Pukul 6 pagi, kamar inap Jeno diketuk, lalu masuk seorang petugas pengantar makanan dan perawat yang membawa nampan obat. Seperti biasa suara troli besar pengangkut makanan lumayan berisik.
Jeno terbangun dengan kehangatan tubuh lain disampingnya, ia tersenyum mengingat bagaimana semalam ia berhasil membujuk Renjun untuk tidur di sebelahnya. Yah yang semalam lumayan lah dapat mengurangi rindu.
Pengantar makanan tersenyum melihat pemandangan manis tersebut sedangkan perawat memberi pandangan tidak setuju. "Mohon maaf sekali, ranjang pasien cuma boleh diisi pasien. Takutnya nanti salah satu ngga sengaja jatuh kan bahaya. Ayo bangunin dulu suaminya pak."
Jeno menampilkan eyesmile bahagia, karena sungguh, ucapan perawat barusan sangat cocok di telinganya. "udah dilarang padahal. Ya maklum lah dia cinta banget sama saya. Makanya suruh dokter cepet pulangin saya dong sus, kasian suami saya kesepian tiap malem"
Perawat tersebut mau tidak mau tertawa karena ucapan Jeno. "Oke sekali ini saya bolehin. Nanti bapak bilang sendiri deh sama dokternya. Ini obat pagi ini ya pak, semua di minum setelah sarapan."
"Iya suster makasih."
Jeno langsung membangunkan Renjun setelah perawat tersebut keluar. Namun entah kenapa ia sulit dibangunkan, padahal biasanya Renjun yang selalu bangun pagi pertama dan membangunkan Jeno.
"Sayang, bangun sayang!" Masih dengan mata terpejam, Renjun menggeliat dengan bibir mengerucut lucu. Membuat Jeno gemas setengah mati. "Masih ngantuk yah? Kasian. Udah sana pulang, biar ibu aku gantian jaga."
Setelah memberikan respon tersebut, bukannya bangun Renjun malah makin menyamankan posisi tidurnya. "Berisik ih Jeno. Sempit ih, sono minggir." Protes Renjun sambil mendorong wajah Jeno menjauh.
"Njun, Njunn.. bangun. Ini di rumah sakit nih bukan di rumah sendiri. Sayang, sana lanjut tidurnya di rumah." Jeno mencubiti pipi dan hidung Renjun agar membuatnya cepat bangun, tapi Renjun nyaman sekali tidurnya.
Pintu diketuk lagi. Kali ini masuk seorang perawat dengan troli berisi baskom, seprei bersih, handuk dan baju ganti pasien. Matanya langsung mengarah pada Renjun. "Permisi, waktunya dilap. Mohon maaf sekali pak ranjang pasien hanya boleh diisi pasien."
Jeno mengangguk, demi apa pun ditegur oleh dua perawat sekaligus itu membuatnya tidak nyaman. Tapi ini manusia karung di sampingnya masih sulit dibangunkan.
"Coba pinjem dulu waslap basahnya, tolong basuh ke muka suami saya. Kebo banget heran." pinta Jeno kepada perawat tersebut yang tentu saja disanggupi.
Sebelum waslap basah itu sampai di pipi Renjun, pintu kembali dibuka namun kali ini tanpa diketuk terlebih dahulu. Itu Eunhyuk yang matanya langsung melotot dan menggebrak ranjang yang diisi sepasang kekasih tersebut.
"YA TUHAN! JENOOO! Kamu tidur seranjang?! RENJUN bangun! Turun dari ranjang anak saya!"
Renjun dengan cekatan bangun dan segera turun dari ranjang kemudian langsung kabur dengan tasnya, bahkan jasnya saja ditinggalkan. Sepatunya juga hanya dipakai asal.
"Eh?! Mau kemana kamu?!"
Sedangkan Jeno yang tidak bisa kemana-mana hanya pasrah saja saat bajunya dibuka paksa oleh ibunya.
Perawat yang berencana memandikan Jeno hanya bisa mengelus dada menonton drama layaknya sidak penggerebekan di hotel melati.
"Nih! Merah semua leher sama dada kamu! Begini kelakuan kalian berdua?! Itu otak bisa mikir engga sih?"
Kemudian pandangan Eunhyuk beralih pada perawat yang hanya berdiri diam sejak tadi.
"Suster! Gimana sih dibiarin aja mereka tidur seranjang?! Mentang-mentang VVIP jadi tutup mata sama kelakuan bejat pasiennya? Ini rumah sakit apa hotel?"
Mungkin karena mendengar ada yang marah-marah, seorang dokter jaga dan perawat yang terlihat lebih senior masuk ke kamar rawat Jeno.
"Maaf ibu, ayo kita selesaikan baik-baik. Apa yang bisa kami bantu?"
Jeno menyelimutkan dirinya sendiri hingga ujung kepalanya. Malu.
•-°•°•°•°°•°°
Insiden tadi pagi membuat Eunhyuk menjadi lebih garang dari biasanya. Menunggu dengan kesal kembalinya seorang Huang Renjun agar bisa segera menuntaskan amarah yang terpendam.
"Kemana sih si Renjun? Cemen banget langsung kabur. Cepet suruh dia balik ke sini!"
"Kan aku engga punya hape, bu."
"Pake hape ibu."
"Engga apal nomornya."
"Bohong! Liat aja dia balik kesini, ibu gerus sampe abis."
Obrolan panas ibu dan anak tersebut terhenti kala pintu terbuka dan menampilkan dua orang asing dan dua orang familiar untuk Eunhyuk.
"Hay Jenoo, Tanteee, Sanha datang~" sapa Sanha keras hampir berteriak.
Eunhyuk yang memang sudah kesal jadi makin kesal saja."Sekali lagi teriak tante panggil satpam buat usir kamu." Ucapnya tajam.
👩💻👩💻👩💻
Mendengar kalau pujaan hatinya sudah sadar, Siyeon langsung meminta ayahnya untuk ikut menjenguk Jeno. Kebetulan ini hari minggu dan ayahnya libur. Sekalian mulai mengenalkan keluarganya dan keluarga Jeno. Dengan Sanha, Jinyoung, dan ayahnya ia mendatangi tempat Jeno dirawat.
Pertama kali Siyeon bertemu Jeno di sebuah restoran eksklusif, polisi tampan itu memakai pakaian mahal dan bagus. Ia sedang bertengkar dengan ibunya, seorang wanita yang penampilannya luar biasa elegan dan menawan. Siyeon juga ingin tetap cantik dan awet muda seperti itu saat tua nanti.
Tidak aneh kalau saat dirawat pun calon suami tampannya itu berada di ruang VVIP. Siyeon bingung kenapa Sanha yang katanya sepupu kandung Jeno malah terheran-heran dengan kamar rawat inap Jeno.
🤚🤚🤚
Tbc
🤚🤚🤚
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Who Knows - NoRen (END)
General FictionSudah tamat. Kalau mau tau ceritanya, baca aja sendiri. Tinggal next next doang gancil.