1. Meet Danisha

7.6K 654 70
                                    


Belum apa-apa, Juna sudah jerih menatap lautan manusia. Memang sih, yang dia tunggu belum tampil. Via Vallen masih di atas panggung, menyapa penonton-setelah menyanyikan satu lagu yang berhasil membuat lautan manusia bergoyang. Sungguh animo yang luar biasa.

Tunggu, dia tidak sendirian. Ada perempuan kalem di sebelahnya, yang kalau tidak dipegang tangannya, bisa hilang. Juna menoleh, yang tadinya hanya menggandeng tangannya, kini beralih merangkul bahu perempuan itu.

Vian menepis rangkulannya. Tapi Juna tetap memaksa. "Tuh, di sebelah lo ngelirik mulu. Heran kali ya lihat bidadari nyempil nonton konser."

"Iya?" Vian ikut menoleh ke arah yang dimaksud Juna, lalu buru-buru kembali menatap Juna.

Sudah dua kali dia mengajak Vian menonton konser di lapangan terbuka. Yang pertama, dia sempat terpisah dengan Vian karena perempuan itu terdorong-dorong penonton lain. Dengan panik, Juna sampai menghubungi promotor acara. Panik luar biasa.

Maka kali ini, dia harus menjaga Vian lebih ekstra. Ada yang lirik dikit, dia langsung siaga. Lalu muncul keinginan untuk mencolok mata yang berani menatap Vian lama-lama.

"Kalau pengin ke toilet, bilang. Nanti gue anter. Jangan ditahan."

"Hm, anter sekarang."

Juna mengedar pandangan, lalu merengkuh bahu Vian dan menyibak penonton untuk menuju ke tribun sebelah kiri.

Begitu tiba di depan toilet, Juna mengambil alih ransel mini Vian. Sambil menunggu, dia membuka Whatsapp. Membalas pesan Nina yang barusan masuk.

Nina: Jun, udah mulai? Gw pengin nyusul nih

Juna: blm, gk usah nyusul. Crowded bgt. Gw kewalahan kalo jagain dua cewek.

Nina: dih -_-

Dari pintu toilet, kepala Vian melongok. "Jun ...."

Juna menoleh cepat. "Kenapa, Vi? Airnya macet?"

Vian menggeleng.

"Tisunya habis?"

Menggeleng lagi.

"Terus?"

"Itu, ehm, aku tadi lihat di depan stadion ada toko."

"Mau beli cemilan dulu?"

"Ih, bukan."

"Terus apa?"

"Beliin pembalut dong, Jun." Sambil tersenyum sungkan.

Juna sempat bengong sebentar. "Oh, pembalut. Oke, tunggu."

***

Bahu Vian kembali dia rengkuh untuk merangsek lebih maju. Tapi mereka harus puas berada di deretan tengah. Tidak bisa merangsek lagi. Jadi mending pasrah daripada membuat penonton lain emosi. Lagi pula, yang mereka tunggu sudah berdiri di atas panggung.

Dari tempatnya berdiri, Juna menatap kagum pada perempuan yang setiap kali manggung selalu mengenakan serba-hitam. Kali ini pun sama. Rambut panjangnya yang bergelombang, diikat. Kaki jenjangnya dibalut jins hitam pekat. Serta sepatu lars bergerigi yang membuatnya lincah melompat-lompat di atas panggung.

Gebukan drum langsung disambut sorak-sorai penonton. Suara nge-bass Danisha meningkahi gebukan drum yang diikuti petikan gitar. Seketika penonton terbakar. Juna menoleh, memastikan perempuan di sampingnya tetap aman. Dia takut lengah dan Vian bisa terseret lagi.

Merasa ditatap cemas, Vian menoleh, mengacungkan telunjuk dan jempol. Yang menandakan dia baik-baik saja.

Lagu pertama selesai. Lagu yang Juna tahu diciptakan sendiri oleh Danisha. Lagu yang menjadi awal kebangkitan perempuan itu setelah apa yang sempat terjadi beberapa tahun silam. Sesuatu yang membuat hidup perempuan itu jungkir-balik.

WOMANIZER [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang