“Guys.”
“Hm.”
“Guys.”
“Hm.”
“EMAKNYA JUNA CHAT GUE!”
“Hah?”
“Ngelindur kali lo. Mana mungkin?!” Nina menolak percaya. Ini masih terlalu pagi.
“Iya, beneran—Aaaaa! Kok lo nimpa gue sih?!” Bersungut-sungut seraya mengaduh dan menyingkirkan kaki Nina dari kakinya.
“Salah lo narik kaus gue!”
Vian dengan handuk di leher, mendekat cepat. Menolak percaya sebelum melihat sendiri isi chat tersebut. Dia melangkah di antara kaki Danisha dan Nina yang siap bergulat, merebut ponsel dari tangan Danisha. Menyingkir dari sana. Membaca dengan berdebar isi pesan tersebut.
Selamat pagi, Danisha. Ini mama Juna, kalian bisa luangkan waktu sebentar? Tante ingin sekali ngobrol. Semoga kalian tdk sibuk.
“Tante Selli kesambet apa?” Vian kelepasan. Lalu menepuk mulutnya sendiri. Segera menoleh ke sahabat-sahabatnya. “Mandi buruan. Kita nggak boleh bikin Tante Selli nunggu.”
Nina menyibak rambut panjangnya. “Udah janjian jam berapa?”
Danisha kebalakan menjadi kuciran rambut, bergegas lari ke kamar mandi. Sebelum menutup pintu, dia berbalik. “Itu dibales dulu, kita bisa ketemu satu jam lagi. Terserah mau di mana. Kita ngikut.”
***
“Selamat pagiiii. Eh, dayang-dayangku pada cantik banget. Mau ke mana weekend gini? Kencan?”
“Kencan sama orang spesial.” Nina mendahului sebelum mulut polos Vian menjawab.
“Siapa? Baru gue tinggal sebulan, udah dapet aja gebetan.”
“Nah, tuh sadar. Lo bikin jodoh kami jauh.”
“Gue ini bantu nyeleksi jodoh kalian tahu. Jangan sampai nemu yang salah. Gue kudu lihat orangnya dulu. Jangan gegabah. Pokoknya tunggu gue dulu.”
Danisha fokus menyetir, tapi gatal untuk tidak menyahut. “Emang lo mau pulang?”
“Ya nggak. Kalian aja yang ke sini.”
“Kok?”
“Sydney lagi sejuk-sejuknya ini. Nggak mau ke sini kalian?”
“NGGAK!”
“Masih kompak kayak biasanya, gue suka.”
“Matiin aja, Nin. Gue jadi nggak fokus nyetir.”
“Eh? Apaan, udah mau sampai tempat ketemuan ya? Jangan dimatiin dulu dong. Paling nggak gue intip dulu laki kayak mana yang deketin kalian. Lagian kenapa sih mesti triple date? Udah gede, masa’ kencan rame-rame sih?” Juna mencerocos tiada henti. “Vi, coba sebutin ciri-ciri lelaki yang deketin kalian?”
“Cantik terus keibuan kok, Jun. Tenang aja.”
“Hah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
WOMANIZER [End]
Romance[family-romance-friendzone] Imej Juna sebagai lelaki sudah hancur sejak ... entah sejak kapan. Dia adalah lelaki brengsek bagi mantan-mantannya. Puluhan kali membuat perempuan-perempuan menangis dan selalu mendapat hadiah tamparan. Tapi sudah biasa...