Vote dulu sebelum baca. Ditunggu komennya ^^
***
Sang Don menindih samar tubuh mungil yang dibaringkan di atas flat foredeck beralaskan matras tipis untuk berjemur. Setelah lepas dari gendongannya, gadis itu seakan tak berdaya karena janji manisnya. Seluruh tubuhnya ia serahkan, berikut hati dan jiwanya. Kaki Manuela membuka lebar-lebar, menerima pinggang sang Don yang menekannya sedemikian rupa meski permainan mereka sama sekali belum dimulai.
Jika Juan Pedro Silas selalu mengingkari keinginannya membawa Manuela pergi di depan Carlos adalah karena ia tak yakin kehidupan gadis itu nanti akan membaik bersamanya, atau sebaliknya. Tak ada yang bisa memberi harga untuk sebuah kebebasan, sebanyak apapun uang yang dimilikinya. Selama ini dia bisa bergerak bebas karena selalu sendiri dan dengan alasan itu pula ia tak pernah ingin menikah dan berkeluarga. Salazar nyaris tak bergerak karena alasan serupa, ia selalu bersama keluarganya, dan menyerahkan semua pekerjaan lapangan kepada adiknya.
Namun, Manuela mungkin akan mengubah pendiriannya. Gadis itu mencairkan hatinya yang membeku, dan membelokkan tekadnya. Dari gadis itu sang Don menyadari bahwa tak seorang pun benar-benar ingin sendiri jika tak terpaksa, dan bahwa tak seorang pun bisa menghindar dari perasaan cinta jika hatinya telah terbidik. Sama dengan kebebasan, tak ada yang bisa memasang harga kepada hati seseorang.
Don Pedro bisa saja melakukan apapun supaya dapat memeluk Manuela lebih lama jika ia mau, selain mengecewakan Salazar Silas, tentu saja. Untuk pertama kalinya ia berharap dirinya adalah pria biasa yang bebas mencintai seorang gadis tanpa khawatir akan mencelakainya. Tanpa Manuela sendiri tahu, pria itu sering menghabiskan malam memandangi wajah tidurnya, membelai rambutnya, bermimpi memilikinya sepenuhnya.
Manuela menarik napas panjang lewat mulut begitu sang Don membebaskan bibirnya. Pria itu menanggalkan kemeja yang butiran kancingnya sengaja tak dikaitkan dan membuangnya sembarangan hingga angin menerbangkannya ke atas lautan. Ia menatap wajah Manuela sekilas sebelum kembali merunduk menciumi wajah cantiknya.
Gadis di bawah tubuh sang Don itu mengangkat wajahnya, membiarkan rahangnya basah oleh lidah sang pria. Napas hangat Don Pedro mengembusi lehernya, membuatnya menggigit bibir memperkirakan hal apa lagi yang akan mengejutkannya. Ia tak mampu menahan erangan lolos dari bibirnya saat sang Don mengisap kuat di atas tulang selangkanya hingga meninggalkan bekas kemerahan.
Sambil terus merangkak turun di atas tubuh Manuela, sang Don menyelipkan jemarinya di balik penutup dada perempuan itu dan menanggalkannya sekaligus.
"Tu eres muy hermosa, kau sangat cantik," puji Don Pedro saat matanya terpaku menatap kedua belah buah dada Manuela yang seakan membalasnya. Ia sudah melihat semua bagian tubuh gadis itu setiap malam, tapi tak pernah sekalipun berhenti mengaguminya.
Manuela tersipu. Gadis itu tertawa manis sambil menutup wajahnya, dan menjerit saat sang Don menggelitik bagian sensitif itu dengan ujung lidahnya, mengulum, dan mencumbunya. Manuela hampir tak tahan, ia meronta dan menarik rambut sang Don, tapi pria itu terus menyerang karena tahu gadis itu tak sungguh-sungguh ingin menghentikannya.
"Jangan, kumohon, Don Pedro. Mereka melihat kita," cegah Manuela sebelum sang Don menanggalkan helai terakhir busana yang ia kenakan. Sang Don sendiri sudah tak mengenakan apapun. Sinar mentari menjilat langsung kulit kecokelatannya, tapi ia tak merasakan panas selain dari dalam dirinya.
Bercinta di udara terbuka jelas bukan pengalaman pertamanya, tapi adalah pengalaman pertama Manuela. Gadis itu tak sebebas dan seekspresif biasanya mengingat ia sudah nyaris tak menyisakan rasa malu lagi di hadapan sang Don. Wajahnya kini memerah, alisnya bertautan. Dia takut, dan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desired by The Don
RomanceWarning: adult and explicit sensual content. Juan Pedro Silas datang dari Kolombia atas utusan Salazar Silas untuk mengurus bisnis gelapnya dengan seorang mitra di New York dan Miami. Pada jamuan makan malam, tuan rumah memberinya hadiah manis yang...