Aturan baca cerita ini:
Vote dulu aja sebelum baca.
Jangan pelit vote dan komen
Kalo udah vote, dan komen, nggak usah nyuruh lanjut, pasti dilanjut ^^
***
Dua pasang lobster besar dalam timbunan es di sebuah akuarium dinaikkan ke atas yatch bersama sekerat bir dan beberapa botol anggur. Angin bertiup sepoi-sepoi, air laut bergoyang tenang, matahari belum tinggi saat Juan Pedro Silas dan Carlos Luna tiba di tepi dermaga. Seorang gadis mungil dalam blus tipis yang berkibar-kibar tertiup angin menyusul santai di belakang mereka. Ia tak ingin berlari, khawatir topi lebarnya akan terbang terbawa angin. Kulitnya yang mulai terbakar matahari Miami hanya dibalut dua potong bikini putih bersih, ia juga membawa sepotong gaun ekstra untuk cadangan.
Setelah urusannya di Miami hampir selesai, Sang Don akhirnya mewujudkan janji makan siang di atas yatch kepada Manuela.
Perlahan, gadis itu menanggalkan kaca mata hitamnya. Bibir bawahnya jatuh menganga melihat sebuah nama tertulis di badan yatch persis seperti nama samaran yang kini seolah menjadi nama aslinya, Manuela.
Don Pedro menarik gadisnya ke dalam pelukan, dan meremas sebelah bokong Manuela diam-diam, "Kau suka?"
Manuela masih melongo.
"Tenang saja, aku memang sengaja mencari yatch yang namanya sama denganmu. Ini bukan hadiah, atau apa," kekeh sang Don, Manuela menghadiahi satu jotosan pelan di permukaan perut kencangnya yang telanjang.
"Kau hampir bikin aku jantungan," gerutu gadis manis itu setelah menanggapi sekilas ciuman Don Pedro di bibirnya.
"Biasanya gadis-gadis itu akan marah kalau ternyata aku hanya menggodanya, kau justru marah karena berpikir aku membelikannya untukmu."
"Di mana aku akan menyimpan barang seperti ini di New York?" bentak Manuela. "Jangan aneh-aneh. Bolehkah aku naik sekarang?"
"Boleh, Mi amor. Nanti kubalurkan krimnya di sekujur tubuhmu, jangan mulai tanpaku, oke?"
Manuela tersipu-sipu saat Sang Don mengulum bibirnya tanpa malu-malu di depan Carlos. "Jangan lama-lama," bisik gadis itu manja.
Untuk kali terakhir, Don Pedro mengecup kening Manuela dan menepuk pinggulnya sesaat sebelum gadis itu berhasil melompat ke dek. Sekali lagi, mereka berdua saling lempar kecup jauh yang membuat Carlos bergidik.
Don Pedro benar-benar jatuh hati, meski ia tak pernah berhenti mengingkarinya. Tentu dia tak perlu mengakuinya secara gamblang di hadapan Carlos, orang terdekatnya itu langsung tahu. Pria tampan yang hampir tak pernah benar-benar memikirkan perempuan meski selalu manis terhadap mereka itu kini tak memikirkan apapun selain Manuela di luar pekerjaannya. Ia akan pulang begitu urusannya selesai, dan berangkat dengan malas karena harus berpisah dari gadisnya. Beberapa waktu lalu, ia bahkan menerima panggilan telepon Manuela di tengah urusannya di lab Santiago Miguel. Kalau dua hari lalu Carlos tak mencegahnya membicarakan betapa manis Manuela pagi sebelumnya saat mereka menuju janji temu dengan Jose Camarena dari Mexico membahas kemungkinan transportasi ke sana dari Miami, pria itu mungkin akan menemui pembunuh berdarah dingin dari Guadalajara itu dengan pipi merona dan bibir yang tak hentinya tersenyum.
"Waktunya serius," ujar Carlos, serius.
Sang Don tak jadi melebarkan senyum, menyamarkannya dengan menyalakan rokok dan mengembuskan asapnya ke arah lain.
"Kurasa Chavez ditangkap."
Sang Don seketika mengerutkan alis. Dia sepakat dengan Carlos, ini waktunya serius. Ia menoleh tanpa bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desired by The Don
RomanceWarning: adult and explicit sensual content. Juan Pedro Silas datang dari Kolombia atas utusan Salazar Silas untuk mengurus bisnis gelapnya dengan seorang mitra di New York dan Miami. Pada jamuan makan malam, tuan rumah memberinya hadiah manis yang...