Tujuan pertama Sang Don dan koleganya begitu tiba di Miami bukan The Galaxy Hotel—hotel paling mewah di Florida yang letaknya tak jauh dari Miami Beach—melainkan restoran kelas atas untuk makan siang. Pria itu masih menjaga jarak dari Manuela meski sudah menghukumnya dengan membiarkan gadis itu makan anggur dan kue-kue manis sendirian sepanjang perjalanan.
"Dia marah padamu?" Carlos bertanya pada Manuela yang duduk bersamanya di meja terpisah dari sang Don dan rekan-rekannya.
Manuela mengangkat bahu. "Apa dia selalu super sensitif jika membicarakan kakak lelakinya?"
Alis Carlos naik sebelah.
"Kami hanya membicarakan toilet emas untuk jet pribadinya," kelit Manuela cerdik. "Yah ... dia sepertinya kesal. Dia selalu kesal seperti anak kecil?"
"Dengan wanita?"
Gantian Manuela yang mengerutkan alis heran dengan pertanyaan Carlos.
"Yah ... kalau dengan wanita kadang dia bersikap manis, pura-pura marah, lalu biasanya akan menaklukkanmu di tempat tidur. Biasanya pria-pria begitu, segalanya selalu bisa diselesaikan dengan sex—"
"Maksudku bukan begitu," gerutu Manuela jijik.
"Dia sangat menghormati dan mencintai kakaknya," ujar Carlos, mendadak berubah sangat serius. "Saranku ... berhati-hatilah dalam memilih topik pembicaraan dengannya. Sekarang dia memang sangat menyukaimu, tapi sebenarnya Pedro bukan orang yang mudah dipahami. Jauhilah berbicara tentang pekerjaan, apalagi mengenai Salazar. Kau lihat orang yang duduk melingkar bersamanya di meja itu? Salah satunya akan tamat sebelum minggu ini berakhir, kalau dia tidak bisa meyakinkan Pedro bahwa dia tak mencuri dari kakaknya."
Manuela berdeham, menyembunyikan rasa takutnya. Ia kembali memperingatkan diri bahwa jika ia berani mengambil risiko seharga tiga ratus ribu dolar, maka inilah yang akan ia hadapi. Namun, itu bukan alasan untuknya tidak berhati-hati.
Usai makan siang, Don Pedro tak lagi bergabung di mobil rekan-rekannya. Ia berpindah ke mobil Carlos, bersama Manuela.
"Carlos," panggilnya begitu duduk di sisi gadis itu. "Apa kau sudah memastikan Justo membuat janji temu dengan Diego Herera untukku?"
"Sudah, Senor," jawab Carlos patuh. "Kita langsung menuju ke sana sekarang, atau nanti, keputusanmu. Diego akan ada di kota sampai acara Santiago usai, jadi kau bisa memilih waktu sepanjang minggu ini. Minggu depan dia akan ada Milan untuk peluncuran clothing line baru."
"Untuk apa aku peduli urusannya minggu depan? Kita membutuhkannya untuk acara Santiago. Kau harus belajar menjaga mulutmu."
Carlos tak tersinggung, ia tahu benar siapa yang disasar oleh kalimat Don Pedro tersebut. Matanya melirik ke spion tengah sambil mengulum senyum karena sepertinya Manuela pun paham mengapa sang Don begitu ketus.
Butik milik Diego Herera berpusat di Milan, tapi satu yang di Miami pun tak kalah tersohor. Mitra dan langganannya tak lain adalah orang-orang nomor satu, mulai dari pebisnis, artis, model, hingga politisi. Manuela sering membaca namanya di majalah fashion dan mendengarnya disebut-sebut di berbagai red carpet acara hiburan Amerika dan internasional. Tak semua orang biasa bisa bertemu Diego Herera dengan mudah. Namun, sejak mengenal sang Don, hal itu tak lagi cukup untuk membuatnya terkesima.
"Apa kita akan membeli baju untukmu?" tanyanya sopan kepada sang Don yang tetap menggamit tangannya meski tak mau banyak bicara. Mereka berdua dipersilakan masuk ke ruang-ruang yang tak diperbolehkan dimasuki sembarang pengunjung.
"Terutama untukmu," ujar Don Pedro datar. Mereka menunggu di ambang pintu saat seseorang menghubungi Diego Herera melalui intercom. " Kita cari satu gaun rancangan Diego buatmu mendampingiku ke pesta Santiago dan beberapa untuk acara-acara lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desired by The Don
RomanceWarning: adult and explicit sensual content. Juan Pedro Silas datang dari Kolombia atas utusan Salazar Silas untuk mengurus bisnis gelapnya dengan seorang mitra di New York dan Miami. Pada jamuan makan malam, tuan rumah memberinya hadiah manis yang...