mana?" Vian bertanya setelah berkenalan dengan Dewa. "Danisha kelihatan bahagia gitu."

"Jenguk Mama." Danisha nyengir lebar.

Juna mencoba tak terlalu tertarik dengan sekitar, dia fokus menyantap bubur ayamnya. Tapi mendengar jawaban Danisha barusan, mau tak mau, dia mendongak. Memperhatikan ekpsresi di wajah perempuan itu yang, ehm, berseri. Terlihat bahagia. Pokoknya lebih bersinar dari biasanya. Danisha ganti bedak atau bagaimana? Atau sudah mulai pakai skincare demi si Dewa-dewa ini?

Nina menyahut, "Oh, ngenalin Mas Dewa ke Mama ya?"

"Ya, bisa dibilang begitu." Danisha nyengir. Lalu berdiri, memesankan bubur untuknya dan Dewa. Mereka memang baru bergabung, itu pun tidak sengaja. Juna hanya mengajak Nina dan Vian, tanpa mengabari Danisha. Karena seperti yang terjadi, dia sudah tahu jika perempuan itu punya 'kesibukan' baru.

"Mas Dewa pacaran ya sama Danisha?" Vian bertanya polos.

Juna terbatuk. Tanpa menoleh, Nina menepuk punggung Juna. Dia menunggu jawaban Dewa. Fokus ke depan. Mengabaikan Juna yang tersedak atau memang pura-pura tersedak itu.

"Kalau misal dilamar, Danisha mau nggak ya?"

Apa? Barusan dia bilang apa? Dilamar? Danisha mau dilamar? Juna tidak sempat menginterupsi karena dia kembali terbatuk.

Dasar batuk sialan!

"Woaaaa!" Vian membekap mulutnya, takjub sendiri.

Berbeda dengan Nina yang ingin mengonfirmasi lagi. "Serius, Mas? Tapi ya daripada pacaran, mending langsung lamar."

Dewa tersenyum. Merasa di atas awan karena mendapat dukungan dari sahabat-sahabat Danisha. Tak lama kemudian, Danisha kembali ke meja.

"Ngobrol apa kok suara Vian sampe kedengaran di sana?"

"Bukan apa-apa kok." Vian melempar senyum ke Dewa.

"Mereka tadi ngomongin apa sih, Jun?" Untuk urusan begini, Juna lebih bisa diandalkan. Dia kadang blak-blakan. Kalau para perempuan, banyak berkelitnya.

"Nggak denger gue." Juna tidak beralih dari ponselnya. Memilih membuka chat dari Siska yang pasti mengingatkan tentang jadwalnya hari ini. Seingat Juna, dia hari ini ada acara gathering bank ternama, tapi masih nanti sore.

Danisha mendengkus melihat Juna sok sibuk seperti itu. Dia beralih ke Dewa. "Enak, Wa? Aku sering sarapan di sini."

Dewa mengangguk setelah menelan suapan pertama. "Kalian sering nongkrong di sini ya?"

"Kalau Mas Dewa nongkrongnya di mana?" Nina bertanya balik. Juna refleks menoleh. Menyipitkan mata.

"Di atap kantor."

WOMANIZER [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang