27

6.9K 1K 103
                                    

🔺🔸🔻🔸🔺🔸🔻🔸🔺🔸🔻

"Hey, kenapa lama banget?"

Jeno menoleh pada suara Renjun, anak itu sedang menuruni tangga.

Jeno membuang nafas lelah, pertama kali bertemu dalam beberapa bulan dan Renjun langsung protes, membuat Jeno ingin... ingin... entahlah ingin apa.

"Cuma nunggu kurang dari sejam aja dibilang lama, apa kabar aku yang tiga bulan?" Ucap Jeno dengan nada cuek.

"Yaudah sana pergi. Balik ke sini tiga bulan lagi, itu pun kalau aku masih di sini" ucap Renjun tidak kalah enteng.

Jeno langsung berbalik ke arah Renjun yang masih berjalan, kemudian menampilkan deretan gigi rapinya, "ya engga lah Ren, aku cuma becanda."


Renjun kini sudah berada di hadapannya, ia memakai kimono putih dengan motif bunga-bunga kecil berwarna merah. Rambutnya sudah lebih panjang dibanding saat terakhir bertemu.

Mereka saling memandang, Jeno yang mendongak dan Renjun yang menunduk. Kemudian keduanya saling tersenyum.

Masih dengan posisi duduk, Jeno memeluk Renjun yang masih berdiri. Berdampingan dengan Renjun sedekat ini dan dapat menghirup aromanya lagi, Jeno sungguh bersyukur.

"Aku kangen kamu, tiga bulan itu ngga ada artinya. Asalkan kita bisa ketemu lagi sampe kapan juga bakal aku tunggu." Ucap Jeno dengan wajah yang menelusuri perut Renjun.

Ia tersenyum ketika merasakan tangan Renjun membelai kepalanya. Dengan hati-hati ia menarik Renjun dalam pangkuannya.

"Yakin kamu kangen sama aku?" Tanya Renjun masih dengan memainkan rambut Jeno. Renjun dalam pangkuannya terasa ringan namun dapat memberinya kehangatan.

Jeno hanya mengangguk dan mulai mencium bibir indah di hadapannya. Renjun tidak menolak dan malah menjambak rambut Jeno untuk memperdalam ciuman mereka.

Bibir mereka bertautan saling bercumbu, tapi Jeno tidak memiliki niat untuk melakukan yang lebih dari ciuman. Jadi ia menghentikan kegiatan tersebut sebelum lupa diri.

Renjun mengerti dan tersenyum lalu berbisik nakal di telinga Jeno, "aku ngga pake apa-apa lagi di dalem kimono ini."

Wajah Jeno memerah, kemudian untuk membuktikan ucapannya Renjun menarik belahan kimono hingga terlihat paha mulus miliknya.

Jeno membuang tubuh Renjun begitu saja dari pangkuannya.

"Aduh" Renjun mengaduh saat tubuhnya terhempas ke lantai. Untung saja ada karpet tebal yang menutupi lantai tersebut.

"Maaf maaf, tadi itu aku refleks ngedorong kamu." Ucap Jeno tanpa rasa bersalah namun tetap membantu Renjun berdiri.

"Maaf maaf tapi muka haha hehe nahan tawa." Kesal Renjun yang kini memilih duduk di sofa berbeda untuk menjauhi Jeno.

"Ya kamunya ngegodain aku melulu." Jawab Jeno membela diri.

"Aku cuma ngasih info!"

"Tapi infonya ngarah kesana!"

"Kesana kemana?"

"Ngga tau ah."

Wajahnya yang memerah lagi membuat Renjun kembali menertawakannya. Jeno berdehem untuk mengurangi rasa gugup. "Soal yang gitu-gitu gampang, kamu bisa goda-goda aku sepuas kamu tapi nanti. Kita mesti ngomong dulu. Komunikasi itu nomor satu."

Renjun mengangguk mengiyakan.

"Jadi ini gimana hubungan kita? Aku mau kejelasan, soalnya aku serius sama kamu. Aku cinta kamu, kamu juga suka aku kan? Kita pacaran gimana?"

Renjun menatap malas lelaki tampan di hadapannya.

"Sebenernya Jen, ngga penting nembak ngga nembak. Aku bukan tipe yang peduli masalah status. Yang penting kita saling suka dan ada komitmen, ya kita jalanin."

"Ngga bisa gitu, Njun. Harus jelas dulu hubungan kita. Kayak yang aku pernah bilang pas kita pertama ketemu, hubungan ini serius atau ngga sama sekali."

"Hubungan serius yang kamu maksud itu pacaran? Aku udah lewatin masa-masa itu, udah males. Jadi aku sedikitpun ngga tertarik jadi pacar kamu"

Jeno terkejut mendengar jawaban tersebut, jantungnya berdegup kencang. Rasanya ia ingin berteriak untuk melampiaskan perasaannya yang membuncah.

"Aku juga males sebenernya. Terserah kamu aja mau gimana."

"Coba kamu tanya ke orangtua aku, aku gimana mereka."

"Kamu juga mesti ijin ke orangtua aku dulu. Tapi apa pun respon mereka, aku bakal tetep milih kamu."

Jawaban Jeno berhasil membuat wajah Renjun bersemu, ini pertama kalinya Jeno melihat pipi Renjun memerah.

Dengan senyum malu-malu Renjun memberi isyarat kepada Jeno untuk mendekatinya.

💍💖💍💖💍💖💍

Dengan secepat kilat ia mendatangi Renjun dan menciumnya kasar hingga lelaki manis itu terjungkal.

"Eumph.. Jeno.." Protes Renjun kaget dengan serangan Jeno yang tiba-tiba.

Jeno tersenyum melihat tubuh kecil yang ia tindih. Diciuminya rahang dan leher yang masih wangi sabun tersebut. "Kamu abis mandi?"

"Kalau kamu dateng lebih cepet kita bisa mandi bareng" jawab Renjun.

"Diem kamu, calon istri aku" ucap Jeno sembari menarik tali kimono Renjun, ternyata dia tidak berbohong saat mengaku tidak memakai apapun.

"Tadi siapa yang bilang soal gini-gini mah gampang dan komunikasi itu utama?" Ledek Renjun kepada Jeno yang sedang menikmati tubuhnya.

"Komunikasi verbalnya udahan, sekarang tinggal yang nonverbal."

"Bodo amat."

💎
💎💎
🔵🔵 Bersambuungg 🔵🔵
💎💎
💎

Jodoh Who Knows - NoRen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang