Warning
Bab ini mengandung konten seksual yang eksplisit dan agak mengganggu.
***
"Isaplah," suruh sang Don.
Manuela menatapnya tak percaya.
Mereka sedang dalam perjalanan menuju The Glam Moon, sebuah kelab malam yang paling sering dibicarakan di kota itu karena memiliki ruang pesta rahasia. Selama kelab malam beroperasi di permukaan bumi, terdapat pesta lain yang lebih pribadi dan mendebarkan di ruang bawah tanah gedung tersebut. Konon, ruang bawah tanah itu sangat megah dan terhubung ke berbagai ruang bawah tanah fasilitas kota yang lain, seperti hotel, dan mall. Sebagai calon pewaris salah satu orang terkaya di kota itu, putra Santiago Miguel tak melewatkan kesempatan untuk mengesankan beberapa orang terdekatnya dalam pesta terakhirnya sebagai bujangan.
Sesekali, Manuela menyaksikan sendiri sang Don mendengus di atas serbuk putih yang dicecerkan memanjang di sebuah cermin menggunakan pipa kecil. Namun, tak sekalipun pria itu menyuruhnya melakukan hal yang sama.
Manuela menggeleng dengan ekspresi seolah dia sedang menaggapi orang yang tak waras.
"Percayalah, padaku, Bonita," bujuk sang Don. "Ini kokaina terbaik. Serbuk ajaib. Kau akan merasa sangat bahagia dan energik, sesekali kau membutuhkannya, kau tahu? Paling lama efeknya hanya tiga jam, sesudah itu semuanya berlalu. Hanya sekali tak akan membuatmu menginginkannya lagi. Lagi pula ... kau tak akan paham apa yang dirasakan orang-orang di pesta nanti karena mereka semua memakainya, dan kau tidak. Kau akan tahu bagaimana berpesta meski seumur hidup belum pernah melakukannya."
Gadis itu kembali memandangi Pedro Silas, kali ini tepat di kedua manik matanya. Sang Don mengangguk, menyodorkan sebuah lempengan tembaga menyerupai jam saku tempatnya menyimpan barang terkutuk itu.
"Aku tidak akan menjerumuskanmu," katanya penuh bujuk rayu.
Dengan ragu-ragu, Manuela yang lugu menerima benda kecil menyerupai pengungkit yang ujungnya sudah dipenuhi bubuk putih.
"Isap," bisik sang Don, memberi petunjuk. "Lalu denguskan."
Bukan omong kosong, usai dua dengusan di lubang kanan dan kiri hidungnya, Manuela seperti lupa diri di tengah lantai dansa. Dentum musik seakan menggedor kepala dan jantungnya. Usai menandaskan tiga shot whiskey dalam tiga kali teguk, gadis itu menjelma menjadi bintang pesta, sama persis dengan setiap gadis yang ada di dalam ruang bawah tanah maha megah itu. Semua orang bergerak sendiri, terutama gadis-gadis. Pria-pria mengawasi buruan dan pasangannya masing-masing, menanti mangsa-mangsa itu kelelahan, dan tak berdaya. Di beberapa sudut, sudah terjadi pergumulan yang tak senonoh. Di lantai atas, gadis-gadis mulai melupakan busana mereka, dan pria-pria mengekeh bahagia.
Manuela meliuk-liuk sensual di sekitar Don Pedro. Gaun Diego Herera lagi-lagi melekat cantik di tubuh mungilnya, seakan ikut merayu sang Don. Berkali-kali pria itu menggigit bibir, mencoba mencumbu gadis itu, tetapi Manuela terus berkelit sambil tertawa-tawa manja. Ketika Don Pedro kehabisan sabar dan terdesak oleh gairah, dengan mudah tubuh Manuela direngkuh dan diseretnya menuju lantai dua.
Dia tahu pasti, di sana ada beberapa tempat yang sengaja disediakan untuk pesta yang lebih intim.
"Mau ke mana kita?" tanya Manuela sempoyongan, berat tubuhnya sudah beralih hampir seluruhnya ke lengan sang Don, ia hanya menyeret kakinya. Satu, dua, bahkan tiga kamar yang dibuka pintunya oleh Don Pedro sedang terpakai. Bukan hanya oleh satu pasangan, beberapa melakukannya bergantian pada saat bersamaan. Seseorang di salah satu kamar itu menyuruhnya bergabung, tapi kali ini sang Don sedang tak ingin membagi gadisnya dengan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desired by The Don
RomanceWarning: adult and explicit sensual content. Juan Pedro Silas datang dari Kolombia atas utusan Salazar Silas untuk mengurus bisnis gelapnya dengan seorang mitra di New York dan Miami. Pada jamuan makan malam, tuan rumah memberinya hadiah manis yang...