Baekhyun menghabiskan hari minggu yang indah bersama kerabatnya di Seoul dengan pesta BBQ kecil-kecilan, ada Kai beserta anaknya Haechan, Taemin dan suaminya Minho. Sayang sekali Chanyeol lebih memilih bermain bowling bersama Jaehyun. Oh ya, mereka sedang menunggu kedatangan Jungwoo.
"Lho Echan, kamu engga ikut Injun sama Mark ke panti?" Tanya Baekhyun kepada Haechan yang sedang makan sosis dan daging dengan semangat bergantian.
Haechan menelan makanannya, meminum air putih dan mengelap kedua ujung bibirnya terlebih dahulu sebelum menjawab Baekhyun. "Aku ada janji sama temen hari ini jadi engga bisa nemenin Mark. Ngomong-ngomong Renjun siapa yah? Echan engga kenal tuh."
Sontak semua orangtua di sana tertawa mendengar ucapan Haechan, kecuali ayahnya. "Haechan! Engga sopan kamu." Kai memberi peringatan.
"Udah Kai, engga apa-apa. Injun juga gitu kok ke Echan. Biarin aja lah, lagian berantem mereka juga lucu kok." Jawab Baekhyun membela Haechan.
Tapi sepertinya Haechan sudah terlanjur kesal dengan ayahnya, ia berdiri dan berpamitan. "Echan mau pergi dulu yah semuanya. Ayahku sayang, tante-tanteku dan omku. Jangan nanya Echan pulang kapan, karena Echan juga engga tau. Permisi."
Para tetua hanya bisa memandang kepergian Haechan tanpa bisa mencegah atau melarang. Anak yang menuruni kulit ayahnya itu memasuki rumah tanpa menengok sedikitpun. Setelah Haechan pergi, Baekhyun dan Taemin langsung memandang sengit ke arah Kai.
🎁🎁🎁🎁
Haechan mengganti pakaian santai bermerknya dengan pakaian rapi namun tanpa brand. Chani tidak ada jadwal jaga di rumah sakit, jadi ia bisa bersama menghabiskan waktu dengan kekasihnya itu seharian. Kebetulan hari ini ia pun bebas dari gangguan Mark.
"Heumm.. bawa oleh-oleh apa yah untuk Chani? Telepon langsung aja deh bebebnya mau apa."
Sambil menempelkan ponsel pada telinga dan menenteng jaket kulit, Haechan berjalan keluar kamar menuju garasi. Ia akan memakai skuter matiknya jika bertemu dengan Chani.
"Ish. Chani mana nih kok engga diangkat?" Gerutu Haechan manja sambil menuruni tangga. Setelah agak lama barulah panggilan dering tersebut berhenti. Ia pun langsung tersenyum manis.
"Kemana aja sih? Lama banget ngangkatnya."
"..."
"Halo. Chani?"
"..."
"Halo Chani, sayangnya aku."
"..."
"..."
"Haechan?"
Pip.
"Halo! Halo! Kak Mark? Kak Mark!"
Haechan mencengkram kuat ponsel dalam genggamannya, seketika pandangan matanya kosong, bahunya merosot dan lututnya gemetaran hingga tanpa sadar Haechan terduduk di tangga.
Lambat laun, entah sudah berapa lama ia terjebak dalam mode blank, mata Haechan perlahan mengarah pada jendela besar yang menembus pada pemandangan di pekarangan belakang rumah. Itu keluarganya yang sedang tertawa bahagia, sangat berlawanan dengan keadaannya saat ini.
Kemudian pandangannya terkunci hanya pada ayahnya, ayah yang sangat Haechan sayangi dan hormati. Ayah yang sedari kecil merawatnya sendirian, rasanya sejak kematian sang ibu hanya ada ia dan ayahnya di rumah besar ini.
Tapi hubungan sempurna ayah dan anak itu meregang saat setahun lalu Kai mengenalkan secara formal Haechan pada Mark Lee sebagai calon tunangannya. Dengan wajah sumringah dan mata berbinar bahagia milik Kai tentu Haechan tidak dapat menolak permintaan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Who Knows - NoRen (END)
Fiksi UmumSudah tamat. Kalau mau tau ceritanya, baca aja sendiri. Tinggal next next doang gancil.