Setelah berhasil kabur dari amukan nyonya Lee, Renjun langsung bergegas untuk pulang dan menyiapkan diri sebelum nanti meluncur ke panti asuhan tempat Kang Chanhee berada.
Ia sudah memastikan bahwa di sana benar-benar ada pengurus yang bernama Kang Chanhee. Seorang yatim piatu sebatang kara yang tinggal di sana sejak bayi. Hingga akhirnya dia mandiri namun lebih memilih untuk mengasuh anak-anak di sana.
Ia sudah memiliki skenario untuk membalas Haechan. Skenario picik dan licik yang sudah dipastikan Lee Haechan akan kapok dan menyesal telah mengganggu hubungannya dengan Jeno.
Pertama, Ia akan memastikan untuk mempertemukan Kang Chanhee dan Mark Lee, kemudian saat keduanya berdekatan dengan tanpa sengaja Renjun akan menjatuhkan undangan pertunangan Markhyuck di depan mereka.
Kedua, karena terbongkar kebenarannya maka mereka akan baku hantam. Akan terjadi perkelahian besar antara mereka, atau lebih tepatnya Mark yang mengamuk karena setahu Renjun, Mark pandai bertarung. Setelahnya dua orang itu akan meninggalkan Haechan. Haechan patah hati, sebab tunangan dan pacarnya pergi sekaligus.
Ketiga, paman Kai akan murka pada anaknya karena telah berani-berani menyakiti Mark si calon menantu kebanggaan dan kesayangan. Bahkan semua keluarga besarnya akan kecewa kepada Haechan.
Keempat, nama Renjun akan dielu-elukan bagaikan pahlawan karena telah berhasil membongkar sindikat perselingkuhan keji Lee Haechan dengan seorang penjaga panti asuhan.
Akhirnya dengan senyum secerah matahari siang pada musim kemarau di negara yang dilintasi garis khatulistiwa, Renjun melangkah keluar dari tempatnya.
🐂🐃🐄
Begitu mobil Renjun sampai di panti asuhan Yongsan, sudah ada Mark Lee menunggunya di pintu gerbang. Melihat yang ditunggunya datang, Mark pun kembali masuk ke mobilnya untuk mengikuti.
Kedua mobil tersebut berhenti didekat pintu masuk bangunan terbesar. Keduanya turun dan asisten mereka membereskan barang-barang bawaan yang akan mereka berikan pada anak-anak penghuni panti ini.
"Kak Mark bawa apa?"
"Semangka." Jawab Mark singkat. Renjun hanya mengangguk mengerti.
"Kakak engga nanya aku bawa apa?"
Mark memperhatikan senyum Renjun, dari gerak-geriknya terlihat seperti ia sedang mengantisipasi sesuatu. "Ngapain nanya? Nanti juga tau. Kok kamu semangat banget? Beramal kan bukan hobi kamu."
Renjun tidak sedikit pun tersinggung, ia malah tertawa lepas kemudian meninju pundak orang dihadapannya. "Semangat lah. Kakak juga yah mesti semangat walau badai menghadang rintangan menantang. Kalau lagi sedih, inget aja anak-anak di panti asuhan ini. Banyak yang lebih engga beruntung dibanding kakak."
Mark menatap heran. Renjun bukan orang baik berhati hangat yang peduli akan sekitar apalagi memiliki sifat penyayang, dia egois dan terlalu mencintai dirinya sendiri. Tidak cocok mengatakan rentetan kalimat tersebut.
"Eeiii, ngeliatin akunya biasa aja dong." Tangan kanan Renjun merangkul leher Mark untuk menyeretnya masuk sedangkan tangan kirinya memastikan undangan pertunangan tersebut masih ada di kantong dalam jaket yang ia kenakan.Mark tidak terima ia dirangkul Renjun yang notabenenya lebih muda dan lebih pendek darinya. Ia memberontak tapi Renjun tetap memaksa, jadilah dua orang tersebut berebutan untuk saling merangkul.
Tanpa sengaja undangan pertunangan itu jatuh dari jaket Renjun tanpa ada yang menyadari. Karena Mark dan Renjun yang terlalu sibuk bersaing siapa merangkul siapa dan asisten mereka yang sibuk dengan oleh-oleh untuk anak panti.
🐾🐾🐾🐾
"Saya sangat terharu dengan mas Renjun dan mas Mark, anak-anak juga akan sangat berterima kasih. Jarang sekali ada yang menengok kami dengan membawa daging sapi dan semangka."
Renjun menampilkan senyum manis melihat seorang nenek tua pemilik panti menangis terharu melihat bawaan mereka, padahal dalam hati ia sudah tidak sabar bertemu dengan Kang Chanhee. Ingin melihat bagaimana rupa selingkuhan Haechan.
Berbeda dengan Mark yang malah tertawa cengengesan mendengar ucapan sendu si nenek. "Nenek beneran nangis terharu apa nangis ngetawain kita? Aneh banget yah bawaan kita?"
Si nenek menggeleng kemudian meraih tangan Renjun dan Mark, dengan senyum teduh beliau berucap lembut "Saya serius. Yang nengok kesini hampir semua bawaannya sama. Sembako, peralatan sekolah, baju, selimut, dan mainan. Tentu kami bersyukur dan berterima kasih, tapi ini daging sapi dan semangka. Anak-anak pasti bener-bener seneng, mereka jarang bisa makan daging."
"Untung saya engga dengerin asisten saya, dia engga setuju rencana saya manggang daging sama anak-anak." Renjun menatap tajam Yangyang yang bahkan tidak berani mengangkat kepala.
"Jadi kapan kita bisa mulai pesta panggang-panggangnya?" Tanya Mark.
Si nenek dengan sisa-sisa air mata diujung matanya tersenyum mendengar pertanyaan antusias Mark."Sebenernya anak-anak udah sarapan dan jam makan siang juga masih lumayan lama. Di sini kalau hari minggu pagi ya kerja bakti beres-beres."
Mark dan Renjun saling melempar tatapan, memberi kode bahwa keduanya tidak setuju untuk ikut kerja bakti. Dan si nenek yang sangat peka ini sangat mengerti akan hal tersebut, ia tertawa lagi. "Karena biasanya orang dewasa yang kerja bakti, anak-anak jadi engga ada yang ngawasin. Kalian bisa main bareng anak-anak itu."
Si nenek berdiri masih sambil menggandeng Mark dan Renjun, lalu menggiring mereka ke gedung lain yang bentuknya seperti rumah biasa.
"Nah di sini banyak anak yang bisa kalian ajak main sambil nunggu jam makan siang."🐯🐅🐆
Seburuk-buruknya seorang Huang Renjun, ia hanyalah manusia biasa yang memiliki perasaan. Hatinya langsung terenyuh dan air matanya jatuh ketika melihat ruangan yang dipenuhi anak batita.
Bayi-bayi yatim piatu yang sedang berada sendirian dalam tempat tidur bayi. Renjun dan Mark saling berpegangan tangan dan memasuki ruangan tersebut.
Sesekali ia menenangkan Renjun ketika terdengar isakan tangis darinya. "Hsstt jangan berisik, satu nangis semua nangis."
Mereka mengitari ruangan tersebut dan memperhatikan para bayi, semuanya menggemaskan tapi Renjun sulit sekali untuk tersenyum. Ada yang tertidur pulas, tapi ada juga yang terbangun. Yang terbangun itu yang membuat hati Renjun perih, bayi-bayi itu hanya melamun dan berbicara sendiri tanpa ada yang menemani.
"Mereka pasti kesepian yah?" Tanya Renjun dengan sesenggukan.
"Iya lah." Jawab Mark ketus. Ia benci ketika pikirannya mengelana kemana para orangtua dari bayi-bayi malang ini.
💚💚💚
Tbc
💚💚💚
Kalau engga suka mas/mba bisa kok dituker pake -ssi
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Who Knows - NoRen (END)
Ficción GeneralSudah tamat. Kalau mau tau ceritanya, baca aja sendiri. Tinggal next next doang gancil.