04

15.7K 2.4K 619
                                    

☠☠☠
☠☠☠

Jeno membuka pintu mobil penumpang belakang untuk Huang Renjun. Namun pemuda manis itu tidak kunjung naik. Ia malah berbalik menatap Jeno.

"Just the two of us, yeah?" Tanya Renjun.

"Yes, sir". Jawab Jeno sesopan mungkin, padahal dalam hati merutuk tidak sudi harus memanggil anak kecil ini dengan sir.

"Then, i'll take front seat with you" ucap Renjun dengan nada yang tidak dapat dibantah.

Mau tidak mau Jeno mengangguk patuh, menutup pintu belakang kemudian membuka pintu depan dan mempersilakan bocah Huang masuk.

☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠

Polisi muda itu menyalakan mesin dengan gelisah. Yang membuatnya tidak nyaman adalah pengusaha muda yang duduk di sampingnya.

Iya, pengusaha berwajah lugu itu tadi membuka setelan jasnya lalu melemparnya ke kursi belakang. Itu memang tidak masalah.

Yang masalah adalah ketika bocah itu membuka kancing kemejanya perlahan. Satu persatu hingga tiga kancing teratasnya terbuka.

Seakan tidak cukup membuat jantung Jeno berdegup kencang, bocah Cina itu memerintah "help me with this safetybelt".

Jeno menelan ludahnya, dengan menahan gemuruh jantungnya ia berusaha memindahkan tangan gemetar miliknya dari kemudi.

"Yes, sir" jawab Jeno kaku sembari mencondongkan tubuhnya ke arah Huang Renjun.

Mau tidak mau Jeno harus melihat bocah Huang itu dari dekat. Sangat dekat.

Hidungnya dapat menghirup aroma lembut yang membuatnya terbuai, matanya dapat melihat wajah yang terpahat indah. Namun yang paling menyita perhatian Jeno adalah pemandangan dadanya yang terbuka.

Cuma bocah cuma bocah cuma bocah. Pikiran Jeno berulang-ulang merapalkan kata-kata tersebut sebagai pengingat.

Jeno berusaha memfokuskan matanya pada tarikan sabuk pengaman, berusaha mengabaikan lelaki manis didekatnya. Jeno berusaha, sungguh-sungguh berusaha.

Sia-sia.

Hembusan nafas Huang Renjun terasa sangat nyata menerpa tengkuk Jeno. Membuat Jeno mamatung dan keringat mengucur di dahinya.

"Pfftt. Its kinda hot here?" Tanya Huang Renjun dengan menahan tawa.

Sialan. Setiap orang punya kelemahan. Dan ini lah kelemahan Jeno. Ya maklum, Jeno masih suci.

"Why stop?" Tanya Renjun lagi namun kali ini dengan bibir menyentuh telinga lawan bicaranya.

Jeno merinding, dia tidak pernah berada dalam posisi seperti ini. Berbeda dengan Huang Renjun yang sepertinya sangat menikmati menggoda polisi yang kini menjadi pengawalnya.

"Ss-sorry, sir" jawab Jeno gugup sambil melanjutkan pekerjaannya memasang sabuk itu ke kaitannya.

"Thank you" ucap Huang yang hanya dibalas anggukan oleh sang supir.

Gila nih bocah, keracunan makanan kali ya. Sungut Jeno dalam hati sambil berusaha menormalkan detak jantungnya.

☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠

Kejadian membuka kancing kemeja dan meminta dipakaikan sabuk pengaman bukan satu-satunya penderitaan Jeno.

Huang lagi-lagi berulah. Entah darimana dia mendapat permen gagang untuk dinikmati.

Jeno tidak mampu berfikir jernih sekarang. Persetan dengan Huang Renjun yang mencurigakan. Persetan dengan ketidakhadiran mendadak dua partnernya. Jeno hanya ingin cepat sampai di tujuan dan menjauhkan diri dari Huang ini.

Huang gila yang menjilati permen dengan menatap lurus pada Jeno. Huang gila yang menghisap permen hingga terdengar suara aneh.

Ingin sekali Jeno menendang keluar bocah nakal ini tapi ia masih mencintai pekerjaannya. Jeno akan minta rolling sesegara mungkin.

☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠☠

Setelah perjalanan yang melelahkan akhirnya mereka sampai di dermaga.

Jeno melemparkan tatapannya pada makhluk manis di sampingnya dengan tatapan kesal.

Tatapannya itu dibalas dengan senyum miring oleh Huang.

Oh. Lihatlah. Huang Renjun sudah mengancingkan kembali kemejanya bahkan lengkap dengan setelan jas.

Mungkin dia memakainya ketika Jeno sengaja memfokuskan diri untuk mengendarai mobil.

"How long from here to jeju with boat?" Tanya Huang memulai percakapan.

"Normally need 8 hours with standard ferry, but with this cruise 15 hours. We'll arrive jeju tomorrow at 5am." Jelas Jeno panjang lebar tapi malas, hilang sudah rasa segannya pada bocah Huang. Jeno tidak akan berpura-pura lagi menghormati tamu negara yang katanya terhormat ini.

"Hm. That's mean we can enjoy sunset and sunrise. Perfect." celoteh Huang Renjun dengan kekehan.

.
.
.
☠☠To be continue☠☠
.
.
.
Itu english nya belepotan, harap maklum ini ujian yaa teman2 wkwkwk.

Ini semua dari POV nya Jeno yaa, maunya juga dari POV Injun. Etapi injunnya abis dijahatin manajer makanya biarlah nanti lagi aja 😭😰

Eh btw ini kayaknya isinya bakal ada konten dewasa gitu. Tiba2 aja pengen 😸
Gk tau dah gimana mood chapter depan. soalnya lagi kesel banget ama berita Renjun. Jadi biarlah Renjun berkuasa dan bersenang-senang dalam khayalan penuh halu di tulisan gw.

Beneran gk sih apa cuma salah paham? Pengen cepet2 SM atau renjun bikin penjelasan, bikes banget tuh manajer kalkun 🦃🦃

Dulu kesel banget pas winwin gk aktif lagi di 127, eh skrg ada lagi berita gini. Hubungan dua negara emang gk baik, yaa tapikaaaaannn jangan diskriminasi renjun dong.

Maap bacotan panjang :'(

Jodoh Who Knows - NoRen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang