Jeno khawatir dengan keadaan Renjun yang berubah sejak menerima telepon berbahasa mandarin beberapa saat lalu. Dia terlihat lebih murung.
Hanya ada keheningan dalam pos satpam tersebut sejak dia menolak menjawab pertanyaannya. Andai saja ia mengerti apa yang dia pikirkan.
"Renjun..." panggilnya pada lelaki manis di sampingnya. Tapi dia tidak menjawab, masih dengan matanya yang menerawang entah kemana.
Ia tidak tahan lagi melihat keadaan dia yang aneh seperti ini. Ia mendekapnya dalam pelukan dan merasakan tubuh yang dicintainya itu melemas namun akhirnya membalas pelukannya.
"Hsstt.. kamu tenang. Aku emang gak tau apa masalah kamu tapi aku yakin semua masalah ada solusinya. Jangan khawatir, aku bakal selalu ada di samping kamu." Ucap Jeno halus.
Renjun menjawab dengan suara kecil yang tenggelam dalam dadanya namun samar-samar Jeno masih dapat mendengarnya. "Kalau kamu yang jadi masalah gimana?".
Jeno membuang nafas pelan namun tidak sedikitpun melonggarkan dekapannya.
"Kalau aku yang jadi masalah gimana? Ya kamu cerita dulu ke aku apa masalahnya. Kecuali masalah uang, karena aku ngga bisa tiba-tiba kaya raya." Balas Jeno masih dengan suara yang menenangkan dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Renjun menggeleng dalam pelukan Jeno.
"Aku rasa kamu ngga pantes sedih-sedih manja kayak gini. Renjun yang aku kenal itu nyebelin, ngga sopan dan tukang goda."
Renjun mendongak dan memicingkan matanya pada Jeno sebelum memberi senyuman jahil. "Terus kamu kegoda?"
Jeno balas tersenyum dan mengangguk. "Iya karena kamu nyebelin dan ngga sopan."
"Aku gini aja kamu kegoda apalagi aku yang baik." Respon Renjun yang kemudian menenggelamkan kembali wajahnya di dada Jeno.
"Back to topic, please." Perintah Jeno. "Masalah kamu apa?".
"Aku jawab becanda apa serius?"
"Terserah, yang bikin kamu seneng aja."
🎲 🎲 🎲
"Kamu terlalu ganteng sampe seluruh pikiran aku cuma fokus ke kamu."
Jeno berubah muram dan melepas pelukannya setelah mendengar jawaban tersebut.
Sedangkan Renjun terlihat bingung kenapa momen manis ini tiba-tiba berhenti.
"Itu kamu serius apa becanda?" Tanya Jeno menggunakan ekspresi tidak ramah, Renjun bukannya merasa tidak enak malah siap untuk protes.
"Ih Jeno apaan sih, kita tadi lagi sayang-sayangan. Kok kamu ngerusak suasana?!" Renjun berdiri dengan tangan di pinggang.
"Soalnya kamu bilang aku ganteng!" Jawab Jeno kesal dan ikut berdiri berhadapan dengan Renjun.
Kini mereka saling berdebat face to face dengan gerakan tangan yang makin menggambarkan frustasi masing-masing.
"Astaga! Terus salahnya dimana? Kamu mau aku bilang sempurna?"
"Aku mohon Renjun, jangan liat aku cuma dari muka!"
"Apaan?!"
"Jangan suka aku karena ganteng, ini cuma muka. Makin lama makin keriput, dan bisa jadi jelek kapan pun."
"Ini kita lagi ngobrolin apaan sih!?" Ucap Renjun yang malah jadi tidak mengerti dengan situasi yang tiba-tiba berubah arah pembicaraan.
"Aku serius! Liat sikap aku, ketulusan aku, cinta aku ke kamu. Ganteng cuma sementara, tapi cinta aku ke kamu selamanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Who Knows - NoRen (END)
Aktuelle LiteraturSudah tamat. Kalau mau tau ceritanya, baca aja sendiri. Tinggal next next doang gancil.