Seharusnya aku tidak kaget lagi.
Setelah semalam kami bertengkar di jalan dan Don Pedro memutuskan mengikutiku sepanjang perjalanan ke rumah karena aku tak ingin diantarnya pulang, ternyata Carlos mendatangi adikku keesokan harinya saat aku sedang mengambil pekerjaan di Dine in milik Agusto.
Mereka berbincang-bincang, yang intinya Carlos ingin mengajakku ke Miami untuk menghadiri pembacaan warisan kakeknya yang sudah meninggal. Dia mengaku pernah kutolong saat tergelincir di selokan. Tergelincir di selokan. Tak bisakah ia mengarang cerita yang lebih meyakinkan? Dan di atas semua itu ... tawarannya naik menjadi tiga ratus ribu dolar.
Tiga ratus ribu dolar akan melunasi seluruh utangku pada Mathilda. Tidak hanya itu, aku akan bisa merawat Rod dalam kurun waktu lama, dan bahkan memulai usahaku sendiri, meski aku tak tahu apa. Aku bisa membuka salon, atau mengambil kursus sesuatu. Aku bisa membuka sendiri jasa kebersihan mandiriku. Itu bukan uang yang sedikit, itu sangat, sangat banyak. Lebih dari seperempat juta dolar. Jika uang sebanyak itu benar-benar ada di rekeningku, tak mustahil aku akan dicurigai pihak bank. Bisa jadi mereka berpikir aku mencuci uang seseorang.
Kadang aku tak percaya, berapa banyak sebenarnya yang dihasilkan para bandar narkoba? Akan tetapi, kalau dari desas-desus yang kudengar mengenai harga kokain yang dijual per-gram, wow, itu sungguh tidak mustahil. Kudengar gembong narkotik amerika latin punya uang jauh lebih banyak daripada pebisnis multi milyuner.
Apakah aku harus mengambil tawaran Don Pedro?
Itu menggiurkan, tapi juga sangat berisiko.
Membayangkan dua minggu bersama sang Don di Miami .... Aku bahkan belum pernah ke Miami, tapi kudengar tempatnya seperti surga. Banyak bintang film tinggal di sana, setiap hari ada pesta. Pasir pantai berkilauan, orang-orang bermain dan berolah raga. Kalau aku tak mengambilnya, mungkin seumur hidup aku tak akan mencicipi kehidupan semacam itu.
Tapi bagaimana dengan Rodrig—seseorang mengetuk pintu.
"Mungkin itu dia, Selena," bisik Rod, matanya berbinar.
"Aku tak akan mengambilnya, Rod, aku tak mungkin meninggalkanmu sendirian."
"Oh iya ... aku lupa bilang, Senor Carlos mengatakan ... dia akan menempatkan seorang perawat di sini selama kalian pergi."
"Apa?"
Pintu terus diketuk.
"Bukalah, Selena, ini mungkin kesempatan sekali seumur hidup untuk kita berdua. Aku yakin dia bukan orang jahat, dia kelihatannya sangat kaya, seorang pria dermawan yang tak ragu mengucurkan banyak uang untuk orang yang membutuhkan—"
"Oh... Rod," penggalku, mengeluh. Dia bahkan lebih naif dariku.
Carlos benar-benar berdiri di depan pintu saat aku membukanya. Dia datang bersama seorang perempuan setengah baya berpenampilan rapi, berkacamata, yang mengenakan pakaian perawat. Mataku memincing menelitinya dari ujung rambut hingga kaki.
"Dia bersertifikat," bisik Carlos.
"Apa maksud semua ini, Senor?"
"Tawarannya dinaikkan jadi tiga ratus ribu dolar, dan itu bukan karena kamu menolak semalam, Senorita. Itu karena Don Pedro menaruh iba pada kondisi adikmu."
"Kami tidak membutuhkan uang panas kalian. Menurutmu aku tidak tahu apa yang kalian kerjakan di Miami? Kalian akan membuat kami kena imbasnya. Uang sebanyak itu ... di mana kami harus menyimpannya?"
"Kami menyimpan ribuan kali lipat uang tunai di Kolombia, tiga ratus ribu dolar tinggal kauselipkan di kolong tempat tidurmu."
Percuma berdebat, aku menarik napas panjang sambil memejamkan mata, "Di mana Don Pedro?" tanyaku akhirnya. "Aku harus bicara dengannya."
"Di mobil."
Aku melongok melewati pundak Carlos, Don Pedro memang ada di dalam mobil. Dia duduk di belakang, menghadap ke arah lain karena sedang berbicara dengan telepon satelitnya. Jendelanya dibiarkan separuh terbuka. Aku menghampiri perlahan dan menunggunya selesai menelepon sementara Rod menyambut dua tamu yang seolah sudah lama dikenalnya.
"Kau mau masuk ke mobil, atau aku yang masuk ke rumahmu?" tanyanya sambil mengeluarkan sebagian wajahnya dari jendela.
Aku tidak menjawab, hanya mundur supaya dia bisa membuka pintu mobil.
Kataku, "Dengar—"
Don Pedro memenggalnya, "Dengar. Kau yang dengar. Aku sudah tidak punya waktu lagi, besok aku harus berangkat dengan jet pribadi ke Miami, dan kau harus ikut denganku. Aku akan meninggalkan seratus ribu dolar sebagai uang muka kepada adikmu yang baik dan bisa berpikir lebih jernih daripada dirimu, dan membayar sisanya setelah urusan kita selesai. Bagaimana kau ingin sisanya dibayar bisa kita bicarakan nanti. Besok pagi Carlos akan menjemputmu pukul sepuluh—"
"Dengan segala hormat, Senor," aku gantian memotong ucapannya. "Aku belum mengatakan sanggup, atau tidak."
"Bukan kau yang menentukan," katanya singkat.
Aku benar-benar kehilangan kata-kata. "Ini hidupku, ini hidup adikku. Aku tak mungkin mempertaruhkannya kepada seseorang yang dengan entengnya menodongkan pistol di kepala seseorang, apa kau tahu negara kami sangat membenci kokain? Kami tidak hidup di Kolombia, aku bisa masuk penjara kalau ketahuan."
"Kau tidak akan masuk penjara manapun, kau tinggal denganku sebagai karyawan yang kubayar secara profesional. Kita bisa membuat surat kontrak ikatan kerja kalau kau mau. Jangan membantah, kau bisa membuatku kesal."
Aku meneguk ludah dengan susah payah.
Don Pedro mengucap entah apa dengan bahasa ibunya sebelum mengembuskan udara lewat mulut dan dengan ekspresi lelah menyambung, "Bonita ... aku hanya memilih yang terbaik, dan aku sudah menjatuhkan pilihan. Aku berjanji, Nyonya Denver akan mengurus keperluan adikmu dengan sangat baik. Semua pengeluaran kesehatan selama kau bersamaku akan kutanggung. Ini hanya bantuan sederhana, por favor, mi amor ...."
"Apa ini sepenting itu bagimu?" tanyaku sama lelahnya.
Don Pedro mengangguk.
"Terus terang saja ... menurutku ini konyol. Kau bisa saja menemukan artis atau model yang representatif, tidak harus aku—"
"Yah... kecuali mereka agak jauh lebih mahal," ucap Don Pedro pelan.
"Aku tahu uang bukan masalah bagimu."
"Memang, tapi untuk apa membuang-buangnya kalau bisa sedikit menghemat, kan? Lagi pula ... artis atau model ... semua orang akan langsung tahu bahwa mereka sewaan. Kalau aku membawamu, mereka akan berpikir aku bisa memikat seorang gadis manis tanpa menghamburkan uang. Prestige-nya bukan menggandeng artis atau model, tapi menggandeng gadis semurni dirimu, Bonita."
Aku melengos dan berpaling saat Don Pedro mencoba mencium pipiku.
"Bagaimana? Setuju?" tanyanya seraya merapat.
"Terserah," decihku sebal.
"Kalau begitu ayo masuk, aku ingin melihat kamar tidurmu. Aku sudah berpesan kepada Carlos supaya menyibukkan adikmu, jadi kita punya waktu buat sedikit ... yah ... kau tahu ... bercinta."
Maaf kalau banyak yang nggak suka sama cast Don Pedro, tapi dia modelku waktu nulis ini, dan mungkin kalau banyak nonton film-nya lama-lama akan suka juga. hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Desired by The Don
RomanceWarning: adult and explicit sensual content. Juan Pedro Silas datang dari Kolombia atas utusan Salazar Silas untuk mengurus bisnis gelapnya dengan seorang mitra di New York dan Miami. Pada jamuan makan malam, tuan rumah memberinya hadiah manis yang...