"Mark."
Yang dipanggil menoleh ke tamu tak diundang namun tetap tersenyum menawan. "Sam. Kejutan banget kamu bisa di sini."
Samuel menatap Mark dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca, jelas sekali lelaki yang masih berstatus kekasihnya itu sedang dalam keadaan buruk.
"Apa maksud semua ini Mark!?" Jerit Samuel penuh kebencian dan airmata yang mulai menetes.
Mark terkekeh dan menggaruk kepala belakangnya, "apa maksud dari maksud semua ini?"
"Jahat!"
Plak.
Samuel menjerit dan menampar pipi Mark keras. "Jangan pura-pura engga ngerti!"
Mark menyentuh pipinya dan menampilkan wajah memelas. "Ini hari pernikahan aku Sam, sekali seumur hidup. Kamu tega nampar aku sampe ninggalin bekas? Nanti kalau di foto gimana? Selamanya aku engga akan maafin kamu lho."
"Mark, kamu nganggap aku ini apa?! Kenapa kamu bisa sejahat ini?!"
Samuel yang histeris memukuli Mark dan menarik-narik pakaian bertema putih tersebut.
Wajah sedih Mark perlahan berubah datar dan memberi tatapan dingin kepada Samuel. Mendorong tubuh lemah itu menjauh dengan mudah hingga tersungkur ke lantai.
"Mark.." tangis Samuel pecah karena perlakuan kasar Mark.
Mark berjongkok dan menarik dagu Samuel hingga mendongak ke atas, "Siapa yang ngirim kamu ke sini? Siapa yang berani ngerusak pernikahan aku dan Haechan?"
Samuel menggeleng dengan wajah berlinang airmata. "Kamu bukan Mark yang aku kenal.."
Mark menghapus airmata di pipi Samuel dan membelai bibirnya, "Siapa? Renjun?"
Mark merasa percuma saja bertanya pada Samuel, jadi ia menggeledahnya untuk menemukan ponsel milik lelaki itu.
Samuel yang memberontak tidak ada apa-apanya dibanding tenaga Mark. Dengan mudah Mark menemukan apa yang ia cari. Ponsel tersebut terkunci namun ia tahu pola kuncinya.
Segera Mark membuka histori percakapan dan panggilan, setelahnya ia menelepon balik nomor tanpa nama yang terakhir menelepon Samuel.
"Kita tunggu siapa tikus yang berani ganggu hari sakral ini. Kayaknya Renjun sih."
Mark menyalakan mode loudspeaker, mendekatkan ke telinga suara siapa yang akan menggantikan suara dering.
"Samuel! How is it? You talked with Mark?"
"Iya, Lucas" jawab Mark datar.
Mark segera memutus sambungan telepon tersebut dan membanting ponsel Samuel ke cermin raksasa di hadapannya. Cermin tersebut tidak pecah bahkan tergores pun tidak.
"Kayaknya aku trauma teleponan di ponsel orang, Sam. Soalnya selalu kebuka pengkhianatan-pengkhianatan. Ngangkat ponsel Chani ketauan Haechan selingkuh, sekarang pake ponsel kamu ternyata Lucas berkhianat." Mark bermonolog.
Lalu Mark memeluk Samuel, "kamu engga sendiri, aku pernah ada di posisi kamu. Aku ngerti. Ulu ati kamu sakit? Dada kamu sesek? Bahu kamu berat? Perut kamu mual? Aku juga sama"Mark bingung kenapa Samuel diam saja, saat ditengok ternyata pingsan. Mungkin tanpa sengaja Mark memukulnya terlalu keras saat merebut ponsel sialan miliknya.
Mark menyingkirkan tubuh Samuel kemudian menginjak ponsel yang sudah hancur tersebut. Ia melanjutkan kegiatannya bercermin, pipinya merah, bajunya sedikit berantakan dan celananya terlihat lecak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Who Knows - NoRen (END)
General FictionSudah tamat. Kalau mau tau ceritanya, baca aja sendiri. Tinggal next next doang gancil.