89

4.3K 584 56
                                    

Kai yang disekap dua pengawal bawaan Renjun di kamar mandi terus berusaha melepas tali yang diikat pada pergelangan tangan dan kakinya.

Tangan terikat adalah hal mudah bagi Kai, ia dengan lancarnya mengubah posisi tangan di belakang menjadi tangan di depan.

Ia berdiri dan mendekati tempat penyimpanan di dinding dengan melompat-lompat, para pengawal bodoh itu tidak tahu kalau di dalam kamar mandi tempat mereka menyekapnya ada silet bahkan razor.

Kao membuka pintu lemari penyimpanan dan menemukan benda yang ia cari.

🍆🍇🍆🍇🍆🍇🍆🍇

Renjun di lempar masuk ke ruangan lemari pakaian Haechan, hingga wajahnya terbentur dengan lantai.

Matanya mengelilingi sekitar, hanya ada lemari-lemari, baju-baju yang terpampang indah, sepatu yang dipajang rapi dan cermin besar dalam ruangan itu.

Ia berusaha duduk, kemudian matanya menangkap seseorang dengan baju rajut di atas sebuah kursi roda. Ternyata Mark menyembunyikan Haechan di sini juga.

Karena kaki dan tangannya terikat, Renjun mau tidak mau menggelindingkan tubuhnya berguling-guling untuk dapat mencapai Haechan.

"Heumph heumph heumph" geram Renjun agar mendapat perhatian Haechan. Menggunakan sikut dan bahunya, ia terus-terusan menyengol kaki Haechan yang menggantung di kursi.

"Grrm grmm grmm" gumaman dan erangan terus keluar dari mulut Haechan, jika diartikan adalah : Item, bego! Jangan ngelamun doangan njing! Chani Chani, tolongin Chani!

Renjun membaringkan tubuhnya lalu mengangkat kakinya ke wajah Haechan, menepuk-nepuk kedua pipi lelaki yang diam itu dengan sepatunya.

"Hmmpp hmmpphh hmmpphh."

Renjun menyerah, ia menurunkan kakinya dan mencoba menetralkan nafas yang tersengal. Mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Untuk orang yang tidak pernah berolahraga seperti Renjun, mengangkat kedua kaki ke atas adalah suatu hal yang sangat berat.

Renjun memperhatikan Haechan yang  masih hanya diam, sesekali matanya mengedip. Tangan Haechan memainkan ujung baju yang ia pakai.

Renjun menyipitkan matanya, Haechan memainkan baju tersebut terlalu kuat hingga rajutannya melonggar dan benang-benang wolnya berantakan.

🔭🔭🔭🔭🔭

Chani mengangkat kedua tangannya saat dua pistol mengarah padanya. Ia sudah pasrah namun juga tidak ikhlas.

Jika pun ia tidak bersama dengan Haechan, Haechan tidak boleh jatuh ke lelaki kasar seperti Mark dan Renjun tidak seharusnya terbawa-bawa dalam urusan ini.

Jika ini kesempatan terakhirnya untuk bicara, maka Chani tidak akan menyaring lagi ucapannya. Ia akan mengeluarkan semua hal yang mengganjal dalam hatinya namun tidak dapat ia katakan karena logika yang menghalangi.

Chani yang terlalu emosional, dengan mata yang berkaca-kaca memandang tajam ke arah Mark.

"Haechan dan gue udah jadian selama bertahun-tahun. Yang selingkuhan itu loe, bukan gue. Mestinya gue yang mukulin loe sampe mati!"

"Pas tau dia selama ini bohong, udah gue putusin untuk ninggalin tunangan loe itu. Tapi dia mohon-mohon! Nangis-nangis minta dikasih kesempatan kedua! Tapi gue juga dengan begonya nerima dia lagi."

Meski wajah Mark santai, Chani dapat melihat jelas jika tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya memucat dan urat-urat lengannya menonjol. Setidaknya ia dapat membuat Mark sakit hati sebelum mati.

"Loe mau Haechan? Ambil aja! Dia itu manja, drama, egois dan semaunya. Nuntut mulu buat diperhatiin. Emang gue hidup cuma buat dia?"

"Dari dulu sampe sekarang dia tuh cuma bisa ganggu doang! Dia suka numpang nginep di panti, kita tidur berdua desek-desekkan di ranjang gue yang kecil. Padahal liat! Dia punya kasur selebar ini."

"Dia cuma bisa nangisin adek-adek gue, dia cuma butuh satu kalimat atau keisengan untuk ganggu mereka tapi gue butuh satu jam untuk ngehibur mereka supaya engga nangis lagi."

"Dia selalu marah-marah dan protes kalo diajak jalan pas matahari lagi panas, padahal kulitnya juga udah item dari sananya. Mau tinggal di kutub pun dia engga bakal putih!"

"Dia itu bawel, berisik, banyak omong, gak bisa diajak serius. Kalo ngomong suka gak ngaca. Kalo dikasih tau ngeyel, pinter banget balikin omongan orang."

Kemudian Chani terdiam, lalu ia bersimpuh dan menutupi wajahnya. Menutupi fakta bahwa ia sedang menangis sesenggukan. Ia sudah tidak peduli pada Mark yang siap menghajarnya.

Kemarahannya pada nasib yang memberinya situasi yang tidak adil sudah hilang, saat ini hanya ada kesedihan di hatinya. Bayang-bayang Haechan dan masa lalu mereka.

"Tapi bareng Haechan juga gue ngerayain ulang tahun bertahun-tahun ini. Loe tahu udah berapa kali dia niup lilin ulangtahun gue? Sepuluh kali! Gue engga pernah niup lilin ulang tahun seumur hidup, dia selalu ngeduluin gue! Tapi dia bakal ngamuk kalo gue niup lilin punya dia."

"Haechan yang selalu nemenin gue kemana pun, dia ada disamping gue nyemangatin belajar, daftar kuliah, tes kuliah, bahkan saran dari Haechan juga gue milih profesi ini. Haechan yang jadi pendamping wisuda gue, dia juga yang nemenin gue sumpah jabatan."

"Hidup gue penuh sama Haechan, dan ini ngebuat gue sadar. Gue engga pernah ngelakuin apa pun yang berarti buat Haechan."

Chani tiba-tiba berdiri dan menerobos gengster yang menghalaginya untuk menonjok Mark. Sayangnya, baru saja tangannya menarik ujung kerah kemeja Mark, Chani sudah terpelanting ke lantai.

👓 👓 👓 👓 👓

Ruang lemari pakaian Haechan memang hanya terpisah sekat dari kamar tidurnya. Jadi dengan jelas dapat terdengar ucapan Chani ke telinga Renjun.

Renjun terperangah mendengar cerita Chani. Ia baru tahu sudah selama itu hubungan mereka berdua.

Sepuluh tahun? Berarti sejak masih sekolah. Haechan mampu merahasiakan hubungan mereka selama itu dari keluarganya?

Renjun menatap Haechan, ia bisa mendengar apa yang diucapkan Chani kan?

Lalu terdengar keributan dari luar, Renjun meninggalkan Haechan. Ia menggelindingkan kembali tubuhnya ke arah pintu. Sepertinya pengawal yang ia bayar sudah berhasil memasuki kamar Haechan.

"Hmmpph hmmph"

Renjun tidak henti-hentinya berteriak dan menendang pintu dengan sepatunya, berharap pintu itu akan terbuka. Ia tahu hal buruk terjadi dengan Chani, Renjun harus segera meninggalkan ruangan ini untuk membantu Chani.

Dorr Dorr Dorr

Renjun membeku. Ia berhenti memberontak begitu mendengar suara tembakan. Pengawal yang ia sewa tidak dilengkapi dengan senjata api. Berarti itu orang bayaran Mark kan?

Renjun mengedipkan mata dan tanpa sadar air mata menuruni pipinya. Ia langsung melihat ke arah Haechan yang masih terdiam.

Maaf Chani, maaf Haechan. Kalau aja dari awal gue dengerin Felix untuk engga ikut campur.

🔥🔥🔥
Tbc
🔥🔥🔥

Jodoh Who Knows - NoRen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang